4.Coba Bangkit

18 4 0
                                    

***

Arsel mengantar Melisa pulang. Melisa diizinkan pulang karena kondisinya sudah mendingan. Selain mengantar melisa, Arsel juga ingin silahturahmi dengan papa Melisa.

Setelah Arsel pulang Melisa langsung ke kamar dan beristirahat. Badan Melisa terasa sangat sakit.

Baru nyenyak tiba-tiba pintu kamar Melisa terbuka. Maurin menghampiri Melisa dan duduk di sebelah Melisa.

"Kenapa?" tanya Melisa bingung

"Ga boleh ya gue ketemu adek gue yang cantik ini" Maurin mengeluarkan kata-kata manisnya.

"Basi"

"Mel, kok bisa lu di anterin Arsel?" tanya Maurin penasaran

"Kepo lu kayak dora" balas Melisa

"KURANG AJAR YA LO! DITANYA BAIK-BAIK JUGA!" bentak Maurin

"Apa sih Rin, nge gas banget lu"

"MAKANYA LU TUH JADI ORANG JANGAN NYEBELIN! GUE ADUIN PAPA MAMPUS LU!"

"Keluar sekarang dari kamar gue" kata Melisa

plak

Maurin menampar pipinta sendiri. Maurin tersenyum sinis pada Melisa dan pergi dari kamarnya.

Tiba-tiba...

"MELISA! TURUN KAMU!"

"Pasti Maurin ngadu nih"

Melisa segera turun ke bawah. Diliatnya Maurin yang tengah menangis sambil di peluk mamanya.

"APA-APAAN KAMU! KENAPA KAMU NAMPAR MAURIN?! HAH?!"

"Apa sih pa, Lisa ga nampar dia. Orang dia yang nampar pipinya sendiri"

"Hah? Kok kamu gitu sih Mel, tadi aku masuk ke kamar kamu niatnya mau ngobrol sama kamu tapi kamu malah ngusir aku dan nampar aku. Kamu bilang aku dan mama ga pantas tinggal di sini dan kita cuman jadi beban"

"KURANG AJAR KAMU MELISA!"

PLAK... PLAK... PLAK... PLAK

Melisa di tampar oleh papanya. Setelah itu papanya pergi.

Melisa kira hukuman ini sudah selesai ternyata tidak.

Papa datang membawa cambuk dan menyeretnya ke gudang. Di gudang Melisa di tampar, dipukul, dimaki, dicambuk, dan siksaan lainnya.

splashhh 5× (anggap ae suara cambuk)

Badan Melisa terasa begitu perih akibat cambukkan tadi. Setelah di siksa, dia dikunci dan dibiarkan sendiri di gudang.

Melisa terus menangis, menahan rasa sakit. Rasa sakit dalam tubuhnya belum sembuh kini diluarnya sudah terdapat banyak luka.

Melisa melihat pecahan kaca di lantai. Melisa tersenyum melihat pecahan kaca itu.

Melisa menggoreskan pecahan itu ke tangannya. Darah segar keluar dari lengan hingga pergelangan tangannya. Untungnya, Melisa masih bisa mengontrol diri, dia tidak memutus nadinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seperti MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang