EXTRA Vol.2

13.3K 907 24
                                    

Hai kalian semua!
Jujur, gue agak kaget atas peristiwa yang baru-baru ini terjadi. Finding Daddy kemarin baru sekitar 18 ribuan loh, dan sekarang hampir mau 40 ribu!!!
Itu semua nggak terlepas dari peran kalian semua yang udah mampir walau baca chapternya lompat-lompat juga gapapa. Jadi sider pun gapapa!
Alhamdulillah banget nih ye wkwkw.
Dapet readers sengebut ini dalam sejarah gue nulis di wetpet emang agak bikin panas dingin, yaaa ... namanya pemula sist!

Oke langsung keintinya aja!

Karena kalian banyak yg mau EXTRA tambahan, jadi dengan senang hati gue mengucao bismillahirrahmanirrahim ada Extra vol.2 wkwkw

PLEASEEEEE SEMOGA KAGAK NGECEWAIN!

AAMIIIN, MAKASIHH!!!

**

SELAMAT DAN SUKSES!
Happy Graduation!

Benner kelulusan kelas 12 terpajang gagah di atas gerbang masuk sekolah.

Harka yang baru saja menyelesaikan serangkaian acara kini tengah duduk di antara tangga yang mengarah ke lantai dasar, tempat diberlangsungkannya acara.

Wali murid telah terlebih dahulu diperbolehkan pulang. Tepat sekali, setelah sesi berswafoto bersama keluarga besar, Harka tidak benar-benar memutuskan langsung pulang ke rumah. Terlebih area sekolah masih dipenuhi keramaian panitia dan guru-guru yang membereskan sisa-sisa acara dengan suka rela.

"Diem-diem bae lo, Ka?"

Cowok itu menoleh ketika Jovan menepuk punggungnya. "Apa?"

Jovan lantas menaik-turunkan alisnya. "Fotbar bareng cewek cakep yuk!"

Jovan, orang-orang yang sering berkunjung ke Kopi Mimpi mungkin lebih mengenalnya sebagai putra tunggal dari sang pemilik caffe. Kesan pertama Harka bertemu dengannya adalah, Jovan adalah cowok yang punya sedikit jiwa brengsek di dalam darahnya. Namun, ia adalah orang yang loyal dan setia. Tak heran mengapa Nagita, sepupu Harka bisa bertahan ada dalam hubungan asmara dengannya.

"Siapa yang mau?" Selain itu, seseorang yang baru saja bersuara, Juhar namanya. Juhar lebih pendiam dari kedua sahabatnya. Berbanding terbalik dengan Bobby yang justru menjadi salah satu orang paling banyak bicara di antara kedua personel The Project lainnya.

Juhar adalah tipe cowok yang tertutup. Tidak ada yang pernah tau siapa sosok yang diam-diam disukainya, meski beberapa kali Jovan sering memergoki Juhar galau ketika membalas pesan dari seseorang yang sudah bisa dipastikan cewek.

Sayang, Jovan tidak pernah tau siapa.

Mendengar pernyataan Juhar yang seolah meremehkan pesona Jovan. Harka lantas tertawa kencang, "Gimana foto prewedding, lo?"

"Nanti gue pajang di depan rumah!" jawab Jovan dengan wajah kusut.

"Kampungan."

Jovan tentu melotot, lagi-lagi mulut Juhar nyaris saja membuatnya mencekik leher cowok itu dari belakang.

"Ya Allah, Ju ... itu mulut salty bener, dipake istighfar kali-kali kek!"

"Gue Kristen."

Jovan cemberut.

Namun, tak lama kemudian wajahnya kembali sumringah ketika tidak sengaja melihat seorang cewek muncul dari lantai atas.

Cewek itu terbatuk, membuat Harka reflek menoleh.

"Wih, ada apa nih?!" seru Jovan jahil.

Wilona, sosok yang dimaksud lantas mendekat, kemudian mengulurkan sekaleng soda ke hadapan Harka. "Mau, minum soda bareng?"

Harka terdiam, beberapa saat memperhatikan tangan Wilona sebelum akhirnya mengangguk. Menerima minuman soda tersebut, dan berjalan menuruni tangga. "Ayo!"

Tentu saja keduanya memilih menjauh dari jangkauan Jovan serta Juhar. Untuk mengantisipasi kedua cowok tersebut agar tidak mengikuti, beberapa kali Harka sempat melirik ke belakang. Namun, yang didapatinya adalah Wilona yang berusaha menyamai langkahnya dengan raut muka gusar.

Cowok itu menghela napas. Kemudian langkahnya berbelok ke area tribun lapangan futsal yang sepi.

Setelah kurang lebih dua puluh detik duduk berdampingan, Wilona memberanikan diri untuk berbicara, "Kamu mau ke mana, setelah ini?"

Harka menengadah, sebelah tangannya menyangga badan ketika menjawab, "Nggak tau."

"Kuliah?"

"Mungkin iya ... atau nggak, otak gue udah males mikir." Cowok itu menggedikkan bahu.

Wilona menunduk, kemudian wajahnya tersenyum sendu. "Aku juga ... tapi aku mau kuliah."

"Mungkin habis ini kita akan susah ketemu."

Tak!

Bunyi kaleng bekas soda milik Harka beradu dengan semen tempat duduk tribun.

"Yaaaah ... kita nggak seakrab itu sampe aku ngomong gini kan?"

Harka menoleh, menatap wajah yang dikenalnya kurang dari dua tahun itu tanpa ekspresi. "Lo mau ke mana?"

"Ke 'matahari terbit'."

"Jepang?"

"Bukan."

"Terus?"

Bukannya memberi penjelasan, Wilona malah menggeleng. Kemudian menoleh, membuat keduanya jadi saling bertatapan.

Untuk yang kesekian kali, Wilona berhasil dibuat berdebar oleh mata orang yang sama.

"Padahal aku mau kita bisa lebih dekat dari sekedar teman seangkatan."

Harka terdiam, kemudian tanpa mengatakan apa-apa ia berdiri. Di injaknya kaleng bekas tersebut kemudian menendangnya hingga terbang dan mendarat di tengah lapangan futsal.

"Wilona."

Wilona mendongak, mata cewek itu mengerjap ketika mendapati Harka tengah menunduk sambil merentangkan kedua tangannya. Seolah menunggu Wilona menyambut dekapannya dengan sabar.

Harka tersenyum. Dan jika boleh, Wilona bersumpah bahwa itu adalah senyuman paling tulus dari sekian banyaknya Wilona melihat Harka tersenyum, meski bukan untuknya.

"Pelukan perpisahan," kata Harka yang entah mengapa merasa perlu melakukannya.

Wilona mengangguk, tanpa menunggu lama cewek itu berdiri. Dilanjut segera masuk ke dalam dekapan hangat Harka untuk yang pertama kali.

Dan entah, mungkin juga terakhir kali.

Keduanya sama-sama diam dalam waktu yang lama. Sampai ketika angin berhembus kuat, menerbangkan rambut panjang Wilona. Cewek itu mengeratkan pelukan, seakan enggan melepas. Harka memejamkan mata, merasa suasana jadi sedikit berlebihan bagi kedua orang asing yang berpelukan.

"Semoga kita bisa ketemu lagi." Wilona bergumam, yang sayangnya masih dapat Harka dengar.

Harka menenggelamkan wajahnya lebih dalam.   "Ya ... semoga."


The End

Finding Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang