Pantai

29 10 6
                                    

Hallo, hulla
Kembali lagi bersama aku, ratu halu dari negri utara.

Happy Reading🎉

"Hallo Princess, gimana? Udah baikan?" sapa Rafa pada Naura, Rafa baru saja selesai kelas dan langsung menuju rumah sakit.

"Udah abang afa, abang bawa long bar gak?"

"No... No... No, kamu gak boleh makan permen, ini tadi abang beliin bubur kacang hijau, rasanya enak, Ula makan dulu ya."

"Emmm....," Naura menaruh telunjuknya di dagu, seperti orang bimbang namun Naura nyengir. "Harus di suapin, kalau enggak Ula gak mau."

"Sip Ibu bos," kekeh Rafa sembari mengambil mangkuk dari atas meja. Ia menyuapi Naura dengan sangat telaten, kadang membuat sendok seperti pesawat terbang supaya Naura bisa terus tersenyum.

"Kak Nia, mana?" tanya Naura yang masih memakan buburnya.

"Lagi di rumah, ambil pakain kamu," jawab Rafa. Rafa masih setia menyuapin Naura.

❄❄❄

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," balas Naura dan Rafa dengan serentak.

"Kak Nia, kok kakak lama sih," ngambek Naura.

"Kakak tadi masak dulu, karena kalau makan makanan yang dibeli-beli gitu gak sehat," jelas Seyna. Oh iya, selain Sena. Seyna juga kerap dipanggil Nia oleh Rafa dan Naura. "Kalian udah makan? Bang?"

"Aku udah, tadi bang Afa yang suapin. Bang Afa beli bubur kacang ijo, rasanya ahhh mantapppp," ucap Naura sambil mengacungkan jempolnya, alhasil membuat Rafa dan Seyna tertawa.

"Ini bang, makan dulu. Ini juga laptop  yang abang suruh tadi, aku tarok di meja aja ya, biar ga jatoh nanti," ujar Seyna.

"Kamu udah makan? Makan juga, Nia."
"Udah bang, tadi di rumah."

"Mama udah pulang?" Seyna hanya mengangguk. "Huft..., tadi waktu kamu hubungi, gak dihubungi balik ya?"

"Enggak bang," jawab Seyna dengan lirih. Terlihat dari matanya Seyna ingin menangis, namun ditahan. Ia tak mau membuat Naura juga ikutan sedih.

"Bang, kalau Ula udah sembuh, Ula bisa minta sesuatu gak?" tanya Naura polos dan sedikit ragu.

Rafa dan Seyna saling melirik, seolah bertanya. "Boleh, emang Ula mau apa?"

"Pengen ke pantai," jawab Naura. Naura menarik selimutnya perlahan untuk menutupi wajahnya, ia takut jika Rafa tidak akan menyetujuinya. Namun apa yang dipikirkan Naura salah.

"Boleh dong, nanti kitaa bertiga pergi jalan-jalan. Apa aja yang Ula minta bakal abang turutin, asalkan Naura cepat sembuh. Banyak-banyak berdoa juga, taukan harus doain apa?"

"Tau, harus doain Mama sama Papa biar gak berantem terus, doain Ula juga biar cepat sembuh, doain abang Afa biar abang enggak pelit," ujar Nuara disusul dengan kekehannya. "Doain Kak Nia juga, dan lain-lain."

"Iya yak, aku baru sadar kalau abang itu pelit," ungkap Seyna yang mendapat lirikan tajam dari Rafa.

"Hooh Kak, ga pernah tu Ula dibeliin long bar. Alasannya nanti gigi kamu berlobang, mau?" kekeh Nuara dengan diikuti gaya yang seperti biasa dilakukan Rafa kepadanya.

"Kemarin, Kakak nyuruh bang Rafa buat beliin headset, katanya gini. Iya, Nia, besok ya. Besok-besok mulu. Sampek hari ini, gak ada tu dibeliin," protes Seyna. Naura tertawa sangat keras, sedangkan Rafa sudah siap-siap ingin menerkam adik pertamanya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary DepresiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang