𝟶𝟺. 𝙸𝚗 𝚝𝚑𝚎 𝙼𝚒𝚍𝚍𝚕𝚎 𝚘𝚏 𝙽𝚘𝚠𝚑𝚎𝚛𝚎

625 142 12
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≪•◦ ❈ ◦•≫

"Tempat apa ini?" Axel berdiri memandang sekelilingnya. Netranya menangkap hamparan rumput luas yang bermandikan sinar bulan. Perasaan bingung pun mulai menghampiri dirinya. Yang Axel ingat, barusan ia memegang pundak Florence. Berniat mengejutkan gadis itu. Tapi, mengapa mereka malah berada di sini setelah Florence membuka buku aneh tadi?

Berbeda dengan Axel, Florence masih terduduk. Ia terus memandangi Axel dengan wajah kesal, tidak peduli di mana ia berada sekarang.

"Siapa kau?" Jika biasa Florence enggan bicara dengan orang asing, kali ini ia merasa harus bertanya dengan orang yang ada bersamanya kali ini. Bisa saja orang itu berniat macam-macam dengannya. Sepertinya, memang iya. Dari tampangnya orang itu tidak terlihat baik.

"Apa pentingnya kau mengetahui siapa aku? Harusnya kau bertanya kita berada di mana sekarang. Atau mungkin, kau sudah tahu di mana kita berada sekarang?" Axel maju selangkah mendekat ke arah Florence. Bukannya menjawab, Axel malah memprotes pernyataan Florence. Menuduh gadis itu dengan begitu yakin. Orang aneh seperti Florence memang berbahaya.

Setelah mendengar perkataan Axel, barulah Florence memandang ke sekeliling tempat itu. Florence tak lagi berkata-kata saat menyadari kini ia berada di antah berantah, bersama orang asing pula. Seingatnya tadi ia menemukan sebuah buku tua di dalam hutan. Saat ia membuka buku itu, ia merasa ada sepasang tangan yang menyentuh pundaknya. Setelah itu, ia tidak tahu apa yang terjadi. Dan , tiba-tiba ia sudah berada di tempat ini.

"Semua ini salahmu!" Axel menunjuk Florence. "Kalau saja kau tidak membuka buku aneh itu, kita tidak akan berada di tempat ini sekarang."

"Harusnya kau tidak mengikutiku." Florence berdiri lalu menghidupkan senternya dan mulai berjalan. Menjauhi orang aneh yang baru saja membentak dan menyalahkannya. Demi apa pun, Florence tidak suka berdebat dengan orang tidak jelas. Bukan salahnya jika orang itu ikut masuk ke dalam buku dan terdampar di tempat ini. Florence tidak mengajaknya. Yang harus disalahkan adalah orang itu sendiri. Kalau saja dia tidak jahil, pasti Florence akan berada di tempat ini sendirian.

"Kau mau kemana? Apa kau tidak ingin kembali? Mungkin kita bisa menemukan cara untuk kembali ke Tyrell." Axel mengikuti Florence. Tidak ingin sendirian berada di tempat itu, sekaligus mengajak gadis itu bekerja sama agar mereka bisa kembali. Tapi sepertinya, gadis itu tidak ingin kembali.

Yang Florence lihat, tidak ada cara untuk kembali. Bahkan, buku yang membuat mereka berada di sini sudah tidak lagi ada. Maka, tidak ada cara untuk kembali. Florence tidak peduli. Lebih baik ia terjebak di tempat ini tanpa harus kembali. Pun, tidak ada yang peduli dengan keberadaannya. Tapi, sekali lagi Florence harus bersabar karena ia tidak sendirian. Ada manusia bertubuh tinggi yang terus mengikutinya seperti anak ayam.

The Lost Castle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang