🌚
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Untuk sebuah alasan, ingatan Linka kembali diingatkan oleh sebuah peristiwa dimana Jenny pernah berpesan sesuatu padanya. Bukan semata-mata sebagai pemberi nasihat bijak, tapi sebagai teman biasa, selaku pihak yang paling tau tentang hubungan percintaan Linka satu-satunya.
"LINKA!" Kala itu, suara Jenny yang notabene komandan dari squad perjulidan seluruh penjuru sekolah sontak membikin Linka yang sedang ngemil jengkol mengalihkan perhatiannya.
Jenny berlari, secara brutal menembus segerombolan cowok-cowok kekar yang tengah berjalan menuju pintu keluar kantin. Begitu sampai di hadapan meja tempat Linka menikmati makanannya dengan hikmat, Jenny langsung menggebrak meja secara brutal. Hal itu sukses membuat gelas berisi es teh di atas meja bergetar hingga menumpahkan isinya.
"Lo masih bisa santuy di sini, sedangkan cowok lo, Linka. Cowok lo---"
"Coba tenang dikit, ini masih di kantin, Jen, bukan di hutan." Jenny berangsur tenang, cewek itu malah duduk di samping Linka, namun semua kembali kacau saat Jenny kembali memecah suasana ketika menyadari sesuatu yang paling tidak disukainya.
"ASTAGA, KOK LO BAU JENGKOL SIH?!"
"Kan emang lagi makan jengkol, lo mau?" Linka cuek aja, lalu mengambilkan sekeping jengkol dan memasukkannya kedalam mulut, tak sampai disitu, cewek itu juga lanjut mendekatkan wajahnya ke wajah Jenny lalu sedetik kemudian. "Hahhh ..."
"JOROK BANGET ANJING!"
Linka terkekeh, namun masih kembali sibuk dengan makanannya.
"Kalo Gilang tau sih, nggak habis pikir gue. Mana ada cowok yang kagak ilfeel sama lo." Jenny makin dongkol setelah mengetahui bahwa Linka sama sekali tidak mendengarkan perkataannya.
"Linka, tolong dengerin gue, ini penting. Gue liat sendiri dia jalan sama Lia, makan sama Lia, minum sama Lia, apa-apa sama Lia. Dan lo ... masih sempet-sempetnya ngemil jengkol di sini?!"Jenny menjeda kalimatnya begitu menyadari Linka mulai merespon ucapannya, tidak lupa ia bergeser beberapa senti dari posisi awalnya duduk.
"Yah, mau gimana lagi?"
Jenny nggak habis pikir.
"Terus lo mau diem aja gitu cowok lo diembat orang lain? Mikir, njing!" Entah saking jengkelnya atau apa, kali ini Jenny tidak segan-segan menoyor kepala Linka dari samping.
Linka mengulum bibir, cewek itu meraih segelas es teh manis lalu mulai menegaknya hingga habis. "Gue juga ... nggak tau harus gimana."
"Seengaknya lo marah-marah kek sama Gilang, bilang jangan deket sama Lia. Pertahanin apa yang lo punya, cowok kayak Gilang tuh jangan di sia-siain. Tapi mau wajar juga sih kalo Gilang demen sama Lia. Mana udah cakep, kaya, pinter bohay lagi. Jauh banget sama lo."
Linka cemberut, lalu menangkup wajah untuk menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Gue nggak tau, Jen. Semua orang juga tau kalo kita beda jauh, gue cuma mantan anak panti yang nggak punya apa-apa, sedangkan lo tau kan? Gilang siapa? Dia anaknya orang mampu, sama kayak Lia. Pinter, sama kayak Lia. Mana mereka cocok banget lagi." Linka menghembuskan napas pasrah. "Mau bilang kalo dia hak gue pun, gue nggak ada keberanian lagi. Gue ... minder."
"Gini ya, Ka. Yang ngejar-ngejar Lo sampai kalian bisa jadian siapa? Gilang, bukan lo. Jadi, jangan sampe Gilang juga yang ninggalin lo." Dan itu semua berlalu saja dalam pikiran Linka bagai kebohongan belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Daddy (END)
FanfictionHidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka tak menyangka, akan ada waktu dimana ia harus mengalami serangkaian kesialan dalam sehari. Berawal da...