Sudah seminggu lebih sejak insiden tak terduga di sport hall saat pertandingan final basket putri SMA Cahaya Bangsa menjadi topik yang sedang panas-panasnya, sampai topik itu dibicarakan di radio sekolah. Yang dibicarakan tentu saja tokoh utama kejadian tersebut, Winter dan Karina.
Karina sang penyelamat bocah kelas 10 dari lemparan bola basket, begitu tulisan headline majalah sekolah minggu ini.
Winter sudah bosan dan lelah, sekarang kehidupan sekolahnya tidak setenang sebelumnya. Kemana-mana, jika masih di area sekolah, depan sekolah, dan belakang sekolah, pasti dia menjadi pusat perhatian dan topik gibah murid SMA Cahaya Bangsa. Seketika namanya disebut-sebut oleh ratusan murid yang ada di sekolah bergengsi itu tentu saja dengan partnernya, Karina.
Seperti sekarang, Winter berjalan ke kantin saat jam istirahat saja sudah dilirik banyak kakak kelas centil, bagian dari penggemar Karina. Leher mereka sudah hampir seperti burung hantu, memutar sampai ke belakang hanya untuk melihat Winter.
Ryujin, Yuna, dan Ningning jadi ikutan risih jika berjalan bersama Winter selalu diperhatikan begitu. Mereka jadi terpaksa sok sopan, membungkuk dan tersenyum menyapa para senior. Sudah hitungan ke berapa puluh Winter mendengus. Akhirnya sampailah di depan konter penjual dorayaki melon di sekolahnya.
"Bang, dorayaki melon satu."
Setelah menerima dorayaki melon, Winter membayar kue tersebut dan berbalik, ingin menyusul temannya yang sudah duduk duluan di meja pojok kantin.
Tapi langkahnya diurungkan karena di belakangnya ada seonggok tiang- maksudnya orang yang dari tinggi Winter yang tidak tinggi, tinggi orang itu jadi terlalu tinggi jika dilihat dengan jarak sedekat 5 inch.
Winter harus mendongak melihat siapa yang ada di hadapannya, sambil sibuk menggigit dorayaki melonnya.Matanya bertemu dengan mata orang tersebut, tatapannya sangat datar. Winter menghela nafas saat tahu siapa orang itu.
Karina.
Winter memutuskan kontak mata mereka dan bergeser ke kanan, tapi sayangnya insting mereka sama jadi Karina ikut bergeser ke kanan pula. Saat Winter ke arah kiri, Karina pun sama. Berulang kali begitu, hingga keduanya jengah sendiri.
Karina memegang kedua pundak Winter agar gadis itu berhenti.
Setelah itu dia melewati gadis itu begitu saja.Bayangkan betapa canggungnya saat Winter harus menatap Karina dengan jarak sedekat itu selama berdetik-detik. Tapi entah kenapa Winter merasa tatapan Karina tidak menusuk seperti biasanya, mata itu menenangkan dan berhasil membuat Winter melupakan situasi di sekitarnya, seakan hanya ada mereka berdua saat itu.
Interaksi singkat itu sontak menjadi perhatian para murid yang ada di kantin. Bahan gibah mereka ada yang baru nih. Termasuk teman-teman Winter yang menyimak dari jauh sambil tertawa. Saat Winter duduk bersama mereka, tawa mereka tidak tertahan lagi. Sampai-sampai Yuna memukul-mukul Ryujin yang sudah kesakitan.
"Kalian kenapa sih?" Tanya Winter dengan nada juteknya.
"Lucu banget HAHAAHHAHAHA lo emang jodoh sama Kak Karin, Ter... HAHAHAHAHAHAH" Ucap Yuna yang tidak berhenti ngakak.
Maklum selera humornya hanya melihat temannya mengalami hal yang memalukan.
Winter memutar bola matanya, dia bosan mendengar nama Karina akhir-akhir ini. Winter memutuskan memakan dorayaki melonnya saja.
Tidak jauh beda dengan Winter, Karina yang duduk bersama teman-temannya juga diejek daritadi.
"Ciee mentang-mentang udah pernah pelukan, berani banget pegang-pegang..." Ucap Giselle dengan wajah tengilnya.
"Iya nih, pepet lah, Rin... Jangan lama-lama keburu gue yang ambil," sahut Yena sambil menaik-turunkan alisnya.
"Waduh, kudu lapor Yuri nih, peliharaannya nakal!" Ujar Yeji.
"Enak aje mulut lo, peliharaan hina banget njir!"
"Kalian ribut di tengah lapangan sana loh, ganggu aja..." Karina akhirnya bersuara setelah sekian lama pura-pura sibuk dengan Indomie kuahnya, padahal pikirannya kemana-mana.
Lebih tepatnya ke satu orang.
Yeji dan Yena yang tadinya tendang-tendangan jadi berhenti dan memilih makan makanan masing-masing. Daripada kucing garongnya ngamuk.
Saat pulang sekolah Winter dan kawan-kawannya langsung berhamburan ke luar kelas. Winter dan Ryujin menemui sohibnya yang pisah sendiri di koridor IPS.
"Woi, Yujin! Buru njir lama banget keluar lo?" Ryujin datang-datang ngajak ribut.
"Yeu, nggak tahu aja lo Pak Kumis marah-marah njir karena kelas gue remidi semua di mapel dia," jawab Yujin yang sudah jalan bareng Winter dan Ryujin menuju warung Bu Lastri depan sekolah.
Mereka biasa nongkrong disana sambil jajan ciki dan main game. Ya... namanya juga gabut tapi malas ikut ekskul atau organisasi macam-macam jadinya tiap pulang nongki dulu. Kadang bareng sama Yuna, Jisung, Chenle kalau mereka lagi nggak ikut ekskul. Cuman Ningning yang nggak suka nongkrong di warung, mainnya di sbuck bro karena kalau warung panas dia nggak betah, esnya juga bikin batuk. Maklumin kaum elite JakSel mah beda.
Sudah satu jam lebih Winter main bareng teman-temannya, dia harus segera pulang sebelum bapaknya ngomel karena dilaporin ibu tercinta kalau pulang telat. Setelah pamit, Winter langsung menuju halte.
Huft, Winter melihat sosok yang sangat dikenalnya karena mereka sering bertemu. Karina, yang juga sedang menunggu bis datang sambil bermain dengan ponselnya.
Halte sudah sepi karena memang murid yang naik bis biasanya langsung pulang jam 2 siang, setelah pulang sekolah. Kini hanya ada Karina disana, mau tidak mau Winter berjalan mendekat dan berdiri di samping Karina.
Karina menyadari ada seseorang di sampingnya, dia sempat melirik dan tahu jika itu Winter namun tetap acuh tak acuh. Pikirannya kembali mengingat saat Winter tidak sengaja tidur di pundaknya.
Berkali-kali bertemu dengan cara yang kurang wajar, lama-lama Karina terbiasa dengan kehadiran bocah itu. Sebenarnya Winter terlihat lucu dan menggemaskan karena tingkah lakunya yang selalu heboh jika bersama teman dekatnya, tapi seketika diam jika orang-orang mulai memperhatikan dan membicarakannya.
Karina sudah tahu jika bocah itu sering dibicarakan karena insiden Karina memeluk Winter untuk melindungi gadis itu dari lemparan bola Giselle. Karina sedikit merasa tidak enak melihat Winter jadi tidak nyaman di lingkungan sekolah.
Padahal pertemuan mereka pertama itu saat hari Winter terlambat kebetulan Karina yang bertugas piket dan kebetulan setiap dirinya piket Winter selalu terlambat. Karina sering mengomel karena Winter dengan seribu alasannya yang tidak masuk akal. Selain omelan karna Winter terlambat, mereka tidak pernah mengobrol.Bis berhenti di depan mereka, Karina masuk dan diikuti Winter di belakangnya. Karina memilih tempat paling belakang, sedangkan Winter di kursi tengah-tengah sedikit jauh dari Karina. Selama perjalanan Winter hanya melihat keluar jendela dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya, Karina memperhatikan gadis itu selama perjalanan sampai dia harus berhenti karena sudah sampai halte dekat rumahnya. Saat Karina berjalan menuju pintu di depan melewati Winter, Winter merasa déjàvu seperti pernah mengalami itu sebelumnya. Tapi dia mengabaikan pikiran itu dan menikmati perjalanan hingga sampai di halte tujuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tresna ; WINRINA
Fanfiction"𝐓𝐫𝐞𝐬𝐧𝐚 𝐤𝐮𝐰𝐢 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐚 𝐤𝐮𝐥𝐢𝐧𝐚." "𝐇𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐞𝐧𝐭𝐮𝐭." • lokal • gxg © jaydeevil, 4 Maret 2021