Part V

42 2 0
                                    

Hai, makasih buat semua orang yang mau baca an angel ini sampe part limanya ^^ maaf yah update nya telat banget :| moodnya lagi ga bagus nih, hehe. Ga usah berlama-lama.
Enjoy to read and don't forget to vote or comment~


"Selamat pagi, putri Alice." Seseorang membisikkan sebuah kalimat singkat di telinga ku.

Kubuka mata ku, penasaran dengan pemilik suara itu. "Pangeran Edmund? Aaaaah!! Apa yang pangeran lakukan di kamar ku?"

Kini aku berada di ujung tempat tidur, menjauhi pangeran Edmund. Menutupi tubuhku yang hanya terbalut baju tidur dengan sebuah selimut tebal berwarna cokelat.

"A-apa yang kau lakukan di kamar ku pangeran Edmund? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" Kata ku dengan hati-hati.

Ia berdiri, menatap mataku lekat, "aku hanya ingin menggodamu sedikit putri Alice. Tapi nampaknya kau sangat kaget dengan sedikit tingkah menggodaku. Maafkah hamba."

Pangeran Edmund menundukkan kepalanya, mengangkatnya kembali setelah meminta maaf. Tersenyum, kemudian membalikkan badan tegapnya, berjalan menuju pintu keluar kamarku.

Aku memandang kepergiannya itu yang entah sejak kapan berada di kamarku. Ia pasti menatapku ketika aku terlelap.

"Clarisse!" Kupanggil pelayanku yang cantik dan baik hati itu. Aku ingin mandi dan aku membutuhkannya untuk menyiapkan pakaianku.

Tok tok tok.

"Ini aku putri Alice," Clarisse mengetuk pintu kamarku yang terbuat dari kayu mahoni terbaik, di lapisi cat berwarna cokelat dan ornamen anggrek putih pada sisi luarnya.

"Masuklah," kuturuni tempat tidur besarku. Meletakkan kaki ku di atas lantai dingin yang berlapis keramik berbentuk bunga mawar.

"Kau ingin mandi sekarang putri Alice? Aku akan menyiapkan pakaianmu."

Aku mengangguk tanda setuju. Kujalankan kaki ku menuju balkon kamarku yang cantik, membuka pintu yang terbuat dari kaca. Menatap lurus ke arah taman kerajaan Adice yang berada tepat di bawah kamar ini.

Kusandarkan diriku di atas balkon yang berwarna putih, menyilangkan tangan mungilku di atas balkon itu.

Mataku menatap lurus ke arah taman cantik kerajaan Adice, tapi pikiranku tidak berada di sana. Aku memikirkan hal lain.

Tiba-tiba air mata menetes tepat di atas lengan mungilku. Aku hanya membiarkannya. Kini pikiranku hanya terisi oleh sosok yang sangat ku rindukan.

Karl.

Tidak mudah menahan rasa ini selama beberapa tahun. Apalagi dengan kenyataan bahwa aku menyayanginya. Kehilangan dirinya yang selalu ada dalam hidupku, sungguh menoreh luka yang dalam di dalam hatiku.

Karl adalah matahari dalam hidupku, yang baru ku sadari beberapa bulan ini. Ia bagai rembulan di malam hari, bagai pelangi sehabis hujan. Ia mengisi hidupku lebih dari aku mengisi hidupnya.

Ia selalu ada bahkan ketika aku senang, ia selalu tahu dan mengerti apa yang menjadi permasalahanku. Ia mengenalku lebih dari aku mengenal diriku sendiri.

Orang lain mungkin tidak tahu apa yang ku rasakan. Tentu saja aku tidak mungkin menumpahkan semua yang ada dalam hatiku kepada mereka. Hanya tersenyum dengan terpaksa yang bisa ku tunjukkan.

Jujur ini berat, teramat berat bagiku yang selalu ada hadirnya dalam hidupku. Tapi aku tidak boleh terpuruk oleh keadaan ini. Aku harus, sangat harus terbiasa dengan keadaan ini. Memang ini tidak mudah, tapi aku harus melupakannya. Aku harus bangkit.

An AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang