Meet You Again

285 29 4
                                    

Minhyung menobatkan suasana belakang sekolah sebagai suasana yang lebih manusiawi daripada didalam area sekolah. Karna setidaknya disini Minhyung bisa lebih tenang untuk mengistirahatkan tubuh nya yang rasanya sudah remuk ini sejenak. Bagaimana tidak. Dari sejak sesampainya ia di Jeju kemarin, ia bahkan hanya bisa merasakan beristirahat 3 jam sesampainya di apartemen mereka. Kenapa? Salahkan saja Jeno Jung. Adik nomor dua nya itu benar-benar tidak bisa dipercaya.

Minhyung sangat mendambakan istirahat full setelah menempuh perjalanan pesawat yang melelahkan, bahkan ia sudah terbayang empuknya kasur yang akan menyambut tidur nya di apartemen. Minhyung berencana setelah selesai merapikan barang-barang bawaan nya ke kamar, ia akan membersihkan diri, makan, kemudian tidur. Tapi, itu semua hanya angan-angan Minhyung saja. Karna jangankan untuk tidur, untuk mendudukkan dirinya di sofa saja ia tidak sempat. Karna Minhyung harus berkelana ke pusat perbelanjaan untuk membeli keperluan dan kebutuhan mereka untuk seminggu kedepan, dikarenakan Jeno si pemalas itu bahkan tidak punya roti tawar di apartemen nya. Memesan makanan is my style! Itulah prinsip si pemalas itu.

Kekesalan Minhyung berlanjut di pagi tadi, karna Jeno meninggalkan nya begitu saja saat hendak berangkat ke sekolah. Apa susahnya membangunkannya lebih cepat dan berangkat bersama kan? Tapi si sialan itu malah berkata "Kau itu kalau tidur seperti beruang hibernasi, aku bangunkan sampai aku salto pun kau tidak akan bangun. Dan sekarang jika menunggu mu aku bisa terlambat menjemput Jaemin. Karna aku akan membonceng primadona sekolah. Jadi aku harus tepat waktu, kau naik bus saja Hyung. Atau minta teman mu untuk menjemput." Setelah berkata begitu Jeno lalu beranjak keluar apartemen meninggalkan Minhyung yang masih terduduk setengah sadar di pinggir kasurnya.

Belum sampai disana saja rentetan kesialan Minhyung, karna setelah berjuang untuk sampai disekolah dengan berdesakan di bus. Sesampainya disekolah ia harus mendapatkan kesialan lagi. Saat berjalan mengendap-endap melewati koridor sekolah, dan juga jejeran ruang guru, tiba-tiba seorang pria malah menabrak nya, yang membuat darah Minhyung mendidih dan dengan segenap tenaga yang tersisa ia berbalik cepat dan ingin melayangkan tinjunya kearah orang yang menabraknya itu. Tapi belum sempat ia mengangkat kepalan tangannya, ia malah terdiam kaku didepan pria mungil itu. Iya, pria mungil itu yang baru saja menabraknya. Pria mungil yang sial nya lagi sangat manis.

"hahhhhh, nasibku benar-benar sial akhir-akhir ini. Dan apa ini? Kenapa aku malah memikirkan pria yang menabrak ku itu? Apa kau mulai sinting Minhyung?!" Minhyung mengusak kasar rambutnya seperti orang kesetanan, kemudian membaringkan dirinya dibawah pohon beringin rindang tempatnya berada sekarang sambil meninju ninju udara sebagai pelampiasan kekesalannya

"Oh-" Minhyung terhenti dalam aktivitas memalukan nya itu, omelan nya juga terhenti saat ponsel di saku nya bergetar. Nama Kwon Nami si gadis jadi-jadian (menurut Minhyung) yang sialnya adalah tunangannya sendiri itu terlihat jelas di layar ponselnya. Oke! Minhyung tidak bisa lagi menahan kesal nya. Ia segera menolak panggilan tersebut lalu kemudian mematikan ponselnya. Yap! Mati total. Persetan jika gadis itu akan mengadu pada ayahnya Minhyung, dan nantinya ayahnya yang akan memarahi Minhyung habis-habisan. Masa bodoh. Minhyung tidak mau ambil pusing. Disaat kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun ia benar-benar tidak bisa diganggu. Dan kenapa gadis itu harus menelpon disaat yang tidak tepat begini sih?! Bukan salah Minhyung kan jika menolak panggilan nya?

"Yo! Wassup men! Kau terlihat seperti ingin menceburkan diri ke sungai Amazon. Berceritalah, apa ada hal yang mengganggu mu?" Lucas menepuk pundak Minhyung dan kemudian duduk disebelah Minhyung diikuti beberapa orang lainnya yang datang bersamanya.

"Wajahmu yang sangat menganggu ku sekarang" Minhyung kembali merebahkan dirinya di rerumputan lapangan belakang sekolah mereka. Pohon di atas mereka yang rindang membuat Minhyung sedikit nyaman, Minhyung menutup matanya perlahan dan berharap bisa cepat melupakan kekesalannya.

The InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang