Bagian 1

152 88 254
                                    

Di pagi hari yang cerah, matahari menyinari jendela kamar Zee yang memantulkan cahaya tepat pada wajahnya. Memaksakan gadis itu bangun dari tidurnya.

Layaknya remaja milenial, hal yang wajib dicari saat bangun dari tidur adalah ponsel.

"Hah Setengah tujuh? Gila gue kesiangan!!" panik Zee yang bergegas mencari haduk lalu berlari menuju kamar mandi dan membanting pintu itu hingga menimbulkan suara tak sedap untuk didengar.

"Zee pelan-pelan," kata Lydia.

"Udah kesiangan Mah."

Melangkahkan kaki menuju kamar anak tunggalnya untuk menyiapkan seragam sekolah yang belum sempat disiapkan sebelumnya.

"Astaga Zee, kamar kamu udah kayak TPS," kata Lydia.

Banyak sekali sampah seperti kertas, botol plastik, tisu bahkan laptop yang digunakan untuk menonton Youtobe pun belum sempat dikemas. Bergegas ia membersihkan kamar anaknya tanpa perlu waktu yang panjang.

"Punya anak jorok banget, sampah dimana-mana," gerutu Lydia.

"MAAAHHH... SHAMPO ABIS."

"Udah nggak usah shampoan, udah siang nanti kamu terlambat," kata Lydia.

Gadis itu kembali ke kamarnya setelah selesai membersihkan tubuh dan sudah harum bunga mawar karena aroma sabun yang dipakainya.

"Waahh udah bersih aja nih," kata Zee pada sang Ibu.

"Nanti besok jangan lupa dikotorin lagi ya kamar nya, biar mamah jadi pembantu kamu sekalian, biar digaji setiap bulan nya."

"Nggak akan diulang kok, Mamah tenang aja. Mendingan sekarang Mamah keluar karena aku mau ganti baju, udah siang soalnya hehe.."

"Iya deh kalau gitu, lain kali kalau tidur jangan ngebo."

"Nggak apa-apa yang penting masih bisa bangun lagi, coba kalau nggak, bahaya," ledek gadis itu.

Lydia yang sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan juga anak tercintanya, beberapa potong roti dengan selai coklat di atasnya serta taburan mesis membuat selera makan semakin melunjak.

"Pah, sarapan dulu," tawar Lydia pada Joy. "Mau roti atau kopi?"

"Dua-dua nya juga boleh Mah," jawabnya sembari tertawa kecil.

Lydia menggunting sebungkus kopi lalu menuangkan air panas secukupnya sekaligus memberikan roti yang sebelumnya sudah disiapkan.

"Makasih Mah."

Suara langkah kaki seperti berlari terdengar cukup keras ditelinga keduanya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Zee.

"Pagi Pah, pagi Mah," sapanya sembari berlari.

"Pagi anak Papah yang cantik," puji Joy pada putrinya.

Gadis itu langsung terburu-buru menggigit roti milik sang Papah lalu meneguk segelas susu putih hangat dengan cepat lalu pamit pergi pada mereka.

"Aku berangkat dulu Mah Pah."

"Kamu nggak sarapan dulu sayang?" tanya Joy.

"Kesiangan Pah, uang sakunya simpen aja buat besok, hari ini aku masih ada simpenan uang, bye Mah, Pah." Ucapnya sembari mencium pipi Lydia dan juga Joy.

"Hati-hati sayang."

"Iya Mah."

Gadis itu terus berlari menuju garasi, motor Scoopy hitamnya ia dorong melewati mobil yang hampir memenuhi tempat itu.

"Duuhh punya garasi sempit banget sih, mending jual aja nih mobil terus uangnya buat lebarin garasi," omelnya.

Setelah motor itu berhasil keluar dari gang sempit garasinya, ia langsung menancapkan gas motor miliknya dan membiarkan gerbang terbuka.

Diperjalan Zee terus menekan klakson. Amarah orang di sekitarnya tidak berhasil memancing balik amarah Zee. Melanju demgan kecepatan tinggi karena dikejar waktu hampir membuat dirinya terluka karena kecelakaan. Usahanya membuahkan hasil, ia datang tepat waktu, 06.58 AM, 2 menit saja terlambat mungkin akan terkena hukuman.

"Gila untung gue pake motor coba kalau pake mobil, bisa abis gue."

"Zee!"

"Hai Jes, hai Kay."

Jessica dan Kaylee namanya. Mereka memang bersahabat sedari SMP, maka tak heran jika kemana-mana mereka selalu bersama.

"Untung lo nggak telat, coba kalau telat. Lo bakal disuruh bersihin wc cowok sampe jam istirahat," jelas Kaylee.

"Ya kali gue cewek suruh bersihin wc cowok, ogah banget. Lagian gurunya siapa sih yang ngasih hukuman itu? Udah kayak orang nggak waras tau ga," ucap Zee.

"Gue nggak tau sih siapa gurunya tapi yang pasti emang udah ga waras itu guru," sambung Kaylee.

"Sama kayak lo," kata Zee.

Daya tangkap Kaylee memang terbilang lemah, namun jangan salah, gadis itu memiliki kepribadian yang cukup setia jika sudah menemani satu orang.

"Kenapa jadi gue? Salah gue apa?" celoteh gadis itu.

Zee dan Jessica meninggalkan ia mengoceh seorang diri, membiarkannya memikirkan hal tadi hingga benar-benar memahami apa maksud dari ucapan Zee.

"Woy 3G, ngapain disitu terus? Buruan masuk," ajak Zee.

"Lo ngobrol sama gue Zee?" tanya Kaylee yang menunjuk pada dirinya sendiri.

"Sama tiang yang bergoyang. Ya sama lo lah Kay. Lo kan sahabat gue yang paling cerdas," ujar Zee.

"Cerdas? Sejak kapan gue cerdas?"

"Udah buruan masuk ngapain mikir? Keburu ada guru masuk nanti kita bertiga dihukum," lanjut Jessica.

"Iya Zee iya," jawab Kaylee sambil berlari menyusul kedua sahabatnya

"Lo tau nggak sih Zee, katanya ada cowok yang mendadak terkenal dan katanya juga dia seangkatan sama kita," ujar Jessica.

"Masa sih?"

"Gue serius Zee, jadi gini..."

Sebelum Jessica melantunkan ayat-ayat dari trending topik di sekolahan nya itu, Zee harus menghentikan nya. Melihat waktu di jam tangan yang sudah menunjukan angka 07.10 tandanya mereka harus segera sampai di kelas.

"Lanjut nanti aja ceritanya, ini udah jam 7 lewat 10, mending kita cari kelas kita aja."

"Dari pada capek cari Kelas, mending duduk dulu, kita bahas cowok tadi, gue kepo banget sumpah," jelas Kaylee. "Telinga udah gue pasang baik-baik nih," sambungnya.

"Emangnya selama ini telinga lo nggak baik-baik aja ya Kay?" Ledek Zee dengan serius.

"Kaylee sayang, mending lo diem dulu ya, gue bisa stress kalau lo selalu uji kesabaran gue sama Jessica setiap hari, jadi lebih baik lo diem sebentar aja, jangan ngomong apapun itu, bisa kan?"

Kaylee hanya mengangguk.

Z E E T T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang