Part II

109 5 2
                                    

"Perempuan!! Bayi nya perempuan!!" Seseorang berteriak keluar dari ruang istana tempat Violet berada.

Tanpa di perintah, aku langsung memasuki ruangan besar itu, dimana sebelumnya hanya ada Violet dan beberapa orang ahli kepercayaan Kerajaan Adice.

Aku sudah menunggu ini selama beberapa jam. Hanya berjalan ke kanan dan kiri, lalu duduk yang kulakukan. Menunggu seorang bayi mungil yang akan hadir ke dunia.

Sesosok bayi mungil dengan tangan dan kakinya yang terlihat rapuh, terbalut nyaman dengan kain berwarna peach yang cantik. Ia tertidur, mengistirahatkan dirinya yang telah berjuang keluar dari kegelapan menuju terang dunia baru yang asing.

"Cantik sekali" kataku spontan.

"Dia luar biasa" bisik Falencia yang kini tatapannya hanya tertuju pada mahluk mungil di depannya.

"Sayang, kau sangat luar biasa. Aku sangat menyayangimu" Steve memeluk Violet erat dan sesekali mengecup kening Violet dengan lembut.

Sebuah senyuman singkat terlihat menghiasi wajah cantiknya. Ia masih sangat kelelahan. Terlihat melalui wajah dan bibirnya yang memutih. Bahkan untuk sekedar membalas pelukan Steve ia tidak bisa.

"Kau memang ibu terbaik yang kupunya!" tatapan Falencia kini beralih dengan sebuah pelukan penuh cinta untuk Violet.

Aku masih di sini, di tempat ku semula. Diam tak bergerak memandangi mahluk mungil yang perlahan mulai membuka matanya. Terlihat warna biru sebiru langit menghiasai bola mata yang kini menatapku.

Steve tersenyum. "Karl, berikanlah nama untuknya"

Kupandang Steve tak percaya. Ia memandangku penuh harap, begitu pula dengan Violet dan Falencia.

Sebuah senyum cantik hadir melalui bibir mungil itu ketika aku kembali menatapnya. Seakan-akan mengerti kata-kata yang di ucapkan oleh Steve, dan mengharapkan satu hal.

Nama.

"Alice" kataku akhirnya.

******

"Tidak akan!!!!!"

Ku layangkan pukulan ku tepat mengenai wajah orang yang sebelumnya menawarkan penawaran yang aneh. Dan bagaimana mereka mengetahui namaku? Aku bahkan tidak mengenal mereka.

Emosi ku kian memuncak ketika mereka menginginkan Alice. Kuharap mereka tidak tahu kalau ia kini berada di dalam gubuk tua itu.

"Kurang ajar kau Karl!!!" Lelaki itu tidak memukulku seperti aku memukulnya. Ia memunculkan 'sesuatu' berwarna biru melalui telapak tangannya yang semula kosong.

"Arghhhhh!!!!"

Aku terjatuh tepat di atas tanah. Sesuatu itu sangat kuat hingga menimbulkan luka pada bagian kiri tanganku.

"Hahahahahahaha!!! Sudah ku bilang serahkan saja putri Alice dan kau akan selamat. Kau tidak akan bisa melawan kami!!!" Ia kembali melemparkan 'sesuatu' itu ke arahku.

"Arghhh!!!!!"

Menimbulkan luka pada bagian tangan kananku. Apa sebenarnya mereka ini?

Sesosok wanita cantik bertubuh tinggi terbang dengan sayapnya yang berwarna hitam, gelap segelap keadaan hutan ini, menuju ke arah ku yang terlempar cukup jauh dari tempat semula.

Ia mengangkat daguku. "Oh dear. Kau tidak akan terluka seperti ini kalau kau mau menyerahkan putri Alice pada kami."

"Tidak akan pernah!!!" Kugigit salah satu jarinya.

"Arghhh!!!" Ia mengaduh kesakitan.

"Kurang ajar kau!!!!!"

Plakkkkk.

An AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang