A Feelings

13.1K 581 19
                                    

-

Usai diberi ceramah panjang yang membosankan, guru pria berkepala plontos itu menyuruh Arzan dan Delon untuk membersihkan halaman belakang sekolah yang penuh rumput liar. Guru itu ingin agar kedua cowok nakal ini mencabut setiap rumput yang sudah panjang.

"Tapi pak sebentar lagi 'kan kita ada pelajaran di kelas," ujar Arzan yang tampak sekali tidak ingin dihukum.

"Kalian berdua dibebaskan dari pelajaran, sekarang cepat ke belakang!" titah pria tersebut mendorong punggung Arzan dan Delon supaya beranjak.

Keduanya pun memutuskan untuk segera menuju halaman belakang. Tidak jarang Arzan melirik Delon sinis, begitupun sebaliknya. Sebenarnya masih terbesit rasa penasaran dalam diri Arzan. Temannya yang baik dan ramah itu, kenapa tiba-tiba mengkhianatinya?

"Heh brengsek!" panggil Arzan, sembari jongkok cowok itu menoleh ke belakang.

"Apa?" balas Delon tidak minat.

Arzan menghela nafas sejenak, sebenarnya ia tidak bisa memperlakukan Delon seperti ini. Tumbuh bersama sejak kecil membuat mereka memiliki ikatan saudara yang kuat.

"Kenapa... Lo-" ucapan Arzan terpotong dan digantikan oleh suara Delon.

"Kenapa gue lakuin itu?" kata Delon, "lo gak perlu tahu!" lanjutnya.

Mendengar perkataan sedikit kasar dari Delon, Arzan kembali tersulut emosi. Cowok itu berdiri dan menghampiri Delon yang masih sibuk mencabuti rumput liar. Arzan mencengkram kerah baju Delon kuat, lalu meneriakinya.

"GAK MUNGKIN GAK ADA ALASANNYA! BODOH!"

"Minggir!" Delon pun menyingkirkan tangan Arzan, "gue gak mau berurusan sama lo lagi, Arzan," lanjutnya lalu berdiri dan menjauh. Delon memilih untuk mencabut rumput yang terdapat di pojokan, supaya ia terhindar dari Arzan.

"Dasar pengecut!"

Tak lama kemudian bel istirahat berdering kencang. Di lain tempat, Carissa terlihat tengah membereskan bukunya dengan cepat dan terkesan buru-buru. Aurella yang melihat hal itu merasa kepo.

"Carissa kamu kelaparan ya?" tanya Aurella, masih duduk di kursinya.

"Huh? Enggak kok," bohong Carissa.

"Terus kenapa buru-buru?"

"Gue mau ke toilet, bentar ya Aurel,"

Carissa pun beranjak dari bangkunya, lalu melangkah cepat keluar kelas. Saat Carissa sampai kantin, gadis cantik dengan rambut coklat terurai itu segera mengantre untuk membayar minuman botol yang telah ia ambil. Carissa tidak ingin ke toilet, tapi ia harus membeli minuman untuk seseorang.

"Terimakasih," ujarnya setelah membayar minuman botol tersebut.

Lagi, Carissa berlari keluar kantin. Gadis itu menuruni tangga dengan cepat, lalu segera menuju halaman belakang. Carissa menatap Arzan yang tampak tekun mencabut rumput. Gadis itu masih merasa ragu, hanya memberikannya minuman apakah akan membuat cowok itu salah faham?

Setelah menghela nafas, Carissa akhirnya berjalan mendekat kearah Arzan. Dari belakang, tangan Carissa terulur kebawah dengan botol berisi minuman yang dingin. Arzan menoleh dan mendongak, senyumannya terbit saat melihat tangan putih terlilit jam tangan itu adalah Carissa.

"Nih," ujar Carissa.

Bukannya mengambil, Arzan malah menempelkan pipinya ke botol dingin itu. Carissa yang bingung langsung menjauhkan tangannya, namun Arzan dengan sigap menahan pergelangan Carissa.

"Muka gue panas, gerah," kata Arzan.

"Ambil, gue harus pergi!" ucap Carissa menarik tangannya dari genggaman tangan Arzan.

DASAR MESUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang