Aku punya pertanyaan,
❝𝐏𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡𝐤𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐫𝐢𝐚 𝐡𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚?❞
Dia lahir di Uruk, Sumeria kuno.
Seorang pemimpin lalim dan binatang buas sahabatny...
Ayah, laki-laki itu berasal dari sungai Tigris dan Eufrat yang mengalir ke teluk Parsi. Kemarahannya begitu gagah seperti banteng jantan Ninsumun yang agung. Tindak tanduknya adalah racun untuk Uruk, setiap lilin adalah pemikiran mengenai kesenangan apa lagi yang bisa ia capai besok. O Ayah kami Dewa Anu, apakah tidak ada bulu burung gagak yang cukup berat membebaninya?
Dewa-dewa bersedih mendengar ratapan manusia. Dewa-dewa menangis kepada dewa tertinggi. Anu tidak berdaya karena Gilgamesh menempa dirinya sedemikian rupa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—source art from pixiv
Dia adalah Gilgamesh. Dua pertiganya dewa dan sepertiga manusia. Ibunya merupakan dewi suci agung Ninsumun, sedangkan ayahnya raja Lugulbanda si penakluk. Sejak lahir ia diajari untuk membuang rasa belas kasihan, rasa takut dan ketulusan di hatinya.
Siapa disana yang bisa menyaingi kedudukan rajanya dan berkata seperti Gilgamesh?
"Apakah aku rajanya?"
Adalah ratu surga yang menggambar bentuk sosoknya yang begitu tampan, sementara tubuhnya disempurnakan oleh keilahian Nudimmud. Gilgamesh yang tinggi, luar biasa dan mengerikan, yang membuka celah dipegunungan, yang menggali sumur di lereng dataran tinggi dan menyeberangi lautan luas menuju matahari terbit.
Di tanah Sumeria, kisah ini terpatri tiga ribu sampai dua ribu tujuh ratus tahun sebelum masehi diatas sebuah tablet tanah liat. Uruk adalah kota benteng terbesar pada masanya. Gilgamesh merupakan raja kelima dari dinasti pertama Uruk. Ini adalah zaman dimana orang-orangnya mendewakan ia setelah kematiannya.
Masa muda Gilgamesh adalah penyebab orang-orang di Uruk senantiasa cemberut di rumah mereka masing-masing. Tiada Ayah yang pulang menemui keluarganya, tiada anak laki-laki yang bisa hidup lama di tanah itu. Mengapa? karena Gilgamesh membunuh semuanya. Rakyatnya dipaksa bertarung satu sama lain di alun-alun. Birahinya melucuti kesucian semua kekasihnya. Entah itu tua atau muda, gadis-gadis rumah bunga atau istri para bangsawan. Mereka menjulukinya pria arogan yang bosan seumur hidup. Sikap arogannya tidak peduli siang atau malam.
Maka rakyat Uruk berdoa pada fajar lalu menangis sampai senja. Mereka meminta pada Yang Kuasa untuk menurunkan satu batu yang mampu mengimbangi Gilgamesh. Dewa-dewa mendengar keluh kesah mereka. Orang-orang di langit menggunakan jubahnya yang agung dan meramal Gilgamesh. Karena geram, Anu mengetuk kepala Gilgamesh sepuluh kali saat ia terlelap.
"Saya tidak membaca."
"Haha," suara tawa renta. Lalu jari yang menulis di telapak tangan lainnya berhenti bergerak. Wanita tua mulai mengangkat suara untuk melanjutkan sisa kisahnya.
"Apakah kamu adalah penyihir? Bagaimana mungkin kamu meramal nasib raja?" Wanita lain bertanya.
"Benar sekali. Aku adalah penyihir terhebat. Aku datang dari Lagash dan meramal nasib raja!"