4. Agreement

287 30 0
                                    

- Another Side -

"Sut..sut..Jean.."

"Jean"

Tak ada respon dari si pemilik nama. Hal itu membuat Jisung kesal sendiri.

Pagi ini jadwal mengajarnya guru killer. Tidak mungkin jika Jisug harus teriak-teriak untuk sekedar mendapat atensi Jean. Bisa jadi kerupuk kulit jika anak itu sampai kena hukuman.

Dijemur dibawah tiang bendera siang hari. Astaga, Jisung langsung bergedik ngeri membayangkannya.

Menggunakan 1001 cara Jisung terus berpikr. Ia menggaruk rambut belakangnya, menengok kanan dan kiri untuk memastikan keadaan aman. Sedikit merenggangkan otot-otot kepalanya, menegapkan posisi duduknya, mengambil ancang-ancang, lalu...

PUK..!

"Aduh, pulpen gue jatoh lagi" Ucap pelan Jisung berpura-pura mengambil pulpennya yang sengaja ia jatuhkan.

"Kenapa yang dibelakang berisik?" Guru killer itu menatap tajam Jisung yang sedang merangkak menuju meja Jean.

"Hehe...pulpen saya jatoh, pak" Elak Jisung.

Lalu guru killer itu kembali menulis dipapan tulis.

Jisung memegang dadanya, menghela nafas begitu panjang. Ditegur guru killer seperti tadi hampir membuat jantungnya copot.

"Sialan si Jean, ketutupan setan budeg apa gimana sih?!" Gerutu Jisung menatap Jean yang sedang melamun.

Jean dan Jisung tidak sebangku. Jadi, ya... begitu deh.

Jisung diam-diam kembali merangkak menuju meja Jean. Hanya terhalang satu meja, jadi tidak terlalu jauh. Untung saja.

"Je, bengong aja sih lo dari tadi. Gue panggilin juga" Bisik Jisung setelah duduk dibangku sebelah Jean.

"Kenapa sih lo bengong? Ah iya nih gue tau, lo pasti mikirin si cewe metal itu, kan?"

Jean berdecak, "Jasmine namanya".

"Iya-iya, Jasmine. Kenapa sama dia sampe bikin lo kaya gini?"

"Bukan urusan lo, ah"

"Yah alus lo, Je"

"Berisik deh, lo! Ngapain sih kesini? Balik sana ke meja lo!"

"Suka lo ya sama Jasmine?" Goda Jisung memasang senyum mengejek.

"Udah deh sana lo balik, ganggu tau ngga?!"

Jisung kembali menggodanya, "ketauan banget lo" terkekeh pelan, "--lagian kaya ngga ada cewe lain aja deh, Je" Lanjutnya.

Jean mengernyit, "maksudnya?"

"Nih ya, menurut pandangan gue, Jasmine itu ngga jelas. Dari bentukannya aja masih ngambang. Rambut merah kaya kebakar matahari, dandanan medok, udah gitu banyak banget tindikannya. Persis noh kaya preman blok-m" hela Jisung, "--selera lo emang aneh, ya. Tapi cocok lah kalo bersanding sama lo"

"Cocoknya?" Tanya Jean.

"Lo cowo aneh. Kadang-kadang diem kaya orang nahan boker, kadang-kadang banyak bergerak kaya lintah dikasih garem. Nah si Jasmine, beuh~ tuh cewe banyak banget pergerakannya. Klop lah udah, pas. Sesuai apa kata buku primbon gue" Ucap Jisung sedikit berteriak, tanpa sadar pastinya.

Jean menatap datar Jisung, "Pindah ngga, lo?"

"Itu yang dibelakang kenapa teriak-teriak? Udah bosen belajar? Mau saya hukum?" Tegur sang guru killer didepan sana.

Jisung langsung menunduk. Nyalinya ciut seketika setelah mendapat tatapan maut dari guru tersebut.

"Ngapain lo duduk dibangku gue?" Tanya seorang murid, teman sebangku Jean yang asli. Dia baru balik dari perpustakaan.

2 Dunia || NoMin Ver. (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang