6. Future husband

982 113 56
                                    


Newcastle, Britania Raya.
10.07 AM.

Wanita muda itu menuruni satu per satu anak tangga sambil memeluk sebuah bingkai kanvas beserta peralatan lukis miliknya. Pagi-pagi sekali ia meminta Gretta membelikan semua benda itu untuk mengisi hari-harinya yang membosankan. Grassiela tidak tahu sampai kapan dirinya akan berkutat dalam kejenuhan di rumah ini, tapi dia tidak bisa tinggal diam.

Meski ayahnya pernah mengatakan bahwa melukis adalah hal yang tak berguna, Grassiela tidak peduli. Ia menyukainya dan tetap akan melakukannya selama hal itu bukan lah sesuatu yang buruk.

Lantas ia terus melangkah menuju pintu kaca yang menghubungkan rumahnya dengan halaman belakang. Tetapi sebelum sampai di sana, langkah kaki itu berhenti tepat di depan ruang makan. Grassiela terdiam memandang meja makan yang kosong.

Pemandangan ruang makan yang sepi itu membuat benak Grassiela terbang ke masa lalu. Tepatnya ketika ia masih berusia tiga belas tahun dan baru saja menghabiskan masa libur sekolahnya selama dua hari.

Jika bukan karena larangan Helena yang tidak masuk akal, Grassiela akan memilih untuk menghabiskan waktu liburannya di asrama saja. Itu memang membosankan, tapi tidak lebih buruk dari pada dirinya harus kembali ke Newcastle dan menyaksikan betapa kedua orangtuanya tidak peduli akan kehadirannya di rumah ini.

Suatu pagi, Grassiela baru saja turun ke ruang makan, namun bukan kedua orangtuanya yang ia lihat di sana. Melainkan seorang lelaki muda yang tengah melahap sarapannya seorang diri dengan tenang.

Grassiela menatap tajam sepupunya itu dan menebak bahwa Alfonso dan Helena sudah pergi pagi-pagi sekali untuk urusan masing-masing. Kemudian ia melenggang masuk dan duduk di kursi yang tepat berseberangan dengan David.

"Aku membencimu," tukas gadis itu tajam.

David sama sekali tidak terpengaruh. Dia tetap memakan sarapannya dengan tenang seolah tak mendengar ataupun melihat kedatangan saudarinya.

Ketika seorang pelayan datang untuk menyediakan makanan untuk sang nona muda, Grassiela masih menatap sepupunya tajam. Ia mencengkeram garpu dan pisau di kedua tangannya dan merasakan emosinya meluap saat  melihat David masih saja bersikap acuh padanya.

Sialan! Mereka berada di rumah orangtua Grassiela, tetapi David lah yang mengambil alih semuanya!

Semenjak Nicholas tiada dan Grassiela diasingkan ke Kanada, David lah yang mengisi kekosongan di rumah ini. Alih-alih memperhatikan putri tunggalnya, Alfonso justru memilih untuk membawa David dan merawatnya seperti anak sendiri. Helena yang masih dirundung duka saat itu hanya membiarkannya saja. Kesedihan yang mendalam membuat wanita itu tidak peduli pada dirinya, suaminya, putrinya atau bahkan keponakannya yang menjadi tuan muda di rumahnya sendiri.

Hal itu membuat Grassiela teramat kecewa. Ia tak mengerti mengapa ayahnya lebih memperhatikan David di banding dirinya? Mengapa Grassiela harus dibuang sementara David tinggal di rumahnya? Mengapa uncle Richard pergi ke Scotland begitu saja dan mengijinkan Alfonso untuk merawat putranya?

Apakah Grassiela egois? Dia hanya merasa terluka melihat ayahnya lebih menyayangi David dibanding dirinya.

Lantas bersama sorot mata tajam, ia berkata pada sepupunya, "asal kau tahu, sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Nick di rumah ini."

Lantas David membalas tatapan sepupunya tak kalah tajam. Mendadak kekesalan yang tersirat di wajah lelaki itu membuat Grassiela terdiam. David bangkit dari kursi makan dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia berdesis dengan rahangnya yang mengeras, "Aku berada di sini bukan untuk menggantikan posisi kakakmu. Tapi untuk membalaskan dendam atas kematiannya!"

Broken FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang