bab 1

621 6 0
                                    

Babi part 1

Masih tergiang jelas hari itu. Hari dimana Bapak mengejakku ke sebuah tempat, untuk ke sana kami memerlukan waktu hampir seharian. Cukup jauh memang, aku sendiri tak tahu mau di bawah ke mana. Berulang kali aku bertanya kepada Bapak, tetapi ia tak mau menjawab pertanyaanku.

Mungkin bapak sedang dalam keadaan kalut. Ibu sakit dan kemarin beberapa depkolektor berhasil menemukan persembunyian kami dan menagih uang dengan cara mengancam akan menghabisi nyawa kami sekeluarga. Mereka menyeret bapak dan berteriak di depannya, bapak tampak bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

Beberapa hari kemudian, Bapak mengajakku entah kemana. Aku terdiam di sepanjang jalan. Sesekali mata ini terpejam karena mengantuk. Sampai akhirnya kami masuk ke area hutan. Bapak kemudian masuk ke sebuah jalan kecil, setelah cukup lama akhirnya terlihat beberapa rumah warga dengan jarak yang saling berjauhan.

"Kita mau kemana Pak?" tanyaku. Bapak masih engan untuk menjawab. Aku kembali terdiam mengikuti kemana bapak akan membawaku. Sampai akhirnya kami semakin masuk ke dalam hutan, melewati jalanan rusak. Hari sudah mulai petang. Aku membuka gawaiku, tetapi aku tidak mendapatkan sinyal sama sekali. Aku bermaksud membuka google map dan mengetahui di mana sebenarnya posisiku.

Kini rumah-rumah warga sudah tidak kelihatan lagi, di kanan kiri kami hanya ada pohon saja. Aku hanya takut bapak salah mengambil jalan.

"Pak ... apa bapak nggak salah ambil jalan?" tanyaku.

"Diam!" bentak bapak.

"Bukan begitu Pak. Kelihatannya di sini nggak ada tanda-tanda kehidupan dan ini sudah mau malam," kataku menginggatkan.

"Bapak bilang diam ya, diam!" Sekali lagi bapak membentakku. Kali ini aku menyerah, terserahlah aku mau di bawa kemana. Kusenderkan kepalaku di pintu mobil. Bapak mulai menyalakan lampu, hujan rintik membuat suasana semakin mencekam. Perutku mulai keroncongan karena seharian tak terisi makanan. Mungkin bapak tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"Ada roti di tas belakang," kata bapak. Aku menoleh dan meraih tas ransel yang ada di kursi belakang. Ternyata bapak membawa banyak cemilan dan air mineral.

Oh, ternyata bapak sudah menyiapkan semuanya, mungkin memang tempat yang kami tuju cukup jauh jaraknya sehingga bapak sudah menyiapkan bekal. Hatiku merasa lega, aku memakan roti sobek berisi selai coklat dan durian. Kemudian aku mengambil air mineral. Kubuka resleting tas di bagian depan. Bau bunga kantil langsung menyeruak.

"Apa ini?"

Kutemukan bungkusan daun pisang yang setelah kubuka ternyata berisi bunga dan benda-benda yang biasanya kulihat di film-film horor untuk membuat sebuah ritual. Ada dupa dan korek api, lalu buntelan kain putih.

"Pak! Buat apa semua ini?" tanyaku.
Bapak menoleh.

"Pak! Ini semua ... Bapak nggak mau berbuat macam-macam kan, Pak?" tanyaku lagi. Namun, lagi-lagi bapak terdiam, ia terus menarik gas.

"Bapak ... bapak tidak akan mencari pesugihan kan?" Mendengar pertanyaanku itu tiba-tiba bapak mengerem mendadak mobilnya sehingga badanku terhuyung ke depan. Bapak merebut tas ranselnya kemudian melemparkannya ke kursi belakang.

"Bapak jawab pertanyaanku Pak!"

Plak!

Bapak menamparku.

"Diam dan jangan banyak tanya!" kata bapak. Aku terdiam sambil memegangi pipiku yang terasa memanas. Bapak akan melakukan hal gila. Aku yakin!

Akan tetapi, kenapa bapak mengajakku? Apa jangan-jangan ... aku akan di jadikan tumbal pertamanya? Jantungku dag dig dug tak karuan, hatiku bertanya-tanya.

Babi ngepetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang