\19\ Tarik nafas, hembuskan

13.9K 930 22
                                    

Selamat  membaca!💊


"Oh bole- APA? MILITER?" Tanya Elina terkejut yang dibalas anggukan semangat oleh Aris.

"Dek, kamu yakin? Setahu kakak untuk masuk dalam dunia militer tidaklah mudah. Perlu kerja keras dan semangat juang yang tinggi" ujar Elina memastikan.

"Aris yakin kok, itu salah satu impian Aris dengan mengabdikan diri pada negara ini. Aris mau memberantas teroris kak" balas Aris semangat.

"Dek, tugas TNI bukan hanya saja memberantas para musuh-musuh dari negara luar saja tetapi kesiapan mental dan fisik itu diutamakan"

"Aris siap kok kak, beneran. Lagian niat ini sudah tertanam dalam diri Aris sejak lama, ini murni bukan niat kemarin sore. Semoga papa dan mami mendukung Aris" ujarnya lesu.

Elina tersenyum, dia mengusap kepala Aris dengan sayang. Tak terasa tahun-tahun berlalu, banyak kisah yang sudah mereka lewati bersama sebagai sepasang saudara. Banyak candaan serta tangisan yang mengiringi mereka hingga titik ini.

Elina kagum dengan pemikiran Aris, meskipun usianya masih belia namun pola pikirnya menyerupai orang dewasa.

Ya, Gress dan Deral berhasil mendidik mereka berdua hingga menjadi anak-anak tangguh yang patuh dan taat dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

"Kalau itu impian kamu, kakak dukung. Dan mengenai restu papa sama mami bicarakan lah itu nanti ketika usiamu matang dan siap pergi berjauhan dengan kami. Mungkin niat ini akan sedikit membuat hati papa kecewa karena ia sudah berharap kamu akan menjadi pilot penerus papa. Namun, tidak apa! Semua orang memiliki cita-cita dan keinginan yang berbeda. Jikalau kamu tidak suka dalam bidang yang sedang kamu tekuni percayalah tidak akan baik untuk kedepannya. Kecuali hatimu menerima dengan lapang dada, tulus dan ikhlas sepenuh hati menjalaninya"

Aris menghambur memeluk Elina, ini yang ia suka dari kakaknya. Menjadi tempatnya untuk berkelu kesah setelah sang mami. Meskipun diantara mereka selalu berselisih paham namun Percayalah, dalam diri mereka tersimpan kasih sayang yang begitu tulus antar keduanya.

"Gih tidur, besok hari pertamamu masuk SMA kan? Cie udah dewasa yah sekarang" goda Elina

"Tapi Aris kan masih adik kecil kakak" jawabnya memberenggut.

Elina terkekeh dan mencubit hidung mancung milik adiknya, "iya yang udah gede. Sekarang pergi tidur kamu nggak mau kan besok telat?"

Aris mengangguk, dan pamit setelah mengecup pipi Elina sebagai tanda ucapan selamat malam yang rutin ia lakukan ketika mereka masih kecil.

"Makasih kak, Aris pergi dulu. Jangan lupa masuk kamar, udara dingin nggak baik buat kesehatan" petuah Aris.

"Iya adek" balas Elina gemas dan menutup kaca balkon kamarnya.

¤¤¤

"Ini bukan?"

"Bukan kak, itu yang dirak sebelah sana. Agak kekiri sedikit"

"Nih!"

"Eh bukan yang ini, ini bukan merk yang biasa Lovely pakai"

Eh, bu Dokter (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang