2. Kebetulan?

358 87 7
                                    

Sakura nampak berpikir dengan keras. Seingatnya tadi malam ia ketiduran setelah menangis karena membaca novel. Lalu setelah itu, bangun - bangun ia malah jadi tokoh di novel yang ia baca. Mana tokoh antagonis pula. Udah tokoh antagonis bentar lagi mati. Double kill banget emang.

Baiklah pertama - tama ia harus menyusun rencana untuk menghindari flag kematiannya sekaligus menyelamatkan tokoh favoritnya.

Cara untuk terhindar dari flag kematiannya adalah dengan tidak bersaing menjadi putri mahkota.
Cukup mudah. Ia hanya perlu gagal dalam tes selanjutnya.

Nah sekarang bagaimana caranya menyelamatkan Sasukenya?.

Sakura mengetuk - ngetukkan pena diatas meja. Dirinya berpikir keras dan mengingat - ingat seluruh cerita di novel yang ia masuki ini.

Kalau tidak salah, Sasukenya mulai jatuh cinta pada lady Hinata pada pandangan pertama saat mereka tidak sengaja terlibat insiden.

Nah masalahnya kapan dan apa insidennya? Ah sialan penulisnya tidak menuliskan dengan jelas pertemuan mereka.

Kalau ia tidak salah ingat, di novel diceritakan bahwa ketika lady Hinata hendak berangkat ke ibukota untuk mengikuti seleksi putri mahkota.
Jika dilihat dari timelinenya, bisa saja mereka sudah bertemu bisa saja belum.

Ah penulis sialan. Kalau niat nulis yang bener dong.

"Ah sudahlah, lebih baik aku pikirkan besok lagi"
.
.
.

Sudah seminggu berlalu semenjak ia masuk kedalam dunia novel ini. Bahkan setelah satu minggu berjalan pun dirinya masih belum tahu apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Sasuke-nya.

"Nona, mau sampai kapan Anda seperti ini?"

Sakura menoleh kearah Mai, dayangnya. Ia mengernyit mendengar pertanyaan Mai. Maksudnya dia begini itu kenapa? Ia salah apa?

"Maksudnya?" Tanya Sakura.

Sakura melihat Mai menghembuskan napas lelah. Lalu berjalan kearah Sakura dan menatapnya dengan serius.

"Mau sampai kapan Nona melakukan hobi unik ini?"

Hobi unik? Apanya yang unik coba. Ia kan hanya sedang berkebun saja. Menanam terong, wortel, kubis dan mentimun. Padahal kan lumayan kalau panen nanti. Bahkan ia berencana akan menanam strawberry dan anggur.

Jus strawberry sepertinya enak. Eh tapi apa di sini ada blender?

"Nona?"

"Mai, aku hanya bosan dan apa salahnya berkebun? Kalau panen kan lumayan bisa dijual", ujar Sakura mantap.

"Lebih baik Nona membaca buku - buku pengobatan saja daripada harus berkebun."

Ah iya selain berkebun, selama seminggu ini Sakura menghabiskan waktunya dengan membaca buku - buku pengobatan.

Yah mungkin karena pengaruh dulunya ia adalah Mahasiswi Fellow tahun kedua departemen bedah umum. Dirinya jadi penasaran tentang bagaimana pengobatan disini. Terlepas dari dunia novel yang bahkan ada sihir, naga, peri, dan iblis. Bukankah lebih besar kemungkinan kalau orang - orang disini mengobati dengan sihir atau semacamnya.

"Sekarang jadwalku berkebun Mai", jawabnya santai.

"Sudahlah toh ayah dan ibu tidak masalah kok", lanjutnya.

"Tapi kelakuan dan penampilan Nona sekarang benar - benar tidak mencerminkan keanggunan putri dari Marquess Haruno"

Sebentar apa - apaan tatapan mencemooh itu? Sopankah begitu? Memang apa yang salah dengan penampilannya sekarang?

I'll Save The Second Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang