Aster membuka matanya perlahan berusaha menyesuaikan cahaya lampu yang menyilaukan. Ia mencoba bangkit dari tempat tidur dengan kepala yang masih terasa pusing.
Aster merasakan letih di jiwa dan raganya. Hampir setiap saat ia harus bertukar tubuh dengan Teria. Hampir setiap saat pun, ia harus melawan penyakit mentalnya sendiri tanpa ada satupun tangan yang terulur padanya.
"Kapan ini akan berakhir?" gumam Aster ketika melihat dirinya di cermin.
Setelah mengganti pakaian, tanpa banyak basa - basi Aster segera bersiap pergi ke sekolah seperti biasa, banyak hal yang harus di lakukannya di sana.
Lama Aster mengendarai mobil, akhirnya ia sampai di depan gerbang sekolah. Saat Aster ingin menutup mobilnya tiba - tiba ada seorang siswi yang menabraknya dari belakang.
"M-maaf," ucap Aster refleks. Ia segera memberikan tangannya untuk menolong orang tadi.
"T-terima kasih sudah mengulurkan tangan untuk yang kedua kalinya," ujar lawan bicaranya dengan nada yang rendah.
"Kau siapa?" tanya Aster sambil mengerutkan keningnya.
Ya. Gadis yang dihadapannya ini adalah Thea dari keluarga Mallory. Keluarga ternama yang terkenal akan kecerdasannya. Sekaligus siswi yang ditolong Teria saat ditindas kemarin.
Thea hanya menunduk dalam, "Kau sudah dengar kabarnya?"
"Sekarang semua menganggapmu manipulatif dan memiliki gangguan mental," sambung Thea.
Aster yang mendengarnya langsung tertegun, tanpa banyak basa - basi ia segera berlari ke ruangannya yang sudah di penuhi banyak orang.
"Asteria kamu!" seru salah satu siswa yang membuat Aster semakin yakin ia sedang di fitnah.
"Bagaimana bisa orang yang punya penyakit mental menjabat di sekolah ini!"
"Kita juga bayar mahal di sini!"
Suara - suara itu membuat Aster semakin bingung. Sungguh, ia membutuhkan sosok Teria sekarang untuk menghadapi masalah seperti ini.
"Tidak. Aku tidak boleh lari dari masalah lagi," ujar Aster meyakinkan dirinya sendiri.
"Cukup!" teriak Aster yang membuat keadaan hening.
"Kalian sudah melakukan pemfitnahan dan membuat keributan di sekolah ini."
"Fitnah? Orang yang kita sebutkan fakta," timpal salah satu siswa.
"Sekolah ini punya aturan yang jelas, kita di sini di atur dengan peraturan yang telah di buat sejak lama. Di sini ada guru, ada penjaga sekolah dan kalian tidak menghargai mereka semua!"
"Kalian pikir kalian siapa?" tanya Aster suaranya terdengar getir, matanya sedikit berkaca - kaca menahan gejolak emosi di hatinya.
"Ya tinggal ganti saja jabatanmu, apa susahnya kita juga berhak di sekolah ini bukan?!" seru salah satu siswi dengan sinisnya, "Lebih baik Iva yang memimpin di sini!"
Seketika saat itu, semua mata langsung tertuju pada Iva.
Iva Qalesyha, ia adalah adik tiri Aster anak dari istri kedua ayahnya. Orang yang paling di benci Teria dalam hidupnya. Ralat. Orang yang paling ingin Teria bunuh dalam hidupnya.
"Bagaimana kalau Iva saja yang menggantikan Asteria, lagipula kalian sama - sama dari keluarga Valire," teriak salah satu siswa yang berusaha memprovokasi keadaan, "Semua setuju?"
"Setuju."
"Ide bagus."
"Ya benar. Cepat gantikan Aster."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEREGO
Teen Fiction"Jika kau menangis dalam waktu semenit, artinya kau harus mengikuti semua perintah saya." "Oke saya setuju. Bersiaplah untuk kalah ketua." Dua orang yang sama - sama memiliki hati sedingin es itu telah menyepakati perjanjian tersebut. Mereka adalah...