≪•◦ ❈ ◦•≫
Hanya Florence satu-satunya perempuan di antara mereka bertiga, artinya hanya ia yang bisa memakai pakaian pelayan perempuan. Tidak perlu menaiki tangga untuk sampai ke dapur. Florence pun tidak perlu berjalan jauh. Cukup berjalan sekitar delapan meter, Florence sudah bisa menemukan dapur. Dan, di samping dapur terdapat gudang penyimpanan bahan makanan. Itu sebabnya Florence yang mendapat tugas seperti ini.
Senter miliknya sudah aman di dalam saku. Ia tidak perlu lagi memakai benda kecil itu di sini, sebab ada banyak lilin dan obor yang membantu menerangi seisi kastel. Kali ini degup jantung Florence nyaris normal. Hanya sedikit cepat saja. Aneh, harusnya ia lebih khawatir sekarang. Ia bisa langsung dibunuh di tempat. Apalagi, penguasa kastel ini merupakan seorang penyihir jahat yang dikenal mengerikan. Tapi sebenarnya, Florence agak ragu dengan hal yang satu itu. Ia harus melihatnya sendiri untuk tahu se-mengerikan apa wanita itu.
Dapur itu sepi. Lorong yang dilalui Florence juga sepi. Tidak ada siapa-siapa dan tidak terdengar suara orang lain. Mungkin, orang-orang menganggap tempat-tempat itu tidak ada apa-apanya. Jadi, tidak perlu dijaga ketat. Karena, itu saat malam tiba tidak akan ada yang datang.
Florence tidak langsung bergerak ketika sampai. Namun, ia meratapi nasib terlebih dahulu. Dua orang laki-laki itu sangat tidak berperasaan menyuruhnya mengisi dan membawa sebuah kantong kain besar yang baru mereka beli sore tadi. Pasti akan sangat berat jika sudah penuh nanti. Seumur hidupnya, Florence tidak pernah mengangkat sesuatu yang berat.
Hingga akhirnya, Florence mulai panik ketika mendengar suara langkah kaki. Buru-buru ia bersembunyi di bawah meja. Detak jantungnya kini kembali kencang seperti saat di Desa Sheyna tadi.
Seorang wanita bertubuh gemuk dan berpakaian pelayan masuk ke dapur. Cahaya temaram di dapur membuat Florence tidak terlalu terlihat jika wanita itu tidak melihat ke arah bawah meja.
Mendadak Florence menahan napasnya ketika wanita itu mendekat ke arah meja tempat Florence bersembunyi. Mata Florence memejam, keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Ia pasrah dengan kemungkinan ia akan ketahuan. Tapi ternyata, wanita itu hanya mengambil sesuatu di sana dan memasukkannya ke dalam saku. Buru-buru wanita itu pergi setelah selesai. Akhirnya, Florence bisa bernapas selega mungkin.
Setelah dirasa aman, Florence pun keluar dari persembunyian. Gadis itu mengambil apa saja makanan yang terlihat oleh matanya. Memasukkannya ke dalam kantong kain besar tanpa memilih. Tidak peduli kualitasnya baik atau tidak, yang penting bisa dimakan.
Kantong kain itu sudah penuh, berarti Florence harus meninggalkan dapur. Bawaannya berat. Namun, masih mampu ia angkat. Florence tidak jadi pergi ke gudang. Sebab, tidak ada lagi ruang tersisa di kantong. Lagi pula, Arthur sudah berpesan untuk mengambil secukupnya saja.
Kepala Florence terlebih dahulu melewati pintu, setelah dirasa aman, barulah Florence benar-benar keluar. Florence melangkah secepat mungkin agar segera sampai ke tempat awal. Tapi sialnya, barang bawaannya itu membuatnya tidak bisa berjalan lebih cepat lagi. Florence benci situasi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Castle [END]
FantasyBlurb: Florence dan Axel terpaksa masuk ke sekolah asrama karena kesalahan yang mereka lakukan, sehingga membuat orang tua mereka marah besar. Saat pertama kali melihat Florence, Axel yang jahil langsung bertekad untuk menjahili gadis penyendiri itu...