1. Choices

83 4 0
                                    

Mohon Vote Sebelum Maupun Setelah Membaca. Terimakasih Sudah Mendukung Cerita Ini! Selamat Membaca!

✧═════•❁❀❁•══════✧

"Haaah" aku menarik napasku panjang setelah lama mengamati iklan sebuah brand ternama dari layar ponselku. Sambil membereskan buku-buku diatas meja, aku membayangkan betapa bahagianya jika aku bisa memiliki barang-barang yang kusukai dengan mudahnya.

"Rebecca, kau sakit?" Tanya Lily, teman sebangku yang lebih dulu selesai membereskan bukunya, kini bersiap untuk pulang.

Aku melirik tas punggungnya yang berwarna putih dengan sedikit detail bermanik emas, nampak sangat mahal dan berkelas. Aku berani bertaruh harganya pasti diatas 3 juta. "Lily enak ya, orang tuamu pasti sangat menyayangimu."

Bisa ku lihat raut wajahnya terkejut. "Tiba-tiba??" Tanyanya dengan sedikit kekehan.

"Tasmu selalu mahal dan cantik, sepatumu juga aku yakin tidak murah." Semakin aku memperhatikan penampilan Lily, semakin perasaan iri ini bergejolak. "Huaaaa! Aku juga ingin punya barang-barang mahal tanpa harus menabung selama berbulan-bulan." Rengekku seraya melirik layar ponsel yang masih menunjukkan iklan tas barusan. "Lily Apa pekerjaan orangtuamu?"

Aku sempat berpikir Lily akan tersinggung dengan pertanyaanku. Namun dia malah tersenyum lembut sambil kembali memposisikan duduknya di sebelahku. "Bukan orang tuaku yang membelikannya." Jelasnya setengah berbisik. "Aku beli dengan uangku sendiri, hasil kerja paruh waktu."

"Apa!?" Aku menganga tak percaya, bagaimana bisa seorang gadis kelas 1 SMA memperoleh gaji yang cukup untuk membeli semua barang mahalnya itu. Aku melirik jari Lily yang berisyarat agar aku tak bersuara terlalu keras, sontak membuatku ikut waspada pada sekitar. "Memangnya apa pekerjaanmu? Boleh aku ikut bekerja?"

Sekali lagi Lily terkejut, namun wajahnya agak sedikit serius daripada biasanya. Lily gadis yang ceria dan baik hati, ia selalu membantuku sejak pertama kami masuk SMA. Meski tak banyak tahu tentang latar belakang masing-masing, kami terbilang sangat akrab sebagai teman satu kelas. "Hmm~ bagaimana kalau kau amati dulu seperti apa pekerjaanku. Baru kau bisa memutuskan ingin ikut denganku atau tidak." Jawabnya dengan senyuman khasnya yang imut.

Aku sedikit kecewa karena ia tak langsung memberi tahu apa pekerjaannya, namun aku tetap tergiur setelah kembali mengabsen penampilan Lily dari kepala hingga kaki, barang-barang mewahnya tak bisa luput dari pikiranku. "Ok" kataku mengangguk pasti. "Kapan aku harus-"

Tanpa basa-basi, gadis berambut coklat ini segera menarik tanganku mengikutinya. "Hari ini kau akan tahu apa perkerjaanku. Ayo!"
.
.
.
Masih dengan seragam sekolah, kami tiba di sebuah cafe terkenal di daerah Elite, cafe yang bahkan cukup mahal untuk sekedar memesan secangkir kopi.

"Lily, kau bekerja di cafe ini?" Tanyaku sibuk mengelilingi seiisi cafe dengan mataku.

"Tidak, kita akan makan disini sambil menunggu seseorang." Jelasnya singkat sebelum akhirnya kami memutuskan untuk memesan beberapa camilan sebagai teman berbincang selama penantian.

"Lily, boleh aku bertanya?" Tanyaku setelah kami benar-benar duduk nyaman di sofa berwarna tosca di sudut ruangan.

Lily menaikan kedua alisnya sebagai ganti 'apa'.

"Hmm... Berapa jumlah uang yang kau dapat? Perjam? Perhari? Perbulan?" Tanyaku sembari menyeruput lemon tea yang barusan kupesan.

"Tergantung" Jawabnya singkat. "M-mungkin minimal 20 juta per hari?.. Entahlah, tidak selalu sama."

"20 JUTA!!?? MINIMAL!!??" Aku berteriak menarik perhatian hampir seluruh pelanggan cafe. Bagiku 20 juta itu bukan uang kecil, jelas saja aku tercengang mendengar upah minimumnya, namun lagi-lagi Lily hanya tersenyum kepadaku.
.
.
.
Setelah 30 menit kami berbincang, Lily mengangkat panggilan dari seseorang kemudian matanya mencari-cari sesuatu keluar jendela. "Baiklah aku akan segera keluar." Katanya singkat lalu menutup panggilan. "Becca. Ayo."

My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang