00.1 - Perihal Diam

255 140 129
                                    

Pertemuan dan perpisahan selalu menjadi suatu drama yang paling melelahkan, salah satunya bertemu dengan mu, jika bisa memilih tidak usah bertemu sepertinya sudah aku pilih sejak dahulu, namun sayangnya, ketidaksengajaan membawaku memberikan perasaan, kepadamu yang tidak berperasaan.

Melupakanmu? bahkan memiliki mu saja belum sempat, dan ternyata lebih sulit melupakan seseorang yang belum sama sekali kita genggam, bisa dimilikimu layaknya seperti sebuah mimpi indah, entahlah bahkan jika dikabulkan bisa memilikimu pun, belum tentu akan selalu tetap, siapa tau, hanya akan menjadi sebuah kenang.

Diamku memiliki banyak arti yang tak banyak orang lain ketahui, apalagi kamu. Jika ditanya mengapa begitu menyukainya, entahlah pertanyaan ini juga selalu memenuhi isi kepalaku sendiri, mungkin jawabannya karena aku terlanjur jatuh pada paras mu yang beda dari banyaknya orang yang ku temui.

Memasuki tahun kedua yang tak kusangka perasaan ini masih tetap ada, padahal pertemuan kita pun tanpa dialog, lebih parahnya, dianggap teman bagimu saja belum tentu, rasanya aku ingin mengubur dalam dalam perasaan ku yang semakin dalam jatuh padamu, tapi kenyataannya, semakin lama aku bersamamu, perasaan ini malah semakin bertambah, mencoba melupakan pun tak bisa segampang itu, karna sebagian dari hidup adalah tentang mengingat, bukan melupakan.

Dalam hal menyukai pun, tak selalu berarti harus memiliki kan?, Aku memilih diam daripada dekat tapi nanti malah menjauh, entah sampai kapan akan seperti ini, tapi biarkan waktu saja yang mengakhirinya.

Harapanku padamu juga sederhana, Aku hanya ingin tetap bersamamu, melihatmu tersenyum, tertawa, dan mendengarkan suaramu, terlepas dari itu, kadang aku juga berangan angan, ingin merasakan menjadi milikmu, pasti menyenangkan ya?.

Hanya ketidakmungkinan yang entah kapan tersemogakan, bisa bersamamu dan menikmati waktu tanpa dialog asalkan bersamamu saja sudah cukup, boleh jika aku meminta kamu tetap disini? sampai waktu yang memaksa kita pergi seakan pertemuan kita memang tidak pernah terjadi.

Awan sore ini jingga, senja akan datang membawakan keindahannya, tak lama kemudian ia akan pergi namun berjanji akan kembali diesok harinya, akankah manusia yang berjanji bisa menepati janjinya seperti senja yang pergi namun akan datang kembali lagi? .

"El"

Gadis yang bertubuh mungil serta mengenakan baju gamis berwarna biru serta kerudung peach yang dikenakannya itu melirik berbalik arah kebelakang, "Lo disini? "

Remaja lelaki yang menggunakan kemeja hitam dan motor honda putih yang dipakainya itu tersenyum mengangguk.

"Iya, abis dari kota disuruh sama Ibu"

"Kalo lo sendiri darimana? sore sore gini" lanjutnya.

"Gue abis dari tempat les, besok ada event Ar, oiya karna minggu ini cuma porak kan ya? tolong sampein ke walas gue gabisa masuk" jawab El.

Arlanka Raevan teman sekelas El sekaligus termasuk salah satu teman dekatnya.

"Kenapa? event lo selama seminggu? lama banget" Arlanka mengerutkan keningnya.

El tersenyum jail "Ciee nanyain bakal kangen ya lu sama gue, tenangg cuma seminggu kok"

Arlanka menatapnya dengan tatapan malas, "Kepedean lu, seminggu ngapain aja?."

"Persiapan wisuda" tutur El.

"Wihh abis wisuda dilamar ya? " goda Arlanka.

El tersenyum kemudian disusul tawa kecilnya "Nunggu dilamar lebih tepatnya"

The Title Is Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang