"Jika kau menangis dalam waktu semenit, artinya kau harus mengikuti semua perintah saya."
"Oke saya setuju. Bersiaplah untuk kalah ketua."
Dua orang yang sama - sama memiliki hati sedingin es itu telah menyepakati perjanjian tersebut. Mereka adalah...
Oke, karena di chapter satu kita sudah berkenalan dengan Teria. Sekarang aku mau mengenalkan sisi Aster dulu.
Bagi yang belum tahu, Asteria memiliki dua kepribadian. Pertama adalah Aster dan yang kedua adalah Teria.
Happy reading . . . . . . . . . . . . . . Aster membuka matanya perlahan. Sorot matanya yang tajam seketika berubah menjadi teduh dan lembut.
Bingung. Itu yang Aster rasakan saat kesadarannya telah terkumpul sepenuhnya.
Aster mengernyitkan dahinya, "U-UKS?"
"Kau sudah bangun?" Terdengar sebuah suara di balik tirai yang menutupi ranjang UKS.
Arion masuk bersama dengan segelas teh di tangannya, masih dengan ekspresi datar ia memberikan minuman itu ke Aster.
"Te-terima kasih," ucap Aster.
Arion hanya diam.
Aster menyesap teh yang diberikan Arion. Pikirannya benar - benar tidak tenang sekarang.
"Maaf sudah merepotkan ketua," lirih Aster.
Dalam hati, Arion sedikit terkejut sekaligus tidak percaya mendengar permintaan maaf sekaligus nada bicara Aster yang langsung berbanding 180 derajat. Seolah sekarang ia berbicara dengan orang yang berbeda.
Arion mulai mengerti rupanya yang di katakan ayahnya soal anak dari keluarga Valire memanglah benar.
Arion menatap Aster tajam, "Namamu?"
"Aku Aster," jawab Aster sambil tersenyum tipis.
"Sesuai dugaan," gumam Arion, kemudian mengambil kertas yang sudah mereka tanda tangani bersama,"sebelum kau pingsan kita sudah membuat perjanjian."
"Apa perjanjian?" tanya Aster bingung.
Arion memberikan kertas itu kepada Aster. Dengan segera Aster membaca isi surat perjanjian yang ia berikan.
"Kau sudah kalah," ujar Arion dingin.
Aster langsung merutuki betapa bodohnya Teria yang sudah menyetujui perjanjian ini.
Aster menyadari potongan kepribadiannya ini sudah sejak lama. Saat tiba - tiba ia terbangun di tempat asing, padahal sebelumnya dia tertidur di kamaenya sendiri.
Namun, persetan soal itu ada satu hal yang lebih membuatnya khawatir. Jika benar Arion melihatnya pingsan tadi berarti rahasia besar yang ia simpan selama ini telah terbongkar. Rahasia bahwa Asteria anak dari keluarga Valire ternyata memiliki kepribadian ganda.
"Ketua kau sudah mengetahuinya?" tanya Aster hati - hati.
Arion tidak menjawab. Ia mengambil sesuatu dari sakunya dan menyerahkannya pada Aster.
"Ini," kata Arion sebelum pergi keluar dari UKS.
Aster terpaku melihat coklat yang berada di tangannya. Digenggamnya coklat yang diberikan Arion serat - eratnya. Seolah coklat itu telah melepaskan kerinduan Aster selama bertahun - tahun lamanya.
"Ib-ibu," lirihnya.
***
Kemarin
Di dalam ruangan yang luas itu keluarga Elshon -- Arion dan ayahnya sedang membicarakan perihal keluarga Valire. Keadaan sekitarnya sangat lenggang sehingga hanya suara merekalah yang terdengar saat ini.
"Kau mengerti kan Arion. Lindungi gaids itu." Reza ayah dari Arion mengakhiri penjelasannya.
"Kita tidak perlu peduli dengan keluarga Valire ayah," ucap Arion tidak terima, "gara - gara mereka kita hampir bankrut bahkan ayah nyaris dipenjara karena tuduhan palsu."
"Kau akan mengerti maksud ayah nanti ketika bertemu gadis itu," jawab Reza tenang.
"Kenapa ayah harus sepeduli itu?"
Reza hanya diam tersenyum menatap putra semata wayangnya. Sorot matanya seolah meyakinkan Arion kalau hal ini memang harus di lakukan.
Arion menghela napas pelan, "Baik ayah."
Arion beranjak dari kursi dan menutup pintu ruangan kerja ayahnya meninggalkan keheningan di sana.
Besok ia harus menemui gadis itu dan mulai berkenalan dengannya. Ya gaids itu ia adalah Asteria anak satu - satunya dari keluarga Valire.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asteria Grace Valire
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
