PMR?

1.3K 304 10
                                    

Hari demi hari berjalan seperti biasanya, siklus kehidupan sekolah Winter sungguh biasa saja, tidak ada yang spesial dan terus seperti itu. Sekolah - nongkrong - pulang, jika libur juga paling Winter ke rumah temannya main PS, seringnya sih rumah Ryujin karena bundanya selalu membelikan pizza atau makanan lainnya jika Winter datang. Kalau bosan Ryujin yang datang ke rumahnya bersama yang lain. Winter itu anak rumahan, nggak suka pergi-pergi ke mall, cafe, atau tempat ramai, dia mager. Menurutnya lebih nyaman jika hanya bersama orang-orang dekatnya.

Musim ujian tengah semester datang, pengunguman jadwal ujian setiap angkatan baru saja dipasang oleh Pak Amin pagi ini tapi langsung ramai dikerumuni murid-murid. Melihat Matematika menjadi pelajaran pertama yang diujikan di setiap angkatan, kompak mereka mengeluh bersama. Winter yang datang akhir-akhir langsung bertanya kepada Ninging yang juga ikut melihat pengunguman.

"Itu ada apa, Ning?"

"Jadwal ujian, masa Matematika hari pertama bareng Fisika sih? Gila guru-guru niat bikin otak kita pecah jadi atom kali ya?" Protes Ningning.

Winter biasa saja, mau di hari apapun akan tetap diujikan. Toh, nilai dia sama saja... jelek. Anak MIPA yang masuk karena dipaksa orangtua karena nggak boleh ambil IPS, beginilah bentukannya. Yang penting dapat nilai, rapotnya lengkap, naik kelas. Entahlah, Winter itu hitungan tidak mampu, hafalan malas menghafal, bahasa pun hanya bisa Indonesia-Inggris ala JakSel kid --kebanyakan main sama Ningning--, masuk kelas seni jarang, olahraga pun mudah lelah. Jika dibilang nilainya jelek juga tidak sebenarnya, yah... KKM lah, itu saja hasil minta jawaban kelas sebelah dan mencatat catatan Ninging di tisu.

Winter mendekati papan pengunguman di saat murid lainnya sudah pergi ke kelas masing-masing karena bel berbunyi. Winter dengan santai mencermati pengunguman yang ada, lalu berhenti pada pengunguman Perekrutan Anggota Palang Merah SMA Cahaya Harapan. Di membaca sekilas mengenai ekskul tersebut.

Pertemuan setiap hari Jumat, pukul 14.30-15.00 WIB di lapangan upacara.

Petugas palang merah akan selalu bertugas setiap upacara dan pertandingan-pertandingan basket, futsal, dan karate.

"Cuman setengah jam, nggak ikut upacara pula? Boleh juga..."

Winter melihat kontak panitia untuk dihubungi dan mengetikannya di ponselnya. Dia tertarik untuk mendaftar, lumayan nggak ikut upacara terus dapat nilai tambahan untuk rapornya.

Winter segera masuk ke kelasnya dengan berlari kecil. Seseorang memperhatikannya dari koridor 11 MIPA di lantai 3. Seutas senyum terbit di bibir orang itu sebelum melangkah ke toilet.







"Hah? Lo masuk palang merah? Lo sawan apa gimana woi?" Tanya Ryujin yang kaget karena Winter bilang dia akan bergabung dengan palang merah.

"Kenapa tiba-tiba kamu masuk PMR, Win?" Tanya Jisung.

"Buat nilai tambahan dan biar nggak ikut upacara. Enak kan gue bisa berdiri di belakang, adem." Winter tersenyum menjelaskan alasannya.

Jisung dan Ryujin menggelengkan kepalanya bebarengan.

Jam istirahat ini mereka bertiga di kelas saja karena Ryujin membawakan nasi ayam geprek masakan bundanya untuk Winter dan dirinya, sedangkan Jisung ikut bergabung setelah membeli jajan di kantin.








Karina sedang berada di ruang OSIS menemani Lia, sekretaris OSIS, membuat proposal kegiatan yang bakal dilaksanain setelah ujian. Awalnya mereka hanya berdua di dalam sebelum Yena datang dengan semangkok bakso dan es teh. Yena dengan santai menyuap baksonya, padahal Karina dan Lia sudah menatap heran.

"Numpang ngadem ya, panas di kantin."

"Hm, nggak usah ngerusuh tapi," jawab Lia yang sibuk mengetik proposal.

"Iya-iya, galak banget..."

"EH IYA! Rin, kata Yuri, adik kelas kesayangan lo daftar PMR hari ini." Lanjut Yena.

Saat bicara, kuah bakso muncrat-muncrat dari mulut Yena membuat Karina dan Lia sedikit jijik tapi Karina lebih tertarik dengan berita yang dibawakan Yena.

"Adik kelas?" Tanya Lia.

Lia heran, masalahnya Karina itu tidak pernah dekat dengan siapapun apalagi adik kelas. Terakhir kali sih didekatin anak 11 IPS 2, Nancy, tapi nggak tahu deh Karinanya selalu menghindar padahal Nancy itu most wanted juga di sekolah mereka.

Yena mengangguk, "Iya, si Winter yang dipeluk itu loh!"

Karina juga baru ngeh, tapi ekspresinya tidak berubah tetap datar.

"Emang Karin sama Winter? Kok lo nggak pernah cerita, Rin?" Tanya Lia pada Karina yang duduk di sebelahnya.

"Emang apa hubungannya bocah itu sama gue?" Karina balik tanya.

"Sapa tahu lo kepo kan... Lagian perasaan mah nggak ada yang tahu, Rin. Siapa tahu bentar lagi lo beneran suka HAHAHAHAHAHAHAHA"

"Udah itu bakso abisin dulu, mucrat mulu lo."

Yena menatap Lia dengan wajah malasnya, "Yaudah deh iya ini gue abisin nih, Lia cantik..."








"Coach, kapan ada lomba lagi?" Tanya Karina pada Seulgi, Coach basket putri SMA Cahaya Harapan.

Kini sedang beristirahat setelah latihan pemanasan.

"Hmm, kata kepsek kamu sih akhir bulan ada. Kenapa, Rin?"

"Nggak... cuman penasaran aja sih. Yaudah kalau gitu, thanks Coach."

Seulgi mengangguk, Karina kembali ke lapangan bermain dengan bola basketnya menunggu teman-teman yang lain kembali dari toilet.

'Kira-kira anggota palmer bakal ada yang baru nggak ya pas lomba nanti?' Tanyanya dalam hati.

A.N fyi, temen-temen saya yang jadi anak palmer dulu tuh alasannya juga karena biar bisa neduh pas upacara sama ikut pas pertandingan-pertandingan, apalagi yang punya doi yang tanding gitu😂 Saya update double karena Rosie performance di Inkigayo🤧

Tresna ; WINRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang