d u a p u l u h e m p a t

318 50 0
                                    

Saat dihadapkan dengan dua pilihan, antara Sampai Jumpa dan Selamat Tinggal, sebenarnya tidak ada yang lebih baik. Sebab, keduanya sama-sama memberi jarak. Bisa jadi jarak waktu dan kesempatan, yang sangat sulit untuk diraih oleh orang-orang. Bedanya, Selamat Tinggal mengisyaratkan untuk tidak saling bertemu selamanya. Sedangkan, Sampai Jumpa masih memberi sinyal untuk dapat bertemu kembali.

Untuk itu, konsekuensinya adalah mengucapkan Sampai Jumpa. Meski terasa berat untuk terucap, setidaknya ada janji yang terselip untuk saling mengunjungi di lain waktu.

Maka jangan pernah mengatakan Selamat Tinggal, karena kita akan bertemu di lain waktu. Semoga kebahagiaan selalu terpancar, saat kita bertemu kembali.

***

Hari ini.

Hari yang tak pernah aku harapkan dalam hidupku selama ini. Hari kelam yang membuatku tidak bisa membayangkan bagaimana indahnya masa depan, bahkan aku sangat malas untuk sekedar membuka mataku.

Aku mengerjap perlahan, hal yang pertama yang aku lakukan setelah bangun adalah menghela napasku sendiri yang terasa beran membawa beban pikiran yang tak kunjung usai. Aku melirik ke samping, mendapati Wonwoo yang masih bergelut dengan dunia mimpinya. Lelaki itu masih setia untuk memeluk pinggangku, seperti tahu bahwa aku tak boleh kemana-mana.

Ini hari libur kami berdua, dengan begitu kami bisa memiliki lebih banyak waktu sebelum malam menjelang. Aku khawatir sekali, tapi biarlah aku habiskan hari ini bersama kekasih sehidup sematiku dahulu, sebelum akhirnya aku menemui psikopat itu.

Aku memeluk Wonwoo erat, mencium bibirnya dengan beberapa kecupan brutal agar ia membuka matanya. Dengan cepat, Wonwoo langsung mengerjapkan matanya dan menatapku. Butuh beberapa saat hingga nyawanya kembali sempurnya, lantas ia tersenyum penuh arti kepadaku.

"Selamat pagi, kak Wonwoo." Ucapku, aku tersenyum lebar padanya, tidak pernah sebahagia ini aku menyambut pagi.

"Selamat pagi, sayang." Suara Wonwoo terdengar serak. Ia kembali memejamkan matanya, nampaknya tidur berjam-jam semalam masih sangat kurang baginya.

"Kak Wonwoo.. Ayo bangun. Ini hari libur, seharusnya kita pergi jalan-jalan!" Aku bangkit dari pelukan Wonwoo, menarik selimut yang masih membalut tubuhnya.

"Tunggu, ya? Aku masih ngantuk."

Aku memutar bola mataku malas. Pria ini memang akan menjadi pemalas jika berhadapan dengan hari libur, ia bisa menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk berguling di atas kasur.

"Ih, kok gitu, sih! Bangun, yuk! Aku mau kita jalan-jalan hari ini."

Aku berharap sekali Wonwoo dapat bangkit dari kemalasannya, karena aku ingin mengukir kenangan indah hari ini, tentunya untuk sepasang suami istri yang baru saling mencintai.

"10 menit lagi, 10 menit lagi." Ucap Wonwoo, ia kembali menarik selimut untuk membungkus tubuhnya, tetapi sayang aku kembali menggagalkan usahanya.

"Kak.." Aku merengek, lalu dengan gemasnya aku melingkarkan kedua lenganku di pinggang Wonwoo. Menarik tubuh itu dari yang semula tertidur akhirnya  terduduk manis di kasur. Aku butuh perjuangan untuk menarik tubuhnya yang berat, tetapi akhirnya aku dapat melakukannya.

Wonwoo sedikit membuka matanya, hingga kami berdua saling menatap. Kami lantas tertawa bersama. Saat kesadaran Wonwoo sepenuhnya kembali, ia lantas menarik tengkukku dan menyatukan bibir kami. Ia hanya memberi kecupan-kecupan ringan, tak berniat untuk melumatnya.

"Sudah, ah. Kakak lebih baik mandi, nanti aku siapin sarapan. Setelahnya baru aku mandi. Aku mau kita jalan-jalan hari ini." Jelasku.

"Tumben banget mau jalan-jalan." Ucapnya, ia mengusap kepalaku beberapa kali hingga membuatku mabuk akan perhatiannya. Inilah alasan mengapa Doyeon bisa secinta itu pada Wonwoo, ternyata dibalik sifat dinginnya, dia adalah lelaki yang sangat perhatian.

The PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang