T I G A B E L A S

3.8K 334 4
                                    

HAPPY READING

•••

Pagi yang cerah, Lauren sedang bersiap untuk pergi ke sekolah. Dia segera turun untuk menghampiri Gerald yang sedang duduk di meja makan.

“Pagi, Kak!” sapa Lauren saat sampai di meja makan.

“Pagi, sweaty,” balas Gerald. Lauren pun langsung duduk, dan mengambil satu lembar roti tawar, dan juga mengolesinya dengan selai coklat kesukaannya.

“Lo berangkat bareng gue,” ujar Gerald membuka pembicaraan.

“Emangnya Rega ke mana?”

“Rega ada, tapi dia lagi ada urusan.” jawab Gerald.

“Oh,” Lauren mengangguk. Ada rasa senang dan rasa sedih yang Lauren rasakan saat ini. Entahlah, tak mau ambil pusing, Lauren pun langsung memakan sarapannya.

Di sisi lain, Rega masih bergelut dalam selimutnya, dia masih berada di dalam mimpinya.

Drtt, Drtt!

Rega berdecak kesal saat ponsel berdering berkali-kali. “Ck! Ganggu aja!” kemudia ia mengangkat teleponnya.

“Apaan?”

“Oyy selow bang, selow lah.”

“Ck! Kenapa?”

“Lo gak sekolah? Udah jam berapa nih? Jangan mentang-mentang lo anak pemilik sekolah, bolos gitu aja lo, kalo bolos ajak-ajak kita lah.”

“Goblok! Gue siap-siap,” Rega mematikan sambungan teleponnya secara sepihak dan bergegas menuju kamar mandi.

Setelah siap semuanya, Rega turun ke bawah, dan menaiki motornya.

Sesampainya di sekolah, Gerbang sekolah sudah di tutup.

“Pak, tolong buka!” pinta Rega pada Pak Security.

“Siap, den!” Pak Security pun membukakan gerbang untuk Rega.

Setelah gerbang di buka, Rega pun menjalankan motornya dan segera memarkirkan motornya di parkiran khusus milik Archimoruz.

“Oyy bos!” sapa Erik.

“Rooftop!” balas Rega singkat.

Keempat sahabatnya mengerti apa yang di ucapkan oleh Rega. Mereka mengikuti Rega dari belakang, beruntung tidak ada yang melihat, jika pun ada salah satu guru yang melihat itu tidak masalah bagi mereka. Mereka sudah biasa menerima hukuman seperti berlari keliling lapangan, berjemur dengan sikap hormat di bawah tiang bendera, dan membersihkan seluruh toilet murid.

Rega duduk di sofa, walaupun Rega mendengar percakapan keempat sahabatnya. Rega menghela nafas berat, membuat semuanya menatap sang ketua.

“Gue mau ngomong penting,” suara Rega membuat keempat anggota intinya merubah posisi duduk mereka mengahadap Rega.

“Apaan?” sahut Geo.

Suasana di rooftop berubah menjadi hening begitu mendengar Rega berbicara. Jika Rega sudah berbicara dengan sangat serius seperti ini artinya ada masalah yang serius. Mereka berempat menatap Rega dengan rasa penasaran.

“Alendra, menjadikan Lauren sebagai kelemahan gue.” kata Rega, membuat keempat pria tersebut membelalakkan matanya kaget, bahkan Abi saja hampir tersedak sandwich yang ia makan.

“Gimana bisa?” tanya Geo penasaran.

“Dia gak terima atas ke kalahannya pada malam itu.”

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang