Sedaritadi Karina memasuki kantin, matanya sudah terpaku pada sosok yang duduk bersama beberapa orang yang lain, di salah satu tempat duduk kantin. Karina memilih untuk duduk sedikit jauh di belakang gadis yang memunggunginya. Dia mengamati apa yang dilakukan gadis itu, mulai dari asik bercerita dengan teman-temannya hingga tertawa, lalu saat dia menyomot ciki milik seseorang yang duduk di sebelahnya, yang Karina tahu itu orang yang Winter panggil "Chan", saat mereka jalan di belakang Karina sore itu.
'Mereka tampak dekat.'
"Rin?"
"Woi, Rin!"
Karina tersadar dari lamunannya saat Giselle menjentikan jari di depan mukanya.
"Hm?"
"Lo kenapa, njir? Kayak sawan gitu," tanya Giselle heran melihat sahabatnya diam sejak tadi, tidak memesan apapun, hanya melipat tangannya di dada dan menatap lurus ke depan.
"Enggak, emang gue kenapa?"
"Dih, balik tanya nih bocah? Lo nggak beli makan gitu?" Giselle melempar kulit kacangnya ke arah Karina.
"Nggak mood makan," jawab Karina dengan tatapan tajamnya menuju punggung Winter yang berkali-kali dirangkul si Cahyo-Cahyo itu, entah namanya siapa, Karina bodo amat yang pasti dia terganggu dengan pemandangan itu.
Akhirnya Karina memilih pergi dari kantin menuju sport hall sendirian. Disana banyak murid yang bermain basket saat jam istirahat.
"Jun, gue pinjem bola satu!"
Lelaki yang dipanggil pun menoleh,
"Yoii, lo nggak mau ikut main?"
Tanya Jun yang masih di tengah lapangan men-dribble bola di tangan kirinya.Karina menggeleng, "pinjem bola aja."
Jun mengacungkan jempolnya.
Karina mulai memantulkan bola itu rendah dengan cepat sambil duduk di bangku pinggir lapangan. Tiba-tiba dia mengangkat bola itu, menembakkannya ke ring, semua orang disana keheranan melihat bola itu masuk dengan mulus. Mereka menganga, melihat Karina yang baru saja berdiri untuk mengambil bolanya dengan santai.
Karina mencetak tiga poin dari pinggir lapangan yang jaraknya jauh dan dia duduk. Saking kuatnya power yang dia keluarkan melampiaskan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Lalu apakah dia merasa lega? Tidak. Walau tepukan tangan terdengar meriah, banyak orang tergagum karena perbuatannya tetap saja Karina masih merasa kesal, entah kenapa melihat Winter dan laki-laki itu membuatnya kesal. Lebih tepatnya Winter yang dipeluk laki-laki itu.
Mendengar bel berbunyi, semua keluar dari sport hall bergantian kembali ke kelas masing-masing, termasuk Karina.
Saat melewati kantin ternyata dia kembali bertemu dengan gadis yang membuatnya kesal tadi, tapi sekarang Winter sendirian sedang meminum susu coklat.
Karina berjalan lurus, sedangkan Winter yang sibuk dengan susu coklat dan ponselnya, tidak memerhatikan Karina di depannya dia tubruk begitu saja.
"Akh," Winter panik saat menubruk kakak kelasnya itu, susu coklatnya pun jatuh, mengenai seragam Karina.
"Maaf, Kak, maaf aku nggak lihat tadi..." Dengan wajah panik Winter terus meminta maaf, sedangkan Karina hanya diam menatap gadis itu.
"Uhm, a-aku bantu bersihin seragamnya ya?" Winter menarik tangan Karina begitu saja ke toilet.
Winter segera mencabut tisu di dekat wastafel dan membasahinya sedikit dengan air lalu membersihkan noda susu coklatnya di lengan Karina. Karina masih diam.
Noda itu tak kunjung hilang, malah melebar.
"Itu nggak akan bisa hilang."
Winter mendongak, menatap Karina dengan tatapan khawatir. Dia melihat kakak kelasnya itu pasti menahan amarah karena daritadi tidak mau bicara sekalinya bicara nadanya datar sekali.
"T-terus gimana, Kak..." Lirih Winter.
"Saya tidak bisa masuk kelas, karena saya tidak mau masuk dengan seragam kotor,"
Padahal Karina punya seragam satu lagi yang dia simpan di lokernya.
"jadi kamu harus temani saya." Sambung Karina.
Winter melongo, dia tidak bisa menolak tapi dia tidak mau berduaan lama-lama dengan Karina. Karina itu seram.
Sekarang keduanya berada di taman belakang sekolah. Taman itu jarang sekali dikunjungi, karena letaknya yang di paling belakang area sekolah jauh dari mana pun. Justru itu kesukaan Karina, saat dirinya sedang kalut ingin menyendiri, dia pasti duduk sendiri disini sambil mendengarkan lagu melalui earphone dan membaca buku.
Tapi sekarang dia datang dengan Winter, orang pertama yang diajaknya duduk di bangku taman ini. Keduanya sama-sama diam, Winter kikuk tidak tahu harus apa sedangkan Karina, dia memang selalu diam kan.
"Winter, duduk disini," Karina menunjuk pahanya menyuruh Winter untuk duduk di pangkuannya.
"Huh? M-maksudnya?" Winter masih tidak percaya Karina sesantai itu menyuruhnya duduk di pangkuan Karina.
"Duduk disini," Karina mengulang perintahnya.
Winter menurut, perlahan dia beranjak ke pangkuan Karina. Saat Winter sepenuhnya duduk di pangkuan Karina, dua tangan melingkari perutnya dari belakang. Tangan itu terkait, memeluk Winter erat. Karina menaruh dagunya di pundak Winter. Winter kaget karena ulah kakak kelasnya itu. Dia menoleh ke samping melihat Karina yang menatapnya dari jarak yang sangat dekat.
"Kak... A-aku-"
"Saya suka seperti ini, jangan berisik."
Winter meneguk ludahnya, dia memilih memalingkan wajahnya menghadap depan lagi. Dia tidak sanggup menatap Karina sedekat itu.
Keduanya diam dengan posisi yang sama. Tidak berniat untuk bersuara, masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
Karina tidak bohong, dia suka memeluk Winter dari belakang seperti ini. Dia merasa sangat nyaman dan hangat. Karina merasakan detak jantung Winter yang berpacu kencang dan tubuh gadis itu menegang. Begitu pun dengan jantungnya sendiri yang berdetak kencang, tapi dia menikmati sensasi itu.
Karina sudah yakin akan perasaannya terhadap gadis di pelukannya. Perasaan yang pertama kali dia rasakan, yang membuat hatinya merasakan sensai aneh yang membuat candu dan perutnya dipenuhi kupu-kupu saat bertemu Winter.
"Saya ingin mengenalmu lebih jauh."
AN. Karina diam-diam gercep, takut keburu diduluin si Cahyo. Padahal Cahyo kan saudara Winter 🙈🤧 Udah double up nih, SEORI CHILLEO 🐊🐍🦖
KAMU SEDANG MEMBACA
Tresna ; WINRINA
Fanfiction"𝐓𝐫𝐞𝐬𝐧𝐚 𝐤𝐮𝐰𝐢 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐚 𝐤𝐮𝐥𝐢𝐧𝐚." "𝐇𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐞𝐧𝐭𝐮𝐭." • lokal • gxg © jaydeevil, 4 Maret 2021