Mohon Vote Sebelum Maupun Setelah Membaca. Terimakasih Sudah Mendukung Cerita Ini! Selamat Membaca!❣
✧═════•❁❀❁•══════✧
"Pak Leon!" Kulambaikan tanganku untuk memberi tahu posisiku kepada pria yang terlihat linglung di seberang jalan tempatku menunggu.
Begitu matanya menemukanku, ia langsung berlari kecil menyebrangi zebra cross. "Apa kau menunggu lama?" Tanyanya sambil merunduk kelelahan.
"Tidak, tapi kalau untuk Pak Leon, 1000 tahunpun akanku tunggu" Jawabku menggodanya, lalu diikuti senyuman pak Leon yang lembut seperti biasa.
Kulihat ia membawa mobilnya di seberang sana. Meski begitu, ia tetap menghampiriku agar aku tidak menyeberang sendirian.
"Padahal aku bisa menjemputmu di rumahmu" Katanya penuh penyesalan."Aah- kau tahu? Ayahku sedikit sensitive, apalagi jika ia tahu anak perempuan satu-satunya pergi dengan pria paruh baya. Bisa aku bayangkan ia akan semarah apa."
Sambil membukakan pintu mobil, ia menyipitkan matanya sinis. "Bukankah kau bilang aku tampan?"
"Aku bilang kau tampan, bukan muda" Aku terkekeh melihat wajah tersinggungnya yang tentu saja tidak sedikitpun ia ambil ke hati.
Sepanjang jalan kami hanya bercanda dan mengobrol tanpa membahas pekerjaan. Hanya tentang aku, dan pak Leon. Tentu saja itu hal bagus. Bisa memiliki senyuman pak Leon hanya untukku seorang, bukankah aku pemenangnya hari ini?
.
.
Sesampainya disana, pak Leon pergi membeli tiket masuk untuk kami berdua, meninggalkanku sendiri di bangku taman yang tak terlalu jauh dari antrian.Pandanganku terpaku padanya, sesekali ia menengok ke arahku sambil tersenyum.
Oh tuhan, aku tak akan pernah terbiasa dengan senyuman itu. Tampan sekali.
Ditengah aktivitasku menikmati ketampanan pak Leon, tiba-tiba kulihat 3 orang perempuan menghampirinya kemudian berbincang sesuatu yang tak sedikitpun aku bisa mendengarnya.
Wajar saja, pak Leon berperawakan tinggi dan putih. Hoodie oversized berwarna abu-abu dan celana pendek hitam yang saat ini ia kenakan sangat mengundang mata para perempuan termasuk diriku.
"Leon" Panggilku lembut, kemudian kulingkarkan tanganku pada lengan kekar milik pak Leon berusaha membubarkan kerumunan lalat yang mengitarinya.
Perempuan-perempuan itu tampak canggung, mereka tersenyum kemudian pergi setelah melihat ku menempel rapat dengan pak Leon.
"Leon?" Sindir pak Leon dengan senyuman khasnya. "Bukankah kau yang bilang aku pria paruh baya?" Lanjutnya semakin menggodaku. "Aku tersanjung tiba-tiba kita menjadi teman seumuran"
Aku hanya menatapnya masam tanpa membalas kalimatnya, hal itu cukup membuatnya tertawa geli seakan puas telah membalas sikap usilku.
Namun, wajah penuh kemenangan itu mendadak lesu setelah kubawa dia berhadapan dengan wahana paling extreme disini. Suara teriakan pengunjung lain membuatnya semakin menelan ludah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth
RomanceNamaku Rebecca Brown. Karena ingin memiliki barang-barang bermerk, saat SMA kelas 1 aku menjadi pekerja sex. Tapi akhirnya, aku berhenti dan bekerja di sebuah toko kue. Aku ingin melupakan masa laluku dan jatuh cinta dengan normal, tapi aku ragu. Ap...