'mungkin dugaanku selama ini benar, aku tidak pernah diharapkan dan seharusnya tidak pernah ada.'
- Silvia Almayra
***
"Kak Naya meninggal Sil!" kata Ify, sedari tadi gadis itu terus meraung membangunkan Silvi dari tidurnya.
"Terus apa hubungannya sama gue? Diakan emang gadis penyakitnya wajar dong kalo dia cepet mati," balas Silvi enteng.
"Ta-tapi dia 'kan kakakmu!"
"Harus gue tegasin berapa kali sih? Gue itu gak punya kakak, keluarga gue aja udah mati." Silvi memejamkan matanya. "Gue sendirian Fy.." lanjutnya dengan nada lirih.
Ify menghela nafas panjang, cukup iba dengan keadaan manusia didepannya itu, Ify paham apa yang selama ini dilalui oleh gadis rapuh tapi sok kuat itu, paham. Sangat paham. Sudah begitu banyak luka yang ia dapat dari kecil, membuatnya menjadi anak pembangkang yang gencar mencari masalah.
"Jadi kamu nggak layat di pemakaman ka Naya?" tanya Ify.
"Gak, badan gue lemes lebih baik gue tidur."
"Ya udah, a-aku kesana dulu yah?" pamit Ify agak ragu untuk meninggalkan temannya itu.
"Ya, eh beliin gue bubur. Gue laper."
"I-iya."
***
Ify tampak murung, ia melangkahkan kakinya gontai memasuki kediaman keluarga om Reno. Suara tangisan yang pertama kali menyapa Indra pendengaran Ify.
Di dalam sana, ia dapat melihat Tante Yulia yang meraung-raung tak rela ditinggal pergi oleh anak satu-satunya. Sementara Om Reno, keadaanya tak jauh lebih kacau dari pada Tante Yulia, walau lelaki itu tak meneteskan air mata, namun raut kesedihan terpancar jelas dikedua bola matanya.
"Kana nggak mungkin pergi! Kanayaa anakku!!!" Yulia memeluk tubuh yang sudah tidak bernyawa itu, "ini karna anak pembawa sial itu, dia penyebab kematian Kanaya!"
"Kenapa Tante selalu menyalahkan Silvi sih.." lirih Ify, airmatanya menetes hei walaupun perilaku Silvi kepadanya, seperti ... Ya kalian tahu sendiri ia tetap menyayanginya.
"Silvi dimana?" tanya seseorang disamping Ify.
Ify mendongak menatap cowok yang sebaya dengannya, ia nampak ... Tampan, dengan peci hitam dan sarung, ah Ify terpesona.
"Di-dia ada di apartemen a-aku," gugup Ify tak berani menatap manik mata legam milik Arkan.
"Dimana?"
Ify mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah kartu tanda pengenal, "Itu disana ada alamatnya."
"Thanks."
****
Arkan sampai di tempat yang tertera pada kartu tersebut, ia bergegas pergi memasuki apartemen itu untuk mencari keberadaan Silvi, bisa-bisanya gadis itu tidak pergi ke pemakaman kakaknya.
'126'
Nomor yang tertera di atas pintu itu, sama seperti yang berada di secarik kertas yang ada digenggaman Arkan.
Dengan hati-hati Arkan membuka pintu, dan ...
"Astaghfirullah haladzim!"
Arkan menutup pintunya lagi, ia kaget dengan pemandangan yang ia lihat.
"Arkan?" tanya Silvi didalam sana.
"Ganti pakaian lo!" ketus Arkan, sedikit masih syok.
"Elah, ini juga masih pake baju,"
"Iya tapi itu baju tidur Silvi, lengkuk tubuhnya keliatan!"
Ntah kenapa, Silvi bisa senang jika namanya dipanggil Arkan.
"Iya nanti gue ganti kok, gue tutupin pake selimut dulu, sini masuk!"
Arkan perlahan membuka pintu lagi, ia dapat melihat keadaan Silvi yang cukup kacau, rambutnya, kantung mata, sangat kacau. Namun Arkan tidak mau bertanya apa yang terjadi pada gadis itu.
"Ekhm, ganti baju ikut gue!"
"Kemana? Ke KUA yah? Hayuk!"
"Ke rumah lo." Singkat, namun dapat membuat Silvi membeku dalam sekejap.
"Gue gak mau!"
"Kenapa?"
"Lo pasti tau sendiri,"
Arkan tahu apa yang terjadi, tapi tidak baik jika Silvi terus-menerus ada disini, karna tadi Arkan sempat mendengar cibiran tetangga kepada Silvi yang mengatakan bahwa disaat kakaknya meninggal gadis itu tidak ikut layat bersama.
"Gue tau, tapi Lo harus ikut gue!"
"Gue malas! Dari pada lo minta-minta kek gini sama gue, lebih baik pergi aja, karna gue nggak bakalan Sudi kesana."
"Sil!"
"Nggak!"
"Silvia!"
"Nggak ya nggak!"
"May!"
Silvi mematung mendengarnya, ntah kenapa seketika ia menjadi luluh dengan panggilan itu, panggilan yang menghubungkan ia dengan ibu kandungnya yang meninggal sewaktu melahirkan Silvi.
"I-iya udah ayo."
TBC
GAIS, SEKARANG BANYAK KASUS PLAGIAT, DAN AUTHOR MOHON KALO ADA YANG PLAGIAT CERITA INI LAPORKAN LANGSUNG SAMA AUTHOR, DAN JANGAN SEKALI-KALI MEMPLAGIAT CERITA INI DAN CERITA ORANG LAIN. MEMANG CERITA INI BUKAN KISAH YANG MENARIK UNTUK DICERITAKAN KARNA SEJATINYA SEORANG PENULIS MENCARI PEMBACA YANG SELERA DENGANNYA BUKAN MEMENUHI SELERA SI PEMBACA
. AUTHOR MOHON, HARGAI KERJA KERAS SEORANG AUTHOR YANG MENULIS CERITA.SEKIAN, TERIMA KASIH.
-Nikenara_ si penulis amatir.
- Silvia Almayra (beuh cantik bet kan?)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAY!
Teen FictionDia datang kembali, melengkapi sebuah puzzle kehidupan hampa yang hanya mengenal kekejaman Dunia. Sosok itu kembali membawa perubahan besar bagi seorang yang tidak mempunyai hati, seorang gadis yang gemar membully, gadis urakan yang dijauhi oleh ban...