bab 6

251 4 0
                                    

bab 6.

"Mungkin nggak Bu. Ada yang sengaja membuat Ibu bangkrut!" kata Irfan lagi.

Betul juga. Pikir Ninis, Sepertinya ia perlu meminta bantuan kepada orang pintar untuk mengetahui hal tersebut.

"Aku akan cari tahu nanti!" kata Ninis. Ia bergegas ingin pergi ke orang pintar hari itu juga sebelum ayam-ayam dan ikan lelenya lebih banyak lagi yang mati sehingga ia mengalami kerugian lebih besar.                 
Irfan dan Zainul akhirnya bisa bernapas lega. Bu Ninis janda tajir itu mempercayai mereka.

"Sayang, Ibu mau ke rumah tante Farida, mungkin ibu akan menginap," pamit Ninis kepada Vivian anaknya.

Siang itu Ninis langsung pergi dengan mengendarai mobilnya ke luar kota menemui temannya. Teman Ninis yang bernama farida itu juga pernah mengalami hal yang sama. Usaha baksonya di tutup oleh saingan bisnisnya. Sekarang usaha Farida sudah berkembang dengan pesat setelah di tangani oleh Mbah Sukmo.

Sore hari Ninis sudah sampai di rumah temannya Farida. Ia dipersilakan masuk dan beristirahat terlebih dahulu sebelum besok pergi ke rumah Mbak Sukmo.

"Jadi, bagaimana kejadiaanya?" tanya Farida.

"Aku nggak tahu, tiba-tiba ayam-ayamku mati begitu saja. Aku rugi banyak!" terang Ninis.

"Ya, sudah nggak usah di pikirkan. Usahamu yang lain lancar-lancar saja kan?" tanya Farida.

"Iya," jawab Ninis singkat.

"Begitulah kalau kita sukses, ada saja yang ganggu!" kata Farida. Ninis membenarkan.

Keesokan harinya Ninis dan Farida mengunjungi kediaman Mbak Sukmo. Rumah mewah dan megah dengan aksen kejawen. Banyak keris dan benda pusaka menjadi hiasan utama.  Beberapa bambu pethuk pun menjadi pajangan. Kepala rusa yang katanya bertuah dan kendi-kendi berjejer di atas nakas.

"Assalamualaikum ...!"

"Waalaikum salam," jawab perempuan bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang. Ia adalah istri Mbah Sukmo. Bu Ambar namanya.  Ia kemudian membuatkan minuman setelah memersilakan Ninis dan Farida duduk di ruang tamu. Tak lama kemudian Mbak Sukmo ke luar dan menemui mereka berdua.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyannya langsung.

"Begini Mbah, ternak saya tiba-tiba mati masal. Saya hanya ingin tahu penyebabnya," kata Ninis.

"Kapan kejadiannya?"

"Kemarin Mbah!" jawab Ninis singkat. Mbah Sukmo mengangguk tanda mengerti. Ia kemudian memejamkan matanya sambil komat-kamit membaca mantra.

"Apakah kamu punya musuh, kepalanya sedikit botak, badannya tinggi besar kulitnya hitam," tanya Mbah Sukmo. Ninis mulai mengingat-ingat apa mungkin mantan suaminya.

"Itu sepertinya mantan suami saya Mbah!"

"Nah, itu. Dia kalah sukses sama kamu makanya dia ganggu kamu. Biar kamu mau rujuk kembali sama dia soalnya usahanya tidak sebesar usaha kamu," terang Mbah Sukmo terdengar sangat meyakinkan.

Ninis pun percaya apa yang di katakan dukun gadungan tersebut. Mbah Sukmo kemudian memberikan air untuk di minumkan ke ayam dan di tuang di kolam lele agar sihir yang di kirimkan mantan suami Ninis tidak bisa menyentuh ternaknya. Sejumlah uang diberikan Ninis kepada Mbak Sukmo sebelum pulang.

Di perjalanan Ninis membenarkan apa yang dikatakan Mbah Sukmo.

"Mas Dirga memang masih belum rela melepasku, tapi aku nggak menyangka dia yang berbuat jahat padaku," kata Ninis.

"Apa dia masih sering menghubungimu?" tanya Farida.

"Ya, masih. Bagaimanapun juga ada Vivian kan. Ya, kami biasannya cuma ngomongin Vivi sih," jawab Ninis.

Babi ngepetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang