IMAGINATION || 13

198 51 9
                                    

Jangan lupa vote^
Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°

***

13. Sahabat Terbaik

Begitu sampai di apartemen, Eca langsung masuk menuju kamar. Tubuhnya sangat letih, matanya juga sangat mengantuk. Baru saja menjatuhkan diri di kasur, samar-samar telinganya mendengar suara tangis dari arah luar.

Eca yang penakut langsung mengira itu adalah hantu, ia bersembunyi dibalik selimut dengan rasa takut setengah mati.

"Siang-siang masa ada hantu, sih?" Eca memejamkan matanya kuat.Keringatnya sudah bercucuran membasahi tubuh.

Suara tangisan itu terdengar semakin kencang seiring berjalannya waktu. Eca yang panik refleks menjerit.

Mendengar jeritan yang begitu melengking, pintu kamar Eca pun terbuka, menampilkan satu sosok wajah yang dipenuhi dengan kekhawatiran.

Dia adalah Nessa.

"Eca?" panggil Nessa pelan.

Merasa terpanggil, Eca mendongakkan wajahnya dari balik selimut. Mendapati sahabatnya yang tengah menangis, Eca langsung menghampiri gadis itu dan memeluknya erat.

"Nes, lo kenapa?" Nessa tak menyahut, ia malah terduduk lemas dengan tangisnya yang kian pecah.

"Nes, jangan bikin gue khawatir coba!" pinta Eca.

"Lo dari mana aja?!" sentak Nessa.

"G-gue abis main tadi," jawab Eca hati-hati.

Nessa menepuk jidatnya dan tersenyum getir, "lo tahu gak? gue pikir lo diculik, Claressa!"

"Hah? Kok lo bisa mikir kaya gitu, sih?" tanya Eca heran.

"Habisnya, pas tadi gue dateng pintu apartemen lo kebuka, mana ada puntung rokok lagi di ruang tamu, gimana gue gak mikir lo diculik?" jelas Nessa dengan nafas terengah-engah, tangisnya mulai berhenti sekarang.

"Anjir, gue lupa tutup pintu tadi...."

Ini semua gara-gara Malven, batin Eca.

"Tadi si Malven dateng, terus ngajak main ke basecampnya anak-anak Vagos. Gara-gara dia nih, gue jadi kelupaan," lanjutnya mengakhiri kalimat.

Nessa yang semula terduduk lemas langsung menarik tangan Eca ke kasur, jiwa keponya seketika memberontak.

"Gue gak mau tahu, pokoknya lo harus ceritain semuanya dari A sampai Z!" pinta gadis itu dengan paksa.

Eca pun menceritakan apa yang ia lakukan dengan Malven, dari awal Malven datang ke apartemennya, sampai mengantarnya kembali pulang. Tidak ada yang dilebih-lebihkan, penuturan Eca sangat akurat sesuai dengan yang telah terjadi. Nessa menyimak dengan penuh perhatian, sesekali ia menutup mulut kala nama Mark di sebut ditengah percakapan, sampai cerita selesai, Nessa pun puas dan berakhir dengan menertawakan dirinya sendiri.

"Pantesan aja si Malven nanyain lo tadi pagi, ternyata dia yang bawa lo kabur. Konyol banget sih gue, bisa-bisanya mikir lo diculik."

Nessa terkekeh geli mengingat apa yang sudah ia lakukan.Saat pikiran itu hinggap di otaknya, Nessa langsung mencari Eca kemana-mana, ke mall, ke cafe, ke taman, pokoknya ke semua tempat yang biasa Eca datangi.

"Maaf ya, gue udah bikin lo khawatir...."

"Its oke, yang penting lo gak papa."

Mereka saling berpelukan satu sama lain. Eca sangat beruntung memiliki Nessa. Meski ia hanya punya satu sahabat, tapi Nessa sudah lebih dari cukup.

"Btw, kok lo jadi deket sama Malven, sih?"

"Iya, kita temenan sekarang."

"Tapi...gak bakal jadi demen, kan?"

Eca menggelengkan kepalanya kuat, ia yakin dengan perasasaannya kepada Sean.

"Lo yang paling ngerti gimana perasaan gue, Nes. Mau siapapun yang dateng, hati gue akan tetap buat Kak Sean. Dia itu rumah, dia punya tempat tersendiri di sini." Tunjuk Eca pada dadanya.

"Lo cinta banget ya sama Kak Sean?" tanya Nessa prihatin.

"Melebihi diri gue sendiri."

"Terus rencananya kapan mau ngungkapin?"

"Itu dia masalahnya, kalo sekarang rasanya gak tepat deh, iya kan?"

"Semester ini udah mau akhir loh, Ca.Tahun depan dia pasti sibuk ngurusin persiapan kuliah. Mau ditunda sampe kapan?"

Eca menerawang ke langit-langit kamarnya, benar juga kata Nessa. Kalau dinanti-nanti takut keburu basi. Tapi kalau sekarang pun, Eca masih belum percaya diri.

Jujur Eca masih belum berani untuk mengambil tindakan. Sean bukanlah pria biasa, ia tidak ingin terburu-buru. Rasa cintanya bukan hanya satu atau dua bulan, tapi bertahun-tahun. Jadi untuk antisipasi, ia memilih untuk tetap diam dari pada mengungkapkannya di waktu yang salah.

"Kita liat aja deh, kalo gue nemu waktu yang pas. Gue akan berusaha buat ngungkapin semuanya," lirih Eca.

"Seenggaknya, dia tahu kalo lo cinta sama dia. Soal diterima atau enggak itu urusan belakangan. Cinta kan gak harus memiliki, Ca. Saling ngerti sama menghargai aja udah cukup kalo menurut gue, mah."

Eca yang mendengarnya hanya bisa tersenyum tipis. Kata-kata yang diucapkan Nessa selalu membuat hatinya tenang. Nessa adalah orang yang paling mengerti Eca, lebih dari dirinya sendiri. Tuhan memang baik, meski Dia mengambil ayahnya, tapi Dia mengirimkan malaikat seperti Nessa dalam hidupnya. Dan Eca sangat bersyukur untuk hal itu.

"Lo tahu gak, Nes? Sebenernya ada yang gue sembunyiin dari lo."

"Soal apa?"

"Antara gue sama Kak Sean." Eca tidak berniat membocorkan rahasianya, hanya saja ia tidak ingin berbohong kepada Nessa.

"Yang lo sembunyiin itu, bikin lo seneng atau enggak?"

"Seneng."

"Yaudah, lo jaga aja rahasianya. Gue gak akan nuntut lo buat cerita. Yang penting Eca gue ini bahagia, itu yang utama."

Eca mengerucutkan bibirnya menahan haru.

"Makasih...Lo emang sahabat gue yang paliiiiiiing baik...," pujinya sembari memeluk tubuh Nessa.

"Wkwkwk, ya iyalah. Vanessa Arhaditama gitu loh...."

***



TO BE CONTINUED

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang