Uruk merupakan pasar yang besar.
Hujan seperti potongan sekam yang jarang ditemui, acapkali ketika itu turun, maka tak ada hentinya hingga memicu air sungai yang menyingsing. Kamu akan menemukan arak gandum dan daging domba, barley untuk semangkuk bir dan rami manis bagaikan racun ular. Bahkan buah-buahan dan sayuran tidak pernah habis. Tanah Sumeria adalah hilal subur yang membentuk bulan sabit.
Dari sini orang-orangnya meyakini tiga pusaka yang dianugerahkan untuk peradaban Mesopotamia. Satu, tanah yang kaya. Dua, peradaban yang makmur. Dan tiga adalah Gilgamesh. Simbolis yang begitu tinggi
"Hari ini simbolis dewa itu memaki di rumah rakyatnya."
"Ya,"
Pemuda itu datang lagi. Yang menerima ramalan Raja beberapa hari lalu dari wanita tua. Dia mengeluh tentang Gilgamesh dan kegilaannya. Dengan dalih itu sesungguhnya ada rasa penasaran yang memicu dewi batin untuk menuntut kelanjutan ramalan raja. Ia telah membersihkan telinganya dan belajar membaca huruf paku. Jika wanita tua menulis lagi di telapak tangan si pemuda, maka dia akan membacanya.
"Aku ingin mendengar hari pemakamannya! Lalu aku mencarimu pagi ini di gorong-gorong tapi tiada debu kakimu disana."
Si nenek tua menggosok ujung kain yang menutupi rambut, gerakan seperti menggaruk, "Jadi apa masalahnya?"
"Jika lawannya telah tiba seharusnya ia sudah menghentikan raja gila itu hari ini," tukas si pemuda mencoba pintar.
Wanita tua disana masih menguap, kakinya berusaha berdiri untuk mengambil beberapa roti dari keranjang. Pria dengan tampang yang mudah dikenali itu mengikutinya dari belakang, ia seperti anak anjing, dengan senang hati membayar apa yang diambil. Wanita itu makan sambil bicara,
"Cobalah menunggu, itu tidak menyakiti siapapun."
"Katakan padaku penyihir. Apakah Gilgamesh akan tidur di rumah pengantin malam ini?"
"Dia tidur dimana-mana."
***
Hari ini Enkidu datang untuk Gilgamesh. Shahmat telah memperingatinya, bahwa di hari ketika ia melucuti tubuhnya untuk mewadahi nafsu dengan Shahmat, maka setengah kekuatan liar miliknya juga dirampas begitu saja. Namun tekad membekali nama yang diberikan Enki untuk Enkidu. Ia berjalan seperti orang sombong ketika memasuki Uruk. Rambutnya dibiarkan tumpah tanpa diikat, setiap sapuan kaki mengukir jejak di tanah.
Semua penduduk berkumpul dan berdesak-desakan untuk melihatnya berjalan melewati jalan tembok besar. Mereka membuat Enkidu sebagai topik pembicaraan.
"Dia orangnya!"
"Tubuhnya lebih pendek tapi tulangnya kokoh."
"Dia adalah orang hebat seperti dewa, dia menghisap susu sapi betina di gunung!"
"Kurasa dia iri pada raja,"
"Akhirnya Gilgamesh menemukan lawannya. Mereka adalah musuh seimbang!" seseorang kemudian menimpali,
"Tetapi dia begitu menawan. Bukankah dia pengantinnya?"
Malam telah tiba bersamaan dengan datangnya Gilgamesh. Malam di Uruk adalah padang pasir dingin tanpa adanya obor menyala, namun sebuah tempat tidur untuk pengantin telah dihias di alun-alun. Ukurannya cocok untuk dewi cinta. Jika seseorang telah menutup seluruh lilin agar cahanyanya tidak keluar, maka kunang-kunang senantiasa menyiram jalan kosong dengan lentera di ekor mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gilgamesh ; The Man Who Mourn (slowburn)
FanfictionAku punya pertanyaan, ❝𝐏𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡𝐤𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐫𝐢𝐚 𝐡𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚?❞ Dia lahir di Uruk, Sumeria kuno. Seorang pemimpin lalim dan binatang buas sahabatny...