Hai bro¯\(◉‿◉)/¯
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ada beberapa alasan manusia untuk mengatakan kebohongan. Untuk melindungi diri sendiri, atau untuk melindungi orang lain.
Harka tak pernah menyangka hidupnya akan berjalan seperti ini. Ketika cowok itu pernah berpikir untuk mengakhiri semuanya, alam justru membawanya ke tempat ini. Memilihnya untuk menyelamatkan hidup seseorang yang hampir hancur oleh sesuatu, yang entah penyebabnya berasal dari dirinya sendiri atau dari orang lain.
Dikala Linka mengatakan padanya bahwa ia telah datang dan bicara dengan orang-orang terdekat lelaki yang akan menjadi ayahnya. Harka tak banyak bicara. Bukan apa-apa, hanya saja ... cowok itu memilih diam. Berpikir jika baru mengetahui suatu kebenaran, tak semua orang harus melihat seperti apa reaksinya.
Jenny juga sama, mungkin merasa pendapat darinya tak diperlukan dalam situasi ini. Pasalnya, cewek itu tak tau banyak tentang hubungan Arif dan Bian, juga cewek itu tak berhak sok tau mengenai kehidupan mereka.
Mereka semua diam, memandang salah satu tersangka yang belum sama sekali mengatakan apa-apa. Tepat setelah Linka menyelesaikan ceritanya.
Arif menghela napas, sebelum akhirnya cowok itu menatap ketiganya secara bergantian.
"Iya, Bian ... kakak kandung gue."
"Mungkin ... sebelum dia memutuskan buat pergi dan nggak kembali lagi ke rumah."
Linka mengerjap, mungkin sedikit terkejut karena June maupun Bobby tak pernah mengatakan seperti apa hubungan adik kakak diantara keduanya. Tanpa sadar, tangan Arif ikut terkepal. Merasa semua mungkin masa lalu yang sudah lama terkubur kembali harus dibongkar. Arif tak mau egois, cowok itu membiarkan tangan Jenny yang menyentuh kepalan tangannya sekedar memberi ketenangan. Sedangkan Harka hanya menatapnya, namun Arif tau, cowok itu juga tengah menunggu ia kembali bicara.
"Empat tahun yang lalu ... gue cuma remaja SMP bandel yang nggak peduli sama keadaan keluarga, termasuk sama kehidupan kakak gue sendiri."
"Gue cuma bicara sama dia kalo butuh duit doang."
Cowok itu memejamkan mata, sedetik setelah penyesalan dimasa lalu itu kembali menggerogoti hatinya.
"Waktu ayah bawa istri baru ke rumah, sebenarnya gue juga tau kalo kakak nggak setuju sama hal itu. Dia datangin kamar gue, gue nggak tau waktu itu dia mau ngomongin apa."
"Karena ... gue bahkan nggak bukain pintu buat dia."
"Gue nggak peduli ... bahkan saat ayah nampar dan ngehina dia ... gue bahkan cuma lewat dan nggak mau liat wajahnya saat itu."
"Sampe esok harinya, ketika dia udah nggak ada di rumah. Ayah mulai ngamuk-ngamuk ke gue. Dan kelakuan ibu tiri yang sebelumnya dia lakuin ke kakak jadi beralih ke gue."
Mereka semua tercekat, sama-sama terkejut mendengar fakta yang ada. Namun Linka, maupun Harka sama-sama tak banyak berkomentar. Mereka membiarkan Arif selesai dengan ceritanya.
"Wanita itu ... gue nggak tau ada apa sama dia. Tapi dia jadi sedikit agresif, dan suka nyentuh gue ketika gue tidur."
"Tapi gue nggak diem aja, gue bahkan sadar kalo mungkin Bian juga ngalamin hal yang sama. Cuman wanita itu justru playing victim dan nuduh kakak yang enggak-enggak."
"Sampe akhirnya ayah tau yang sebenarnya. Dan mereka cerai, ayah juga mutusin buat nggak nikah lagi sampe sekarang."
"Tapi pas semua itu udah berakhir. Berita itu justru tersebar ... dan ayah jadi depresi. Gue juga nggak memutuskan buat nyari Bian lagi karena bukan cuma jejak, tapi apapun yang ada tentang dia hilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Daddy (END)
FanfictionHidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka tak menyangka, akan ada waktu dimana ia harus mengalami serangkaian kesialan dalam sehari. Berawal da...