s a t u

32 5 1
                                    

Kalian pasti tahukan cara menghargai sebuah karya?.

Happy Reading ✨

---

 "Ini kesempatan terakhirmu. Kalau kau gagal diujian ini, semua barang di kamarmu akan ibu bakar" Entah sudah berapa kali Hana mendengar ancaman itu keluar dari mulut ibunya.

Setiap nyonya Han Miseong itu melihat wajah Yeo Hana, ia selalu saja meluncurkan ancaman serupa. Bahkan kini saat ia tengah membantu anak bungsunya  itu memakai mantel wanita paruhbaya itu masih saja sempat meluncurkan ancaman untuk Hana.

"Tenang saja aku akan lolos dan membuat ibu terkejut" balas gadis  itu tersenyum dengan sangat percaya diri dan menatap Ibunya dengan yakin.

"Kau juga mengatakan hal itu saat evaluasi perwakilan lomba nasional sanggar" sahut laki-laki paruhbaya dengan tenang sambil memainkan ponsel dengan jarak yang jauh. Sesekali ia membenarkan letak kaca matanya untuk membantunya membaca isi ponselnya.

"Dan membuat kami sangat-sangat terkejut. Bahkan Ibu sampai jantungan" sambung laki-laki yang lebih tua empat tahun dari Hana yang tengah menatap televisi dan membaringkan diri disofa dengan celana training dan kaus favoritenya. Yeo Eunwoo.

Hana hanya bisa  menatap kesal kearah kakak laki-lakinya dan berharap tatapannya bisa menghunus Eunwoo dan membuat Eunwoo mati.

"Ingat kalo gagal apalagi sampai tidak pergi, Kau akan menghabiskan hidup mu diruang latihan" sekali lagi nyonya Han mengeluarkan ancamannya.

"Astaga ibu... Berhentilah mengancamku" 

"Aku akan pergi Ujian dan lolos, doakan aku yaa" seru Hana lalu mencium pipi ibunya lalu pergi dan menghilang dibalik pintu.

"Dia betulan akan pergi ujiankan?" ucap Miseong entah pada siapa sambil menatap pintu yang baru saja menelan putri bungsunya.

Laki-laki yang sedari tadi memainkan ponselnya itu meletakkan ponselnya diatas meja makan. "Dia akan pergi. Aku sudah cek kegiatan idolanya. Tidak ada fanmeeting, fansign maupun konser"

"Ibu tenang saja. Hana akan lolos" sahut Eunwoo sambil tersenyum mengingat kerja keras adiknya yang kadang membuatnya khawatir namun sangat bangga.

---

"Eoh? Kau belajar?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari seorang gadis berambut panjang yang dikuncir dua. Sangat lucu dan cocok saat dipadukan dengan poni tipisnya. Kim Lara.

"Ku pikir kau akan jadi sasaeng  begitu lulus sekolah" sahut laki-laki bername-tag Choi Joshua dengan senyuman tipis --yang membuatnya semakin menawan-- sambil menggantung tasnya disisi samping mejanya.

Hana menoleh kesamping kanannya menatap Joshua dan tersenyum dengan sedikit terpaksa "Ibu, ayah dan abangku akan membunuhku jika aku tidak kuliah" lalu kembali fokus pada catatan miliknya.

"Ternyata bener yaa ungkapan 'gagal dalam ujian perguruan tinggi sama saja seperti mengakhiri hidupmu' "  Lirih Lara dengan lemas sambil bertumpu pada tangannya yang berada diatas sandaran kursi sambil menatap lirih Hana yang tampak berkerja keras dengan buku catatannya.

"Aku pikir Ibumu hanya akan membakar albummu sama seperti setahun yang lalu" 

Sahutan Joshua berhasil membuat Hana dan Lara menatapnya dengan sengit.
"Album itu adalah nyawa bagi fangirl tau"jawab Hana dan Lara bersamaan  membuat cowok itu merinding dan menaiki bahunya lalu menyibukan dengan ponselnya.

Bagi Joshua Hana dan Lara kalo sudah dalam mode Fangirl itu sangat menyeramkan.

"Eeghh... orang pintar nggak akan mengerti. Lagian apa yang rangking satu khawatirkan? Universitas Seoul? pasti serasa naik kelas baginya" sewot Hana  meneliti Joshua dari atas sampai bawah sambil menumpu dagu pada tangan kirinya.

"Jurusan mana? Kimia? Teknik? Arsitek atau kedokteran?" Tanya Lara yang setia menatap Joshua dengan tatapan yang sama. Namun bukannya menjawab cowok itu hanya berlagak misterius sambil tersenyum tipis sambil menggeleng.

"Sudah pasti kedokteran" sahut Hana lalu disambut dengan suara bel yang datang bersamaan dengan wali kelas mereka.

"Jangan lupa berdoa" perintah Joshua.

Joshua itu paket lengkap yang nyata, rangking satu paralel, mantan kapten basket, ganteng pula dan yang menjadi nilai plusnya adalah dia umat christiani yang taat. Sedangkan Hana dan Lara adalah contoh dua perempuan yang kurang bersyukur dengan cogan yang berada di dekat mereka. Mereka berdua malah sibuk fangirling  dan  sudah terbutakan oleh Bias mereka.

Hana menggenggam kedua tangannya.
"Tuhan, jika kau memang ada tolong jodohkanlah aku pada seseorang yang sifatnya mirip Na Jaemin, visualnya mirip Na Jaemin, Tubuhnya mirip Na Jaemin, atau biar tidak ribet biarkan saja Na Jaeminnya saja yang di jodohkan padaku-"

Belum sempat Hana mengucapkan amin Lara dan Joshua langsung memotong rentetan doa Hana.
"Berhentilah berhalu Yeo Hana"

---

" 4 , 3 terakhir 2" seru Joshua lalu meletakkan lembar soalnya yang sudah tercoret-coret.

 Berbagai lirihan dan seruan terdengar dari kumpulan siswa yang kini perlahan bubar setelah berhasil setelah mengerumungi Joshua untuk mencocokan jawaban mereka.

"Universitas Seoul? Jurusan Design? Apaan itu? Hah?! Bodoh!" Seru Lara yang menelusupkan kepalanya keatas meja. Tidak berminat beranjak setelah lima belas menit yang lalu mengusir pemilik bangku yang duduk dihadapan Joshua.

Joshua hanya tersenyum menatap kertas soal milik Lara yang memiliki  garis melintang yang menghiasi beberapa nomor.

"Portofoliomu kan bagus" Joshua berusaha menghibur Lara sambil menepuk kepala gadis itu.

"Portofolio tidak menjamin tau" sahut Lara mengadahkan kepalanya lalu menatap kearah Hana yang masih diam menatap lembar soalnya dengan milik Joshua.

Hana juga belum beranjak sejak lima belas menit yang lalu ikut nimbrung dengan menarik kursinya mendekat ke meja Joshua. Gadis itu masih menatap kertas soalnya dengan sedikit memiringkan kepalanya.

"Jawabanmu tidak akan berubah meski kau memiringkan kepalamu sampai putus" Sahut Lara lalu merebut kertas soal milik Hana. 

Lara menatap kertas milik Hana lalu bergantian menatap Hana. Begitupun Hana yang menatap Lara.

Dengan sekejap Lara membuang kertas soal miliknya yang berada diatas meja Joshua kesembarang arah lalu meletakkan lembar soal milik Hana dan Joshua bersampingan. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara dua kertas soal itu. hanya ada lingkaran yang menghiasi setiap nomor, tidak ada garis melintang seperti milik Lara. Mungkin yang berbeda hanya ukuran lingkarannya saja.

Hal itu lantas membuat Joshua dan Lara menatap Hana yang masih membeku ditempat.

"Hana-ya, Kau daftar kuliah dijurusan apa?"

---

26 03 21

AONARAN : Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang