01. May!

186 14 0
                                    

Silvia Almayra namanya, gadis cantik yang saat ini menduduki bangku kelas tiga sekolah dasar, sikapnya kadang selalu membuat orang jengkel sendiri, namun tidak untuk Arkan.

"Ar, Aku mau buah jambu itu!" Silvi menunjuk kearah pohon jambu yang agak tinggi.

Arkana Zubair, lelaki kecil yang seumuran dengan Silvi. Arkan selalu menuruti permintaan Silvi jarang sekali ia menolak permintaan sahabat kecilnya. "Iya, Bentar yah May, aku ambil tongkat dulu." Arka mulai mencari tongkat untuk mengambilkan jambu yang Silvi minta.

"Yah, May, tongkatnya gak ada." Arkan terlihat menyesal,, walau ia sudah mencarinya disekitar kompleks perumahan, namun hasilnya nihil.

"Gapapa Ar, Aku udah nggak pingin jambu lagi kok!" Bohong, Silvi sangat menginginkan jambu itu, dan Arkan tau itu.

Arkan berpikir sejenak, lalu kaki kecilnya mulai menapak di pohon jambu yang kelihatan licin.

"Eh, Arkan! Nanti kamu jatuh!" Silvi memperingati, ia sangat takut jika sesuatu terjadi pada Arkan.

"Gapapa May! Aku kuat kok." Dan apapun yang Silvi minta akan dituruti oleh Arkan.

Sampailah Arkan pada ranting jambu yang diinginkan Silvia, namun sayangnya ranting untuk menyokong tubuh Arkan ternyata Rapuh dan sudah retak. Al hasil Arkan terjatuh karna itu.

"Aduh!" Rintih Arkan saat bokongnya menapak pada tanah.

Silvi yang melihat itu langsung panik dan memeluk Arkan. "Arkan gapapa? Pasti sakit yah?" Silvi meneliti seluruh tubuh Arkan, apa ada yang lecet atau luka parah?

Arkan terkekeh pelan, sahabatnya ini memang sangat khawatir pada dirinya, "Aku gapapa kok May, tenang aja."

Arkan mengeluarkan jambu yang sempat ia petik dan akhirnya terjatuh, Silvi yang melihat jambu itu bukannya senang ia malah nampak murung. Hal itu tentu mengagetkan Arkan.

"Ini May, jambunya. Tadi kamu minta ini kan?" Arkan menyodorkan jambu itu dihadapan Silvi.

"Iya, tapi. Karna aku kamu jadi terluka." Sesal Silvi wajahnya kelihatan murung sekaligus menyesal.

"Hai, aku melakukan ini ikhlas kok May, ambil jambu ini dan makanlah sebagai bentuk kamu menghargai perjuangan aku untuk mengapai jambu ini," Ujar Arkan diiringi senyuman manis yang menghangatkan.

Silvi tersenyum kecil, sahabatnya ini memang selalu pandai membuatnya menurut.

"SILVI! PULANG UDAH SORE!" Teriak Bunda Viona--mamah Silvi.

"Eh, Arkan aku pulang yah. Nanti mamah marah aku takut dimarahin!" Pamit Silvi bergegas pergi menemui sang bunda.

***

"Arkan, Cinta itu apa sih?" Tanya Silvi. Saat ini Arkan dan Silvi tengah berada di taman sekolah mereka, Silvi duduk manis di ayunan dan Arkan yang mendorong ayunan yang ditumpangi Silvi.

"Kata Papa sih, Cinta itu kayak kita menyembah Tuhan, harus dilandasi dengan cinta." Jelas Arkan. Silvi memanggut paham.

"Kalo Silvi cinta sama Arkan gimana?" Tanya Silvi dengan polosnya.

"Kita kan udah saling cinta May, aku sayang kamu sebagai sahabat. Kamu juga kan?"

"Iya, aku juga sayang Arkan sebagai sahabat, tapi Arkan udah aku anggap kaya kakak!" Jelas Silvi.

"Iya May, aku juga udah anggap kamu kaya Adek." Arkan mengacak-acak rambut Silvi.

"Tapi ... Arkan janji yah, jangan lupain Silvi kalau udah gede nanti." Silvi menyodorkan jari kelingkingnya.

"Iya janji May!" Arkan membalas.

TRING!!!

Bel masuk berbunyi, Semua siswa langsung memasuki kelas masing-masing. Silvi duduk bersama dengan Ify-teman sebangku.

"Sil, kamu sama Arkan pacaran yah?" Tanya Ify.

"Hah, pacaran?" Tanya Silvi, Silvi belum mengerti arti kata pacaran.

"Iya, pacaran! Kak Lea ngomong kalau cowok yang biasa Dateng pas mamah dan papah kerja adalah pacarnya kak Lea." Jelas Ify.

"Jadi pacar itu cowok yah?" Silvi masih tak paham.

"Nggak! Kata kak Lea, pacar itu pasangan. Kamu kan suka Deket sama Arkan, jadi kamu pacarnya!"

"Masa sih?"

Silvi sangat belum paham. Apa itu pacaran, ia dan Arkan hanyalah sahabat.

"Iya, kalian itu pacaran."

"Nggak kok. Kami sahabatan aja, tapi mungkin pas gede nanti bakal pacaran. Kata Arkan, kita masih kecil."

"Iya deh!"

"Emang Ify udah punya pacar?"

"Udah dong!"

"Siapa?"

"Cecep!!"

"Hah?!" Silvi langsung menoleh ke belakang, di sana ada Cecep dengan kaca mata kotaknya dan sebuah tompel di pipi kirinya.

"Serius?"

"Iyah."

TBC

Tinggalkan jejak

MAY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang