Sudah dua hari berlalu semenjak sang tokoh favoritnya, Grand Duke Sasuke mengantarkannya ke ibukota. Dan sejak saat itu pula dirinya tidak mendapati batang hidung dari Sasuke. Bagaikan hilang ditelan bumi.
Padahal nih ya Sakura udah bela - belain sliweran lewat didepan barak prajurit yang ada didekat istana. Kali - kali aja gitu bisa ketemu.
Hingga hari inilah puncaknya, hari dimana puncak perayaan kemenangan kekaisaran diselenggarakan. Dan ya akan ada pesta perayaan juga didalamnya. Pastinya Sasuke juga akan menghadiri pesta tersebut karena dialah bintang utamanya.
Tentunya bukan hanya akan dihadiri oleh Sasuke saja namun Putra Mahkota serta Lady Hinata juga mungkin akan menghadiri pesta ini. Dan Sakura tidak akan membiarkan Sasuke sayangnya bertemu apalagi jatuh cinta dengan Lady Hinata.
"Saat ini kelakuan Nona benar- benar tidak mencerminkan kebangsawanan Anda"
Sakura menoleh ke arah suara. Mai dayangnya sedang menyindirnya sambil membersihkan meja tempat cemilannya berada. Sedangkan Sakura sedang asik rebahan di kasur sambil memilih - milih aksesori yang akan ia kenakan saat pesta nanti.
"Aku kan hanya rebahan saja mana yang tidak mencerminkan?" Sahut Sakura.
"Kaki yang disandarkan ke tiang ranjang, rambut yang awut - awutan dan Nona yang memilih aksesori dengan mengupil. Astaga" jawab Mai lelah.
Sakura hanya mencibir saja. Memang apa yang salah dengan mengupil toh enggak mengganggu siapapun.
"Cerewet banget sih udah kayak ibu kost nagih duit bulanan aja" sahut Sakura.
"Ibu apa?"
Sakura hanya mengendikkan bahu. Lagipula ia malas menjelaskan apa itu ibu kost. Disini pun sepertinya kosa kata itu tidak ada.
"Sebenarnya sampai kapan nona akan bermain-main?" Tanya Mai.
Sakura menghela nafas lalu memandang Mai. Sakura paham kenapa dayangnya ini sampai bertanya hal semacam itu. Karena ya bisa dibilang besok adalah hari dimana ujian akhir pemilihan Putri Mahkota dilaksanakan. Mendapati Nona yang dilayaninya malah mondar - mandir disekitaran ibukota dan asik memilih aksesori bukannya belajar tentu saja membuat Mai frustasi.
"Aku tidak sedang main main tuh,"Jawab Sakura.
Terdengar helaan napas lelah dari Mai.
"Tapi Nona, besok Anda akan mengikuti ujian Putri Mahkota" ujar Mai.
Sakura yang pada dasarnya memang tidak memperdulikan perihal tetek bengek ujian Putri Mahkota hanya menjawab sekenanya saja.
"Santai saja Mai, aku kan pintar. Lagipula kalau tidak jadi Putri Mahkotapun aku tidak peduli. Tinggal jadi pengangguran kaya saja."
.
.
."Tuan Putri Sakura Haruno telah tiba"
Suara penjaga istana yang berjaga didepan pintu masuk aula pesta terdengar sesaat Sakura berjalan mendekat kearah pesta berlangsung. Dari pandangannya, ada lebih dari 50 bangsawan yang hadir dalam pesta ini. Suasanya pesta yang awalnya ramai menjadi hening seketika saat kehadirannya.
Sejak hari dimana ia terbangun menjadi Lady Sakura, sang tokoh antagonis dicerita ini, tidak satu haripun Sakura lalui tanpa pandangan mencemooh dan pura - pura dari banyak bangsawan. Yah, Sakura sadar hal ini terjadi karena kelakuannya sendiri dimasa lalu. Kalau saja dirinya bukalah putri dari Marquess Haruno serta calon Putri Mahkota, mungkin saja dirinya tidak segan segan dicaci maki oleh banyak orang.
Sakura mengabaikan semua tatapan tidak suka dari semua orang. Ia berjalan lurus menuju sang Kaisar dan Permaisuri, hendak memberi salam.
"Salam kepada yang Mulia Kaisar dan Permaisuri, Semoga Cahaya Kekaisaran Selalu Menyertai" Salam Sakura sambil menekuk lutut dan sedikit membungkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Save The Second Male Lead
Fanfiction(HISTORICAL ROMANCE) Setelah menangis semalaman karena membaca webnovel. Senju Sakura tak menyangka bahwa ketika ia terbangun, ia mendapati dirinya masuk kedalam dunia novel yang semalam ia baca. Satu hal yang ia inginkan adalah ayo selamatkan kara...