Pukul delapan malam albina baru pulang ke apertemennya, ia tinggal sendiri, karna pertengkaran hebat antara ia dan kedua orang tuanya memutuskan untuk hidup mandiri ya walaupun ayah nya sering mengirimkan ia sejumlah uang tapi tak pernah ia pakai.
Tiba-tiba ia sangat terkejutnya saat melihat seorang wanita paruh baya berdiri di depan apertemannya"Buat apa anda kesini nyonya? Tanya albina dengan penuh tekanan pada kata nyonya
Wanita puruh banya itupun menoleh kesumber suara ia haya tersenyum sinis pada albina
" Apakah kamu sudah tidak punya etika al, sehingga membuat mu bicara seperti itu pada ibumu"ucap wanita paruh baya itu yang tak lain ibu tiri nya albina
"Apa yang harus saya prajari dari nyonya, soal etika! Apakah saya harus seperti anda, menjadi seorang ular yang licik dan menjadi lintah darat demi segudang kekayaan" Ucap al dengan penuh emosi matanya menatap tajam ibu tirinya seakan ia akan menelannya
"Sialan kau anak pembawa sial, tapi tenang aku kesini bukan untuk mencari ribut dengan anak suamiku yang manis ini, aku haya ingin meminta uang suamiku" Ujarnya dengan senyum liciknya
"Dasar wanita serakah, apa kurang uang yang diberikan ayahku untukmu, hingga kau mengemis padaku, itu hak ku dan kapanpun taakan aku berikan padamu,apa uang ayahku habis kau penggunakan untuk pacar simpananmu hehh!! " Ucap al dengan berapi-api.
Ia tau segalanya tentang ibu tirinya tapi ia memilih diam dan tidak menceritakan pada sang ayah karna akhirnya juga sangayah akan mempercanyai wanita ular itu, ketimbang dirinya karna itupun dirinya tinggal di arpertemen karna saat ia ingin membongkar semua kebusukan ibu tirinya malah membalik keadan dan berujung dirinyalah yang di usir.
"Ibumu ini takan mempersulit kamu tinggal pilih, mau memberikan uang suamiku atau aku akan mengganggu kenyamanan ibu mu yang gila itu" Tutur ibu tiri al dengan senyum liciknya
"Dasar wanita licik jangan coba-coba kau ganggu ibu ku atau kau tanggung akibatnya" Ucapnya dengan berapi-api, suaranyapun naek beberapa oktap
Ia pun masuk ke apartemennya dan menuju kamarnya untuk mengambil sebuah kartu kecil yang ternyata sebuah kartu ATM, setelah kartu itu ia pegang ia kembali keluar artemennya dan melemparkan kartu tersebut tepat di wajah ibu tirinya.
"Puas.. Hehh tak usah anda mengembalikan kartu itu,lagi pula selama ini saya takpernah mengambil sepeserpun dari kartu itu. Dan camkan ini jangan pernah mengganggu ibuku lagi" Ucapnya dengan penuh emosi sambil menunjuk kearah ibu tirinya
"Baguslah setidanya kamu tau diri, dan jangan pernah mengadu pada suami saya" Ucap nya sambil melangkah kaki meninggalkan al dan tak lupa ia mengambil kartu ATM yang tergeletak di lantai
Setelah kepergian ibu tirinya ia pun masuk ke apertemennya kakinya kaku, matanya mulai mengeluarkan cairan bening, tubuhnya pun tumbang, ia tertunduk menangis dalam diam
"Mengapa sesakit ini tuhan.... " Ririn nya sambil memegangi dadaya yang sesak
"Bunda al ga kuat khi.... Khi.. " Rancaunya sambil menangis pilu
Ia pun berdiri dan melangkahkan kakinya keluar tak lupa ia membenarkan jaket hitamnya.
Dengan kepala tertunduk ia berjalan menuju parkiran, ya ia akan pergi ke suatu tempat yang sering ia datangi ketika ia bersedih,al pun menaiki motornya dan mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata,ai berhenti disebuah kuburan lalu ia pun turun dan melangkahkan lagi kakinya kesebuah gundukan tanah.
"Ka..... " Rancaunya pada sebuah kuburan yang tertulis Atlas Wijaya Bin Bagas wijaya, ya kuburan itu kuburan almarhum kakaknya
"Ka al kangen, al udah ga kuat ka, al lelah, al pengen ikut kakak aja khi... Khi" Lancaunya lagi dengan berlinang ari mata ia pun memeluk kuburan itu sambil memejamkan mata dan tak sangka ia malah tertidur.
🍁🍁🍁
"Kaa...? " Panggil seorang perempuan yang tak lain albina.
Ia tengah berjalan menghampiri seorang laki yang sedang duduk tertunduk.Dengan perlahan ia mendekati lelaki tersebut, iapun memberanikan diri untuk menyentuh pundaknya
"Kakk... " Panggilnya dengan lirih
Lalaki tersebut hanya diam tak bergeming sedikitpun"Kaaa ini aku Anjeli" Ucapnya lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca ia menatap sendu lelaki yang sedari tadi Ie panggil kakak.
Lelaki tersebut bernama atlas wijaya kakak sulung dari Albina anjeli dan hanya kakak lah yang memanggil ia dengan sebutan anjeli.
"Ka aku rindu kakak khi... Khi... Kakak kemana aja, aku sendiri kak, ga ada orang yang mengerti aku khi...khi..."ucapnya dengan menangis tersendu-sendu
Ia pun duduk menghadap atlas dengan mata sembab ia memeluk nya, melepaskan kerinduan yang ada.
" Usap air mata kamu, dan jangan bersedih tetap tersenyum"ucap atlas di sela-sela pelukannya
Albibapun mendongak dan melonggarkan pelukannya lalu melihat ke arah mata kakak sulungnya,dan tiba-tiba ia menangis histeris sambil memeluk kakak nya lagi.
"Kamu harus kuat, demi mamah dan percayalah suatu saat nanti akan ada keajaiban,angkat kepala kamu dan buktikan pada dunia bahwa kamu bisa" Ucap kakanya lagi tampa bergerak membalas pelukan adiknya, ekpresinya datar namun penuh dengan ketegasan dalam tiap kalimahnya
Albina pun mengangguk, namun tiba- tiba ia merasa hampa, ia merasa hanya memeluk angin saja, ia pun membuka matanya dan benar saja tidak ada siapa-siap, dengan gelisah ia menengok kanan dan kiri namun hasilnya nihil.
"Kak... " Teriaknya sambil terbangun dari tidur panjanya, ternyata barusan hanyah mimpi.
Ia masih berada di kuburan almarhum atlas,matanya pun tertuju pada batu nisan kakanya.
"Maaf ka anjeli ga janji ka,anjeli ga bisa tersenyum, sedangkan mamah masih terluka ka, kenapa Tuhan ga adil ka, pertama Tuhan ambil kakak dari sisi al, dan yang kedua secara tidak langsung Tuhan ambil mamah dari al, kenapa ka? Kenapa ga al aja yang gila jangan mamah ka khi...khi.."lancaunya dengan ekpresi yang menyedihkan matanya tak hentinya mengeluarkan cairan bening.
Ia pun menghapus air matanya lalu bangkit dari duduknya dan melangkah pergi menuju motor sport hitam miliknya.
" Aku harus kuat demi mamah"ucapnya dalam hati untuk menguatkan dirinya sendiri

KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Tapi Bukan Tulang
Teen FictionMengapa harus dengan rasa, ia singgah haya untuk memberikan kenyamanan sesaat lalu diam-diam menyelipkan berjuta rahasia yang menyakitkan, setelah itu pergi, bertahun -tahun ku coba sembuhkan luka lalu dengan tak tepatnya kau datang haya untuk membe...