Murid kelas tiga, dimana tingkatan sekolah terakhir, menjadi senior tertinggi dalam circle senioritas di sekolah. Memiliki paling banyak pengalaman, sejak duduk di kelas satu dan dua. Junior tingkat pun turut menghormati kakak tingkat mereka, bagai menyegani yang tertua dalam lingkup keluarga. Meski begitu, beban juga jadi makin bertambah. Menjadi murid kelas tiga, berarti harus sibuk untuk mempersiapkan ujian kelulusan. Dan mulai menentukan masa depan usai lulus SMA.
Yiel membolak-balikkan buku pelajarannya, sembari menopang dagu dengan sebelah tangannya yang lain. Ia tak tahu harus mengerjakan apa, saat ia tak paham apapun tentang pelajaran Matematika yang tengah ia coba untuk mempelajari. Sedangkan kelasnya nampak hening, kala mereka sibuk memanfaatkan waktu senggang sebelum bel masuk. Dengan mempelajari materi baru ataupun yang sudah guru jelaskan. Sejak hari pertama, para murid kelas tiga diwajibkan datang 15 menit sebelum bel masuk. Akan lebih baik lagi, jika datang satu jam lebih awal.
Sesekali dengan menguap, Yiel tetap melanjutkan rutinitas yang sedikit menyiksanya itu. Hampir setiap hari ia harus tidur larut dan bangun awal. Ternyata pikirannya tentang menjadi murid kelas tiga yang super sibuk, benar-benar terjadi. Namun melihat teman-temannya yang bersemangat tanpa mengeluh, membuatnya malu pada diri sendiri. Maka sebisa mungkin ia harus sesemangat teman-teman seperjuangannya itu.
Di saat seperti ini, harusnya ia punya penghibur. Namun Jiho tak satu kelas dengannya, beruntungnya gadis itu bisa bersama kekasihnya lagi. Dan Min-Hyung, kelas lelaki itu cukup jauh dari kelasnya. Ia jadi tak punya alasan untuk bisa melihatnya. Teman sebangkunya pun belum datang, ia sendiri tak tahu siapa teman yang akan duduk di sampingnya. Sebab sejak hari pertama semester baru dimulai, kawannya itu tak bisa berangkat. Karena kecelakaan kecil, namun membuat kakinya patah tulang.
Bahkan di kelas ini, ia hanya mengenal Baekhyun dan Lucas yang belum menampakkan batang hidungnya. Tapi, tentu saja mereka tetap akan duduk sebangku. Mengingat mereka kawan rapat yang tak bisa terpisahkan, bersama lima lainnya.
Ding..dong..deng
Bel masuk berbunyi, dengan gerakan serentak semua murid merapikan meja. Memasukkan buku-buku yang berserakan ke dalam laci, menyisakan buku yang akan menjadi jam pertama pelajaran. Bu Lee Yoon-Ji masuk ke dalam kelas, sembari menenteng buku materinya. Dia adalah guru bahasa inggris, salah satu guru wanita yang paling disukai murid-muridnya.
Karena selain cantik, muda, dan ramah. Guru yang punya banyak penggemar dan akan bertambah di setiap tahunnya, memiliki metode pembelajaran yang mudah untuk dipahami. Sehingga hampir setengah rata-rata nilai mata pelajaran bahasa inggris dari murid di sekolah ini, yang paling tinggi di banding mata pelajaran lain.
Di belakangnya, murid lelaki menggunakan alat bantu jalan membuntuti langkah Bu Lee. Wajahnya tak seperti wajah orang Korea pada umumnya, dia juga seperti bukan berasal dari Korea. Mengingat ia memiliki jembatan hidung yang tinggi, kedua matanya lebar dengan kelopak mata ganda, dan bonus sebuah lesung pipi dalam. Lelaki itu juga tak terlalu tinggi, namun tubuhnya nampak kokoh.
Yiel jadi teringat penampilan Yian, dua tahun yang lalu dari hasil awalnya yang suka berolahraga berat. Ia bisa membayangkan otot lengan yang padat, dada bidang dengan bahu lebar, dan enam otot berbentuk kubus yang menempel di perut ratanya. Sekarang pikirannya pun jadi makin liar.
“Semuanya, dia adalah salah satu teman di kelas kalian. Namun, dia sedang mengalami musibah. Jadi dengan terpaksa, membuatnya terlambat untuk bertemu kalian,” Bu Lee menatap murid lelaki itu, “silahkan perkenalkan dirimu.”
“Hai teman-teman semua, namaku Im Daniel. Panggil saja aku Dany, senang bertemu dengan kalian.”
Sapaan lelaki bernama Daniel atau Dany itu disambut heboh seisi kelas, terutama para gadis yang selalu bersemangat setiap kali melihat pria tampan. Ya, jika diperhatikan lebih dekat. Dany memang tampan, suara bariton nya pun juga nyaman di dengar. Namun bagi Yiel, hanya suara Min-Hyung yang paling nyaman di pendengarannya.
“Dany, teman sebangkumu adalah Park Yiel.” Bu Lee menunjuk bangku di deretan paling tengah, dimana Yiel duduk dengan tenang.
Kemudian, dengan langkah susah payah, karena alat bantu jalan yang ia gunakan. Justru menghambat langkahnya, apalagi ketika ia melewati kaki bangku yang bisa saja menyangkut dan membuatnya tersungkur. Dany menuju bangku yang Bu Lee tunjuk. Semua mata para gadis memerhatikan sosok tampan yang akan menjadi penghuni baru, sekaligus penyemangat baru bagi mereka. Mengikuti gerak langkahnya, hingga kepala mereka ikut memutar.
“Tolong fokus pada pelajaran, meskipun fokus kalian hanya tertuju pada Dany.”
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Heart is Beating┃SuperM (Mark)
Fanfic[COMPLETE] "kau mungkin tak menyesalinya, tapi aku menyesal telah menyia-nyiakan perasaan tulusmu. Sadar ku akan kehadiran mu, ketika kau tak lagi terlihat di pandanganku..."-Lee Min Hyung Seorang gadis pemalu bernama Park Yiel, diam-diam menyembun...