Hari ini hujan, seperti biasanya. Hujan deras disertai petir mengkilap dan suara guntur membahana. Cuaca yang ekstrim bagi sebagian orang, tapi tidak untuk gadis malang ini. Gadis yang sangat mengagumi hujan dalam artian yang sebenarnya. Seburuk apapun kondisi hujan dia akan tetap merasa tenang saat melihat gerombolan air jatuh dari langit membasahi tanah.
"Andaikan gue jadi hujan. Pasti gue ga akan sendirian lagi."Gadis malang itu ditinggalkan orang tuanya sendirian dirumah megah bak istana. Tidak ada pelayan ataupun penjaga yang menemaninya. Semua ini berawal dari rumahnya yang berubah seperti rumah hantu. Rumah yang penuh akan bisikan dan gangguan. Hingga orang tuanya pergi, entah karena apa.
. . . . . .
Siang ini, Gadis itu berjalan jalan disebuah taman umum disekitar lingkungan rumahnya. Weekend , banyak orang mengadakan piknik dan berkemah disini. Ah senangnya berkumpul bersama keluarga. Ada yang bermain kejar kejaran dengan saudaranya, ada juga yang sedang makan bersama dengan segenap keluarganya. Semuanya berkumpul bersama orang yang mereka sayangi, sedangkan disini hanya ada gadis malang duduk sendirian dibawah pohon.
"Mendung lagi? Ga usah ngacauin acara mereka sky. Gue tau lo sedih tapi jangan ujan mulu." Ucap gadis itu sambil tersenyum menghadap ke langit.
"Sky, sky. Gada yang ngertiin gue selain lo deh. Jadi jangan buat gue marah oke?" Seakan langit mendengar apa yang dikatakan gadis itu. Awan yang awalnya hitam bergerak ganti menjadi putih lagi. Ah iya, dia memang gadis yang sangat peduli alam. Tentu saja alam akan mendengarkan gadis yang baik.
"Permisi. Bolehkah aku duduk disini?" Gadis itu menoleh, mendapati seorang perempuan sedang menatapnya. Demi apa, dia sangat imut sekali. "Iya, tentu saja."
Hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan, ini sungguh canggung.
"Ekhem, apa kau tau rumor cerita rumah besar itu?" Perempuan itu menunjuk rumah sang gadis. "Ya, itu rumahku." Sepertinya setelah mendengar jawaban dari sang gadis, dia sangat terkejut.
"Siapa namamu? Apa hubunganmu dengan rumah besar itu?" Ah ini menyebalkan, seseorang menanyakan identitas gadis itu lagi. "Aithne, pemilik rumah Raizer." Woah, perempuan itu langsung berdiri saking terkejutnya. Aithne hanya terkekeh.
"Kenapa kau ada disini?" Sekarang giliran Aithne yang terkejut. Apa yang dia tidak salah dengar? Pertanyaan apaan ini.
"Tidak ada." Aithne mencoba menghilangkan pikiran negatifnya. Bahkan hanya dengan melihat sky, Aithne bisa merasakan tenang. Sky adalah nama untuk sang langit, Aithne hanya bersahabat dengan langit dan menjadikan hujan dambaan hatinya. Gila bukan? Iya karena dia pecinta alam.
"Jawabanmu konyol kawan." Akh bagaimana tidak? Aithne dan perempuan itu tertawa bersama, seolah itu lucu bagi mereka. Apa yang lucu?
"Hey, hujan akan turun sebentar lagi. Sebaiknya kita pulang." Ucapan perempuan itu tak menggoyahkan keinginan Aithne untuk menatap langit. Sky yang dia rindukan.
"Aithne, kau akan basah jika tetap disini." Perempuan itu mencoba menarik lengan Aithne, tapi ditepis dengan kasar. "Pergilah."
Entah sejak kapan Aithne hanya fokus kepada sky dan menunggu hujan datang padanya. Dia rindu hujan, padahal kemarin hujan turun dengan deras.
"I missing you." Aithne kira sky bisa berbicara, ah itu tidak mungkin. Seketika rintik hujan berhenti, Aithne membuka matanya. Dia melihat wajahnya yang terhalang payung dengan seorang perempuan tadi disampingnya. Akh, suasana romance ini terganggu. Batin Aithne.
"Sedang apa kau?" Tanya Aithne datar. "Memayungimu agar kau tidak basah." Tersenyum, hey perempuan itu tersenyum manis sekali. "Aku tidak butuh." Perempuan itu masih tersenyum walau Aithne membalas perkataannya dengan raut datar.
Aithne tidak suka saat ini. Saat yang dia tunggu malah dirusak oleh perempuan ini, menjengkelkan. Sekali lagi, Aithne menatap langit dan bergumam dalam hati dahla sky, dah ga asik.
Entah langit mengiyakan atau bagaimana, hujan berhenti dengan sendirinya tapi suasana awan masih tetap mendung. Tiba tiba saja perempuan itu menarik tangannya dan membawanya ke kafe. "Ikutlah denganku, aku akan berikan suatu rahasia yang tak pernah kau ketahui." Sebentar, sejak kapan suara perempuan ini sedikit berubah menjadi serak? Atau karena dia flu? Ah whatever.
Kini Aithne duduk bersama perempuan yang tadi menarik tangannya. Wajahnya lumayan berbeda dengan yang tadi, aneh. "Apa yang mau dibicarakan?" Disaat yang sama pelayan kafe datang membawakan list menu. "Mau pesen apa kak?"
"Aku haus. Tolong buatkan ice cream shake chocolate tanpa toping. Kau mau apa?" Aithne bingung, dia tidak biasa minum ataupun makan diluar seperti ini. Tapi yang membuatnya tambah bingung, kenapa orang satu ini memesan es krim saat sedang haus? Bahkan awan dan langit masih menunjukkan warna gelapnya.
"Tidak ada." Gelengan kepala Aithne menyelesaikan pesanan saat itu juga. Mengamati sekitar agar tidak ada ganguan lagi, Aithne beralih menatap perempuan didepannya.
"Nona, apakah nona tau rumor bahwa rumah nona sedang jadi bahan taruhan?" Kesambet apa dia tiba tiba manggil gue, nona. Hidih napa jadi formal bahasanya. Batin Aithne sambil menggangguk. "Saya tau."
"Mereka berani mempertaruhkan apapun untuk rumah Raizer. Nona tau?"
"Iya, saya tau."
"Apakah nona tidak mau memberikan rumah itu pada siapapun?"
"Tidak."
"Saya dengar dari ayah kalau rumah itu memiliki pemilik. Dan pemiliknya merupakan seorang gadis yang tinggal sendiri dan hanya sesekali untuk keluar rumah karena .... "
Akh sudah bosan rasanya mendengarkan kisah dirinya sendiri dari mulut ke mulut orang. Inilah alasan kenapa Aithne malas keluar rumah. Membosankan.
" .... Saya sebenarnya sedikit tersanjung karena dapat bertemu langsung dengan nona Aithne." Dan ceritanya pun habis dan entah sejak kapan sudah ada ice cream shake chocolate di meja.
"Terimakasih." Aithne hanya tersenyun semu. Ah ini melelahkan bagi Aithne. Ingin rasanya dia lari lalu tiduran dikamar.
Mencoba untuk mengingat sesuatu, Aithne merasa ada yang janggal disini. Suasana berubah menjadi sepi, awan masih tetap saja berduka atas kesedihan sang langit. Dan anehnya, Aithne teringat akan ice cream shake chocolate didepannya, ada sesuatu yang aneh. Saat Aithne ingin bicara, suaranya sudah didahului dengan kalimat aneh.
"Nona ingin tau rahasia apa yang nona tidak tau?" Aithne hanya menggangguk. Perempuan itu tersenyum lalu menunjukkan sesuatu yang membuat Aithne terkejut bukan kepalang. "Bagaimana nona?" Suara bass itu, pertanda agar Aithne segera pergi dari tempat itu secepatnya. Dengan setengah kesadaran yang terkumpul, Aithne lari tanpa arah. Dan tanpa dia sadari, dia masuk ke dalam hutan. Hutan yang dilarang didatangi oleh manusia.
. . . . . .
Hasil karya gabut, tau sendiri masa pandemi gini apa apa bosen. Semoga ini bisa jadi hobi dan kebiasaan buat up.
Mohon bimbingan kritik dan saran. Semoga karya ini bisa berguna. Berguna untuk apa? Mengisi waktu gabut ehe.
Tinggalkan jejak. Vote, kasih bintang. Kasih komentar. Atau apapun itu. Jangan rasis! Ga baik. Oke sekian, terimakasih.
dc. Kamis, 18 Maret 2021.
Salam,
ㅡ Den z. ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
A with The Secret
FantasyKebanyakan orang hidup dengan keberuntungannya. Jika orang itu tidak beruntung, apa yang akan terjadi?