Yuda - The Unrecover Wound

119 15 41
                                    

"Regret is the only wound the soul does not recover from

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Regret is the only wound the soul does not recover from."

- Sarah Ban Breathnach

***

2017

Jelita

Kalau hidup lagi terasa berat-beratnya, pasti kebanyakan dari kita seringkali suka berandai-andai bisa memiliki hidup orang lain. Hidup orang lain yang kelihatannya jauh lebih menyenangkan dari apa yang kita punya. Hidup orang lain yang kelihatannya jauh lebih mudah untuk dijalani dibanding hidup kita yang melaluinya harus terseok-seok dan tersandung bebatuan.

Pengen banget gue bilang kalau gue nggak iri dengan mereka, tapi sayang faktanya adalah demikian. Meski gue tau Tuhan nggak pernah memberi ujian pada manusia di luar batas kemampuan mereka, tetap aja kadang gue merasa ujian yang Dia berikan untuk gue terlampau berat. Ini semua udah di luar batas kemampuan gue.

Kadang saking lelahnya, gue sampai nggak punya tenaga lagi untuk mengeluh. Apalagi untuk menangisi hidup gue yang sejak kecil udah berantakan.

Punya ayah tukang mabuk-mabukan dan sekarang berstatus sebagai narapidana akibat mengonsumsi obat terlarang berhasil mengguncang jiwa seorang anak yang saat itu masih duduk di bangku kelas satu SMP. Belum berakhir di sana, satu tahun kemudian sang anak harus menerima fakta kalau ibunya harus menjalani terapi di rumah sakit jiwa dalam waktu yang lama karena mengidap depresi berat dan gangguan kepanikan.

Sejak saat itu gue nggak pernah bertemu dengan kedua orang tua gue lagi. Sejak saat itu gue menghabiskan waktu gue untuk menyaksikan betapa bahagianya kehidupan anak sepantaran gue yang mendapat kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. Dan sejak saat itu gue harus menerima fakta kalau gue akan melewati jalan setapak penuh ranjau bernama kehidupan itu seorang diri.

Besar di panti asuhan, bertemu dengan orang-orang yang mempunyai garis hidup yang kurang lebih sama dengan gue membuat gue berhasil mengurangi intensitas rasa iri gue terhadap kehidupan orang lain. Ya, meskipun belum sepenuhnya hilang juga, sih. Namun, berada di sana berhasil membuat gue nggak merasa terlalu kesepian. Berada di sana, gue sadar kalau gue bukanlah satu-satunya manusia bernasib buruk di dunia ini.

Walau kadang... harapan untuk mendapat kasih sayang dari orang tua itu masih sering menghinggapi pundak gue

Orang bilang gue adalah manusia yang kaku dan nggak punya empati. Mereka bilang gue egois dan dan nggak bisa menunjukkan rasa peduli barang sedikitpun terhadap sesama. Dan gue mengakui kalau mereka benar.

Gue egois karena selama ini gue hanya punya diri gue sendiri, bukannya wajar kalau gue harus menomorsatukan diri gue dibanding apapun karena cuma itu satu-satunya yang gue punya saat ini?

Gue nggak punya empati karena gue nggak pernah mendapatkan rasa empati itu dari siapapun. Mungkin kalau rasa kasihan sering, hampir setiap hari gue mendapatkan tatapan penuh rasa kasihan orang-orang yang dilayangkan pada gue. Dan sejujurnya kalau dibilang gue nggak pernah memedulikan orang lain, itu nggak benar. Gue peduli akan banyak hal. Gue hanya nggak tau gimana caranya untuk menunjukkan rasa peduli itu.

Been ThroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang