Part I

240 8 4
                                    

Hembusan angin yang menggelitik, harum bunga lily yang menenangkan jiwa, indah bertaut bagai rembulan di malam yang cerah.

Di sini lah aku, bersama pelayanku yang selalu setia menemaniku. Berdoa untuk kakak ku yang telah lama terbaring di dalam tanah yang dingin.

"Semoga kakak selalu tenang di alam sana, aku menyayangimu." Ku buka kedua mata ku dan meletakkan satu tangkai bunga lily kesukaan ka Falen di atas tanah tersebut.

"Ayo putri, kita harus segera kembali. Saya rasa sebentar lagi akan turun hujan."

"Sudah ku bilang jangan panggil aku putri, Karl. Bisakah kau hanya memanggil ku Alice? Ayah juga tidak akan memarahimu." Pintaku.

Aku benar - benar tidak suka di panggil putri. Aku memang seorang putri, satu-satunya putri kerajaan Adice yang tersisa, tapi aku benar-benar tidak suka di panggil putri, aku tidak suka adanya perbedaan status.

"Akan saya ingat. Bisakah kita pulang sekarang? Saya hanya tidak ingin putri.."

"Oh karl-" aku, memotong pembicaraan, "-harus berapa kali aku memohon padamu untuk tidak memanggilku seperti itu," kataku kesal.

Karl membantu ku berdiri dari posisi ku yang sebelumnya duduk di samping tempat peristirahatan ka Falen, sambil menggenggam erat tangan kananku. Ia hanya diam, tidak membalas perkataanku.

"Karl.." aku memanggil nama nya.

"Iya Alice" jawabnya, yang membuat ku terkejut bukan main.

"Kau.. memanggil namaku?" Tanyaku heran.

"Iya Alice.." jawabnya dengan lembut.

Aku sudah lama menunggu ini. Menunggu Karl, yang sudah aku anggap kakak ku sendiri memanggil nama ku. Ada perasaan hangat di dalam hati ku saat ia melakukan itu.

Aku tersenyum. "Apa kau melakukan itu karna besok adalah hari ulang tahun ku? Ketika aku akan memulai dua belas tahunku?"

Aku sangat penasaran hingga mendekatkan wajah ku ke wajahnya. Aku harus berjinjit untuk melakukan itu. Aku tidak sadar ternyata aku menginjak gaun panjangku hingga aku kehilangan keseimbangan.

"Arghhhh!!"

Tepat sebelum aku mendarat di tanah, aku merasakan lengan seseorang menangkap pinggangku. Kini aku sudah berada dalam pelukan Karl.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya. Aku melihat kecemasan di matanya yang berwarna cokelat muda yang terlihat sangat indah itu.

"Emm.." mengalihkan mata ku agar tidak bertemu dengan matanya. Aku merasakan perasaan aneh ketika mata kami bertemu.

'Kenapa jantung ku berdetak tidak berirama seperti ini?'

Ku lepaskan tangan nya yang masih memeluk pinggang ku. Aku tidak ingin Karl mendengar irama detak jantung ku yang aneh.

Belum sepenuhnya ku lepaskan tangan nya, tiba-tiba ia menggendong ku bak seorang putri yang sedang di manja.

"Apa yang kau lakukan?!!!! Karl!!!! Turunkan aku!!!" Aku terkejut bukan main, ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

Aku merasakan ada rona kemerahan di wajah ku yang mungil. Irama jantung ku semakin tidak teratur. Tapi aku merasa nyaman. Perasaan apa sebenarnya ini?

"Tenang lah Alice, anda itu ceroboh. Aku hanya tidak ingin anda terjatuh lagi. Apalagi sampai anda terluka" suaranya sangat pelan, seperti berbisik. Tapi aku bisa mendengarnya.

Aku hanya diam, tidak membalas perkataannya. Membiarkan kedua tangan nya menggendong tubuh mungil ku. Terlihat noda merah tanah di ujung gaun yang tadi tidak sengaja ku injak.

An AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang