31 Desember 2015
23:50
Hanya tinggal beberapa menit lagi, tahun akan berganti. Aku dan kedua orang tuaku mengadakan pesta barbecue kecil kecilan di halaman belakang.Keluarga kami memang sering kali berbicara dengan bahasa inggris. Pasalnya, Daddy adalah orang asli Kanada dan Mommy adalah Chinese-American.
Kalau soal Lucas, katanya dia orang China. Tapi, aku tak tahu dia jujur atau tidak. Kami pertama kali bertemu sekitar aku berumur lima belas tahun, setelah aku mengalami kecelakaan—yang membuatku bisa melihat Lucas.
Lucas masih sama seperti saat aku bertemu dengannya delapan tahun lalu. Kalau ditanya apakah aku tidak punya perasaan dengan Lucas. Pastinya aku akan menjawab punya. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Lucas pun seperti itu.
Namun, aku sadar jika kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Maka dari itu, aku mulai belajar untuk mencintai Lucas sebagai sahabat, bukan sebagai pria.
"Tak terasa aku sudah hidup di dunia ini sebagai arwah selama lima tahun." Gumam Lucas yang duduk di sampingku.
Aku tidak menanggapi ucapannya dan lebih memilih untuk memakan daging buatan Daddy ku. Tak lama setelah itu, kembang api berbunyi dan menghiasi langit malam. Kurasa sudah berganti tahun. Selamat tahun baru, Lucas, Kak Doyoung, Mom, Dad.
"Kak Doyoung-mu sedang tidur."
Aku mengernyit bingung. Apasih yang Lucas sedang bicarakan? Akhir akhir ini dia sering membual tentang keberadaan kak Doyoung. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menanyakan tentang hal itu padanya sekarang.
Sekarang kami berdua sudah berada di dalam rumah—tidak bersama kedua orang tuaku. Karena, mereka tidak tahu soal keberadaan Lucas dan Lucas bilang jangan beritahu soal dirinya kepada siapapun.
"Lucas, maksud kamu apa? Kenapa belakangan ini kamu selalu membicarakan kegiatan kak Doyoung?"
"Entahlah, hanya firasatku. Tapi aku merasakan hal itu benar."
Huft, dia hanya membuatku semakin bingung saja. Kalau memang benar, artinya Kak Doyoung itu nyata, bukan? Kalau dia salah, maka artinya aku di permainan oleh Lucas dan sia sia aku mencintai Kak Doyoung—eh.
"Mommy, Daddy, aku ingin tidur. Goodnight." Setelah berpamitan, aku meninggalkan kedua orang tuaku dan berjalan menuju kamar. Cepat cepat kurebahkan diriku di portal menuju Kak Doyoung, hehe.
Tak peduli Lucas yang menatapku aneh. Padahal, sudah tiap hari aku selalu antusias sebelum bertemu Kak Doyoung.
Aku terbangun di hari yang sama. Namun kali ini aku bangun sedikit lebih awal. Ini sudah hari ke 1036. Beginilah, cepat atau lambatnya aku tidur tidak berpengaruh dengan cepat lambatnya aku bangun. Sungguh random.
Setelah bersiap siap untuk keluar rumah, aku dan kak doyoung pergi berjalan jalan menaiki mobilnya. Ah, wangi ini. Rasanya wangi kak Doyoung hampir seperti oksigen bagiku. Dengan kata lain, aku membutuhkannya.
Hari ini liburan dan rencananya aku akan menghabiskan hari terakhir di tahun ini bersama kak Doyoung. Kami pergi ke beberapa tempat yang unik dan pertama kalinya bagiku, kami menonton pertandingan sepak bola dan kami berjalan kaki mengelilingi perkotaan.
Namun, kami berhenti sebentar untuk beristirahat dengan duduk beralaskan rumput di tengah tengah taman. Aku membaringkan tubuhku tepat di samping Kak Doyoung yang fokus pada laptopnya—kurasa masalah pekerjaan. Lekuk wajahnya sangat tampan jika dilihat dari sudut ini, ekspresi seriusnya mengalihkan duniaku. Latar belakang berupa langit biru menjadi sangat indah jika bersama kak Doyoung.
"Kalau mau jalan itu jangan terlalu cantik. Nanti punyaku direbut."
Aku melirik kak Doyoung yang sedang duduk tepat disampingku, dia bergumam tanpa mengalihkan pandangannya. Suaranya sangat kecil, hampir tak terdengar tapi aku berada tepat disampingnya.
P-punya aku?! Maksudnya aku punya kak Doyoung?? Astaga! Kurasa aku bisa gila karena tiap harinya ucapan kak Doyoung makin manis saja. Aku pura pura tidak dengar saja, deh. Kalau aku menanyainya bisa bisa aku jatuh setelah di terbangkan tinggi tinggi.
Tak bosan bosan aku menatap wajah tampan kak Doyoung. Kulit wajahnya seputih susu, dia punya single eyelid tidak seperti lucas yan memiliki double eyelid. Dia tampan, namun dengan caranya.
Tiba-tiba kepalanya menoleh kepadaku. Dasar, bikin jantungan saja! Aku hanya menyengir saja, tatapan kami bertubrukan. Dan wajah seriusnya berubah menjadi senyuman—yang benar benar manis.
"Dimakan roti lapisnya. Jangan lihat aku terus, lihatin aku nggak bikin kenyang..." Imbuhnya masih menatapku. "... Yang ada bikin aku nggak fokus kerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream, Doyoung ✓
FanfictionSakit rasanya mencintai orang yang tidak mungkin di gapai, seperti Doyoung contohnya. Ini kisah bagaimana Ella dan Doyoung di pertemukan di dunia lain, yaitu dunia mimpi. Dunia dimana Ella dan Doyoung menjadi sahabat, namun tiba tiba saja Doyoung m...