2. Rapuh

23 5 2
                                    

Seperti di buang namun masi di sayang, seperti tidak di pedulikan tapi masi diperhatikan.

***

Melisa bangun dengan mata bengkak habis nangis dan bibir pucat. Tadi malam Melisa menangis lagi, mengutarakan rasa sedihnya lagi pada diri sendiri.

Ya, hari ini Melisa tidak sekolah. Melisa di skors selama 3 hari. Melisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah dirinya sudah merasa lebih segar, Melisa turun ke bawah untuk sarapan. Saat hari sekolah Melisa tidak biasa sarapan, dia memilih membuat sandwitch di dapur dan membawanya ke sekolah.

"Assalamualaikum pa, ma, rin" salam Melisa ke pada keluarganya. Tidak ada yang menjawabnya. Papa asik membaca koran, mama asik membaca majalah, dan Maurin sedang asik denga handphonenya.

Melisa duduk di kursi kosong sebelah Maurin. "Siapa yang suruh kamu makan di sini?" Melisa yang sedang menyendok nasi langsung berhenti.

"Li-Lisa makan di sini ya pa?" tanya Melisa dengan senyumnya berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.

"Pergi" satu kata tapi mampu membuat hati Melisa sangat sakit. Ekspresi dingin papa yang seolah tidak peduli itu semakin membuatnya sakit.

Melisa mencoba menatap papanya walau air mata sudah turun bebas dari kedua matanya. "Pa, Lisa anak papa. Kenapa mereka berdua yang baru papa kenal berapa tahun lalu lebih papa pedulikan dari pada Lisa anak kandung papa? Seburuk itukah Lisa pa?" tanya Lisa dengan air mata yang keluar begitu deras.

"JANGAN PERNAH SAMAKAN KAMU DENGAN MEREKA!" bentak papa. Mama dan Maurin yang melihat itu tersenyum puas. Mereka berusaha menyembunyikan ekspresi itu dari papa. Dan yaaa itu berhasil.

"Pa Lisa tau karna Lisa lahir bunda jadi pergi. Lisa tau seharusnya Lisa gak di sini. Lisa tau papa sayang banget sama bunda. Tapi papa gak tau kan walaupun papa sering mukulin Lisa, hukum Lisa, caci maki Lisa tapi Lisa sayang banget pa sama papa" Melisa menatap papanya yang kaku dan tak mau menatap Melisa.

"Lisa di hina di sekolah, Lisa di siksa di rumah, Lisa di jauhi orang, Lisa sabar pa. Lisa cuman punya papa di dunia ini pa, tolong jaga Lisa. Papa mau darah daging papa sendiri nantinya bakal ninggalin papa?" Melisa menghapus air matanya. Sialnya air matanya tetap saja keluar dengan deras.

"Lisa cuman mau tau rasanya di sayang pa. Papa gak salah kalo nyalahin Lisa atas kepergian bunda tapi tolong pa jangan benci Lisa" Melisa menghampiri Ridwan papanya. Melisa memeluk papanya dengan erat.

Tidak ada balasan dari papanya. Itu tidak masalah buat Melisa yang penting dia dapat memeluk papanya. Perlu kalian tau untuk menyapa papanya saja itu sangat susah bagi Melisa apalagi memeluknya.

"Lepas" kata-kata itu berhasil membuat Melisa
ternganga.

Melisa melepas pelukannya. Menghapus air matanya dan menatap papanya. "Li-Li-Lisa ke kamar dulu ya pa" Melisa pergi ke kamarnya.

"Anak bodoh" tidak bisa dipungkiri ada rasa sayang untuk Melisa. Bagaimanapun Melisa anak kandung Pak Ridwan.

Melisa mengunci pintu kamarnya. Melisa yang tadinya sangat lapar tiba-tiba kenyang, nafsu makannya entah hilang ke mana. Sebenarnya Melisa dari kemarin belum makan.

Seperti MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang