Grep!
"Lu kenapa, sih?!"
Pemudi itu mengerutkan dahinya. Dia mematung di depan bus. Ia menghela napasnya, ketika Rezan semakin mengeratkan tangannya pada lengan. "Apanya yang kenapa, sih?" ujarnya dengan nada lemah.
"Lu masih nanya, kenapa? Dari tadi lu gue panggil-panggil gak nyaut. Budek lu, hah?!" tukas Rezan menajamkan tatapannya.
Tanpa banyak basa-basi dan ocehan dari mulut Rena. Rezan menarik perempuan tersebut untuk diajak berboncengan. Akhirnya, kedua insan menyusuri jalanan bersama. Meski rasanya Rena masih enggan. Suasana hiruk pikuk pengendara membuat manusia satu ini menautkan senyumannya lagi. Rena menutup kelopak matanya menghirup pasokan udara.
Pemuda berhelm abu-abu membawa sang gadis agar keluar dari gubuknya. Rezan menghentikan motornya di hadapan pantai biru. Rena membulatkan netranya serta bibir itu. Lelaki tersebut menerbitkan lengkungan kecil di sudut mulutnya. "Bagaimana tuan putri?" sambut Rezan setelah berada di tepi lautan.
"Zan ... makasih, gue pengen banget jalan-jalan ke sini." Rena membinarkan matanya. Saking histerisnya dia menepuk pundak Rezan berapa kali.
Pukk!
"Ya udah dong. Woi! Jangan dipukul mulu guenya," tegur Rezan kembali dengan rautan.
Gadis berambut legam itu memanyunkan telapak bibirnya. "Aish, ya udah, dong. Zan, gue laper...."
"Idih lu udah gue ajak malah sekarang minta-minta!" pungkasnya. "Sini duduk dulu, entar gue beliin makanan." Rena menuruti perkataan pria itu kali ini.
Keadaan sunyi hanya rangkaian senandung ombak mengarungi kesepian. Sore hari menentukan garis bahwa kedua insan membawa suasana padmarini. Rena memandang luasnya pantai di hadapannya. Rezan mengedarkan pandangannya kepada gadis di sampingnya.
"Jangan diliatin mulu, kak, entar jatuh cinta, loh." Rena tersipu sehabis mengatakannya.
Rezan menghembus napasnya. "Gue emang udah terlanjur jatuh cinta sama lu. Tapi, kayaknya cinta gue bakalan terbang gitu aja gak bakalan ada yang gapai." Dia mengedikkan bahunya.
"Kadang semuanya yang dipertemukan oleh Tuhan, akan berakhir sama perpisahan. Sama kayak cinta, berani jatuh cinta harus berani sakit hati." Rena mendongakkan kepalanya melihat bagaimana netra teduh Rezan.
Awan biru meredum seketika. Kedua insan itu masih saja memikat harapan di matanya. Rezan mengambil pasokan udara sejenak. "Semuanya yang ada di dunia itu gak pasti, tapi kalau cinta itu tetap abadi."
"Jatuh cinta sendiri gak enak, emangnya lu mau selamanya ngeabadiin cinta yang gak pasti?" tanya Rena menaikkan kedua alisnya.
Rezan tersenyum simpul. "Gue yakin waktu akan ubah segalanya. Termasuk gimana kita ke depannya," serunya.
"Kalau waktu udah berjalan, tapi terhalang karena seseorang, gimana?"
Rezan menyentuh rambut Rena. "Semua yang udah ditakdirkan akan bersama, walau banyak yang gak suka di antara dua manusia." Rena menunduk.
"Zan, kenapa harus gue?"
Pemuda tersebut menarik lengan Rena. Lalu meraih sebuah gelang rajutan. Rezan mengikatnya pelan. "Cinta itu datang tiba-tiba tanpa kita tau, kehadiran lu seakan bawa gue ingat sama nenek gue. Nenek selalu bilang, cari gadis yang sopan."
"Tapi, pertama kali gue ketemu sama lu, gue bentak-bentak lu."
Lagi dan lagi Rena melupakan bahwa kejadian di unit kesehatan bukanlah pertama kalinya mereka bertemu. "Bagaimana bisa lu lupa, padahal pas itu lu yang ingetin gue pas pertama kalinya kita ketemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Terakhir [✓]
Fiksi Penggemar[ C O M P L E T E D ] [ Lascryptic Challenge "Gone" by Rose Blackpink ] "Kamu di antara bait terakhir mengakhiri satu kausa yang mengusang." - rose ft. hwang inyeop ©sweetisrainy, 2021