009

8 1 0
                                    

"Dasar pembunuh!"
"DASAR PEMBUNUH!"
"D A S A R  P E M B U N U H!"

"Mau jadi apa kamu?"
"Kaya gini mau nerusin rumah sakit?"
"Apa gak hancur rumah sakit?"
"Anak iblis!"
"RS ini bapak bangun bukan buat anak iblis kaya gitu ya han?"
"PAK!!"

.
.
.
.
.

"GAKK !!!!!!" Alfa terbangun dari lelapnya
Napasnya masih memburu. Keringat mengucur deras dari tubuhnya. Ia juga gemetar.

"it's getting worse." ucapnya dengan nafas yang masih terengah. Ia mengambil sekotak rokok dan pemantik dari ranselnya dan ia memutuskan untuk pergi ke rooftop dan menenangkan dirinya.

Saat langkah Alfa menapak melewati koridor,  samar samar ia mendengar manusia manusia berbaju putih tengah sibuk bergunjing. Entah apa yang ia gunjingkan, namun semua orang tampak menoleh kepadanya.

Badannya tiba tiba gemetar, perasaan ini sama dengan yang selalu ia rasakan dalam mimpi. Perasaan takut dan benci, karena selalu disalahkan.

Ia hendak berteriak saat itu, menyuruh semua orang diam. Namun niat itu ia urungkan saat satu tangan menarik tubuhnya kedalam lift.

Tangan yang menariknya juga langsung memencet tombol lift agar segera tertutup.

"Dokter dokter kalo gibah serem. " Ucap empunya tangan itu sambil bergidik.

Alfa menoleh pada sosok itu. Sosok yang selalu akrab dimatanya belakangan ini. Pasien kamar G-7 dengan matanya yang berbinar.

"Ke rooftop kan?" Tanya Kyra kikuk saat melihat Alfa menatapnya datar. Ia takut bahwa ia menarik Alfa padahal tujuan Alfa bukan ke rooftop.

Yang diajak bicara hanya menjawabnya dengan menolehkan kepalanya kedepan.

"Bisu beneran baru tau. " ucap Kyra mengejek yang dibalas tatapan dingin dari Alfa.

.
.
.
.
.

"Dok, dokter sendiri sudah tahu bagaimana catatan Alfa baik saat menjadi mahasiswa maupun sekarang saat menjadi Koass. " ucap Dokter Adrian pada lawan bicaranya yang tengah menyeruput kopi yang tersaji.

"Iya benar. " jawabnya

"Sudah banyak dok catatan yang Alfa peroleh padahal belum genap sebulan ia menempuh koassnya. Terutama kejadian terakhir, itu tidak bisa dianggap sepele loh dok." tambah dokter Adrian.

"Maaf ya Ad, saya malah harus memberikan beban ini pada kamu. Saya berharap kamu bisa memaklumi Alfa, dan menunggu perkembangannya lagi." Ucap pria paruh baya berkacamata itu.

"Dok, satu dua kesalahan umum mungkin masih bisa saya toleransi. Namun kejadian terakhir itu bukan lagi masalah toleransi dok, nyawa orang dipertaruhkan dalam pekerjaan ini, mohon dimengerti dok."

Yang diajak bicara hanya bisa menghela nafasnya berat.

"Saya tahu Alfa adalah anak dokter Yohan, tapi bukan berarti dokter Yohan bisa menspesialkan Alfa seperti ini dok" tambah dokter Adrian.

"Ad, Alfa itu berbeda. Dia punya alasan yang tidak bisa saya ceritakan, mohon dimengerti. Terus laporkan tentang Alfa pada saya, jika sudah selesai kamu boleh keluar." Dokter Yohan mengakhiri percakapan.

Dokter Adrian mengepalkan jemarinya, lalu ia beranjak pergi dari ruangan Direktur dengan emosi.

Dokter Adrian mengepalkan jemarinya, lalu ia beranjak pergi dari ruangan Direktur dengan emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alfa-

Kyra-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kyra-

Adrian-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adrian-

étoileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang