2. Pertemuan Awal

115 34 3
                                    






"Huh, dimana benda itu?" Tangannya yang mungil mencoba mengobrak-abrik barang-barang dalam sebuah ruangan. Ia terus mengeluh karena apa yang ingin ia cari tak bisa ia temukan.

"Aarrgghh!" Raungnya frustasi. Ia dengan cepat membenahi semuanya menjadi semula dan berlalu pergi dari sana. Ia menunduk lesu sesekali menghela napas. Ia mendongak guna menatap langit. Sinar bulan dengan para gugusan bintang itu tampak indah sekali malam ini.

"Kenapa?"

Dirinya beberapa kali menendang apapun yang ada dihadapannya, tapi hasilnya nihil. Benda apapun itu, masih tetap ditempatnya. Ia menatap orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya seakan-akan tidak terusik dengan kehadirannya yang baru saja berteriak kencang, menyalahkan dunia yang baginya tidak adil.

"Halo, apa kau tahu kenapa dengan diriku?" Dia mengibaskan tangannya di udara guna mencari perhatian dari orang-orang dan hasilnya tak mendapatkan respons. Dia menatap aneh. Tapi dia terkejut saat ada seseorang yang menabrak dirinya seakan-akan dirinya tidak ada di sana. Ia menatap tubuhnya.

Mencoba melakukan sesuatu yaitu menabrakkan dirinya pada orang-orang. Ajaib, ia tembus dan tak melukai orang tersebut. Lagi-lagi ia menatap dirinya heran, mendongak menatap langit. Dia masih bisa melihat semua keindahan ini, tapi kenapa orang-orang tak melihatnya, bahkan tak terusik saat dirinya berteriak tadi.

"Apa yang terjadi?"

Dahyun, sosok makhluk tak kasat mata atau lebih akrabnya hantu yang berkeliaran, bingung dengan dirinya sendiri. Ia tampak memiringkan kepalanya saat ada seseorang yang begitu intens menatapnya. Ia tidak ingin berbangga hati jika ada yang melihat dirinya. Ia berjalan menghampiri.

"Halo!" Ia mengguncangkan tangannya di udara untuk menarik perhatian, tapi seseorang itu hanya menatap lurus kedepan seolah-olah tak melihatnya.

"Itu benar, aku tidak terlihat!" Dahyun mendengus, tapi dirinya terus menatap wajah pemuda dihadapannya yang kalau dilihat-lihat begitu tampan. Sedetik kemudian, ia terkejut dengan suara deringan yang berasal dari milik pemuda itu.

Si pemuda merogoh sakunya dan menjawab panggilan yang masuk lalu pergi dari sana. Lagi-lagi Dahyun mendengus. Ingin menangis saja. Dirinya mengacak rambutnya.

"Sial, sial,sial!" Rutuknya berulang kali.

Jimin menghentikan langkahnya, menatap sekitarnya yang terlihat tidak terusik. Ya, dialah yang dihampiri oleh hantu tadi lalu menoleh kebelakang untuk melihat sang hantu. Merasa heran.

"Kenapa orang-orang tidak terusik dengan teriakannya, bahkan dia merutuk?" Gumam Jimin bertanya.

Awalnya, Jimin hanya berdiam diri di sana sampai dirinya meringis ngilu mendengar suara teriakan dan itu berasal dari sosoknya. Ia dibuat membeku saat sang hantu mendekatinya. Ia bahkan sampai tidak berkedip selama beberapa saat sebelum dering ponselnya mengalihkan semuanya. Kemdian berlalu dari sana.

Ia penasaran. Sedetik kemudian, dirinya bertemu pandang dengan sang hantu yang menoleh juga. Ia memilih mengabaikan dan berjalan dengan ponsel yang setia menempel di telinganya. Menanggap jika sosok yang ia lihat barusan tidak pernah ia lihat.

Dahyun mengerutkan alis. Pemuda tadi menoleh kearahnya. Tanpa berpikir panjang, ia mengikuti langkah sang pemuda dengan diam-diam, tidak mau sampai dirinya ketahuan. Dahyun tertegun ditempat saat pemuda itu mendatangi sebuah bangunan apartemen mewah. Ia menduga jika pemuda itu sangat kaya. Dahyun terus mengikutinya. Dilihatnya si pemuda yang masuk ke dalam lift. Ia dengan sekuat tenaga berlari dan berhasil masuk.

Adorable GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang