"Entah mengapa, saat berada di dekatmu. Aku merasakan perlahan kenyamanan ini mulai tercipta, apakah aku dan kamu akan bersama, ataukah ini hanya sebatas haluku saja?"
***Sedari tadi Rhia mondar-mandir ke sana-ke mari, anak laki-laki yang satunya lagi masih belum pulang. Sudah sore, tapi tanda-tanda kedatangan Langit, belum terlihat sampai hingga kini. Rhia takut, jika ada sesuatu hal tidak mengenakkan, terjadi pada anak laki-lakinya itu.
"Ba, kamu beneran enggak pulang sama Langit tadi? Apa dia enggak bilang atau laporan sama kamu gitu? Atau sekedar ngasih tahu sesuatu?" tanya Rhia kepada Bagaskara, sangat cemas sekali.
Baba mengunyah sisa roti yang berada di dalam mulutnya terlebih dahulu, dengan pelan. Lalu membalas pertanyaan yang diajukan oleh mama-nya itu. "Udah, mama enggak perlu khawatir. Lagian enggak bakalan ada yang mau nyulik Langit, hehe. Sudah besar, pasti bisa jaga diri kok, Ma ...."
"Tapi 'kan, Baba. Dia itu ganteng, baik hati, dan tidak sombong anaknya, mama akui kenyataannya. Nah, bisa aja ada orang yang naksir sama dia, mama cemas banget ini, ayo Sayang cepat pulang, mama sudah buatkan ayam kecap kesukaan kamu, buat menu makan malam nanti," ucap Rhia, ia masih saja mencemaskan anak laki-laki kesayangannya itu.
Tiba-tiba saja, suara hembusan napas Bagaskara terasa sesak sekali. Mungkin kambuh lagi, sesegera mungkin Rhia menghampiri Bagaskara, berkata. "Kamu kenapa Sayang? Jangan-jangan kambuh lagi! Bentar mama ambilkan dulu!"
Dengan cepatnya, Rhia mengambil inhaler yang biasa dibawa-bawa oleh Bagaskara. Agar kembali melancarkan sistem pernapasannya, menjadi lebih lega. Langsung saja setelah ditemukan inhaler tersebut, Rhia langsung memberikannya kepada Bagaskara.
"Duduk ya, Sayang. Jangan panik, jangan tegang, posisikan diri kamu agar tidak tertekan. Minimal 10 detik setelah menghirup inhaler ini ...."
"Kamu harus, menarik napas dan buang napas secara perlahan-lahan, tiap isapan. Lalu hembuskan ...."
Rhia tengah berusaha memberikan penanganan dengan cepat, setelah menghirup inhaler tersebut dengan teratur, sesuai anjuran yang diberikan. Kini napas Bagaskara kembali berhembus dengan lancar, sewaktu tadi Rhia benar-benar khawatir jika tubuh anak laki-laki terbesarnya itu, akan kembali drop total seperti saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE COGAN [ END ]
Romance"Hanya kamu, sejauh ini mampu meluluhkan hatiku yang beku, seperti es batu yang berada di dalam kulkas itu." Bagaskara Mahendra Putra Mega Buana, laki-laki dengan beragam cerita, yang tidak pernah ia utarakan kepada siapa-siapa, menjabat sebagai ket...