Chapter 2

1.8K 228 46
                                    

Iseng-iseng update ini cerita, padahal yang satunya belum kelar.
Tapi mau tanggepan kalian nih.

Inget ya cuma satu chapter ini aja!

****

Di malam yang sunyi ini Aqsa terbangun dari tidur lelapnya. Sedikit meragangkan otot-otot lalu Aqsa pun tutun dari ranjang. Tujuannya hanya satu, yaitu mengambil air wudhu.

Di setiap malam Aqsa selalu meminta dalam doanya agar hati Nadine dijatuhkan kepadanya. Tak pernah tertinggal nama Nadine di setiap doa-doa nya. Nama itu selalu terselip di dalamnya bagaimana pun bentuknya.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Aqsa langsung merapikan sajadah yang tadi ia gelar. Melepas peci serta sarung yang terpasang rapi di badannya. Tak lupa juga baju koko yang membalut tubuh kekarnya itu ia lepas.

Aqsa tersenyum kecil mengingat wajah ceria Nadine. Aqsa sendiri sampai heran mengapa siang dan malam selalu ada nama Nadine di dalam pikirannya. Aqsa meraih kaos tipis tanpa lengan yang tadi dipakai olehnya.

Pria itu pun berjalan menuju nakas untuk mengambil handphone nya. Di setiap waktu luang seperti ini, Aqsa selalu menyempatkan waktunya untuk meng-stalking akun sosial media milik Nadine. Disana terdapat beberapa foto Nadine yang tengah tersenyum manis, tertawa, dan juga foto dengan beberapa teman-temannya.

Aqsa bahkan rela mem-follow akun milik Nadine yang di private. Aqsa yakin jika Nadine tidak akan peduli dengan itu semua, karena pengikut Nadine di Instagram cukuplah banyak.

Sibuk dengan senyuman nya Aqsa pun mendengar suara grusak-grusuk. Pria itu mengernyitkan kening serta bertanya-tanya. Apakah ada tikus di rumah ini?

"Masss... Pelan-pelannn..."

Aqsa berdecak saat mendengar itu semua. Ia yakin suara ini berasal dari kamar sebelah. Kamar Papa dan Mamanya. Aqsa tak bodoh, dia tau suara apa ini. Diumurnya yang ke dua puluh tiga ini jangan diherankan lagi bahwa Aqsa tau apa penyebabnya. Pikiran Aqsa langsung menyangkut pada video yang pernah di tontonnya. Aqsa sudah membayangkan jika Papa nya itu sekarang tengah menggoyankan pinggulnya serta menusuk-nusuk pusakanya ke milik sang Mama. Atau mungkin juga mereka main kuda-kudaan?

"Ck! Pikiran kotor! Kenapa juga harus hinggap sih?!" gerutu Aqsa sebal jika saat-saat seperti ini pikirannya yang kotor itu selalu bekerja dengan baik.

Sedangkan untuk masalah menyatakan perasaannya pikirannya tak pernah jalan dan selalu melaju di titik nol.

Nasib sial selalu menghampiri Aqsa saat malam-malam seperti ini. Aqsa selalu kesal kenapa juga kamarnya bersebelahan dengan kamar kedua orangtuanya.

"Dekhh.."

"Massshhh... Oughh..."

Aqsa menggeram kesal. Dengan wajah yang tertekuk, pria itu segera meraih bantal yang ada di sampingnya. Menutupi wajah dan telinga adalah salah satu jalan yang dapat Aqsa tempuh saat ini. "Pa... Tau waktu dong.." Teriak Aqsa namun sedikit teredam oleh bantalnya. "Masa tiap hari Aqsa harus denger suara keenakan Papa sama Mama sih." lanjutnya pelan.

Suara Satria dan Ayla pun dalam sekejap hilang. Entah mereka mendengar teriakan Aqsa itu atau tidak.

⌚⌚⌚

Tatapan sinis Aqsa arahkan pada sang Papa. Saat ini Satria, Ayla, Aqsa, Alana, dan Alina tengah menikmati sarapan paginya. Satria dan Aqsa telah siap dengan kemeja dan juga jas yang sangat pas di tubuh mereka. Lain halnya dengan Alana dan Alina, mereka sudah siap dengan pakaian khas mereka. Alana memakai dress feminim, sedangkan Alina lebih suka pakaian yang lebih casual. Dua kembar itu sudah siap untuk menuju kampus tempat mereka menimba ilmu.

"Bang, muram banget tuh muka. Kenapa?" tanya Alina.

"Biasa, semalem nggak bisa tidur lagi gara-gara ada suara aneh."

"Lagi?" sahut cepat Alana.

"Hm."

Ayla tiba-tiba saja tersedak. Entah apa yang membuat ibu tiga anak itu tiba-tiba tersedak sampai terbatuk-batuk hingga wajahnya memerah.

"Hati-hati, Dek." ucap Satria sembari mengelus punggung istrinya itu. Tatapan nyalang Satria tunjukkan pada putra nya. Satria seakan sudah paham apa yang dimaksud oleh anak laki-laki nya ini, dan istrinya pun juga sama. Pasti Ayla paham kemana arah pembicaraan nya.

"Mama nggak apa-apa?" tanya Alina.

Ayla menggeleng pelan.

"Pa, masa Aqsa harus ke Sumba sih?" protes Aqsa tiba-tiba. Aqsa sudah kesal dengan permintaan Papa nya yang memintanya untuk ke Sumba dan ditambah lagi tadi malam suara aneh itu membuatnya tambah kesal.

Bayangkan saja setiap malam hari Aqsa harus mendengar suara-suara aneh itu. Apalagi saat malam Jumat. Jangan ditanyakan lagi. Suara itu makin keras, serta ranjang yang biasa tenang malah menjadi sangat gaduh karena ranjang itu sudah menjadi pacuan kuda dadakan.

"Kenapa? Kamu juga nggak ada kesibukan di kantor kan? Papa tau jadwal kamu, Bang. Kalo alasannya karena cewek kamu nggak apa-apa, Papa akan ganti tim buat ke Sumba. Tapi mana? Kamu nggak pernah ngenalin cewek kamu." ucap Satria santai.

"Ya-ya... kan bisa tim lain. Kenapa juga nggak Papa aja sama Om Eza? Kan kalian udah lama bareng jadikan klop kalo masalah project Sumba ini."

"Papa lagi sibuk. Dan untuk minggu depan kalian bertiga bagi tugas." ujar Satria tenang sembari memasukkan sesuap nasi ke mulutnya.

"Sibuk apa? Kok bagi tugas segala? Wahh.. Jangan macam-macam nih, Pa. Jangan bilang kalo Papa sama Mama mau keluar kota lagi?" tebak Alina, gadis cerewet yang selalu mengisi keheningan rumah.

Aqsa hanya diam menyimak apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh sang Papa. Tetapi Papa nya itu malah menatap serong ke kanan, dimana disana adalah tempat duduk Mamanya.

Di samping kanan Mama nya ada Alana yang hanya diam menatap Papa nya juga. Dan Aqsa berada tepat di depan sang Mama yaitu di kiri lengan sang Papa. Samping Aqsa duduklah seorang gadis cerewet yaitu Alina.

Aqsa memperhatikan Mama nya itu. Mama nya terlihat gelisah dan wajhnya memerah. "Bilang gih sama anak-anak, Dek." ucap Satria sembari meremas lembut jemari Ayla.

Aqsa, Alana, dan Alina sama-sama menyiapkan telinga nya untuk mendengar apa yang akan dikatakan sang Mama.

"Sayang..." tegur Satria.

"M-mas a-aja." Ayla mengigit bibirnya itu.

"Kamu aja, Dek. Kalo Mas yang bilang pasti mereka nggak akan paham."

"Ihh.. Ada apa sih sebenarnya, Ma?" ucap Alina sebal karena sedari tadi ia sudah menyiapkan dirinya untuk mendengar pernyataan sang Mama.

Aqsa menghembuskan nafas nya pelan. Telinga nya masih setia untuk mendengar apa yang akan Mama nya ucapkan.

"Minggu depan. Papa sama Mama selama sebulan itu kita akan babymoon."

Hening.

"HAH?!"

⌚⌚⌚

Babymoon ya?
Om Satria sama Aunty Ayla mau babymoon nih, hihi.

Maksudnya apa ya?


Jangan lupa like, komen, dan follow aku ya, guys. Thankyou

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang