X (LAST)

1.4K 142 25
                                    

🌟 Minjoong 🌟

. . .

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Waktu itu hari Minggu. Pesta ulang tahun Hongjoong yang ke delapan baru saja usai.

Woobin dan Hongjoong, dua bocah kakak beradik itu berada di halaman rumah selagi kedua orang tua mereka sibuk membereskan sisa-sisa kue dan kado. Si kecil Hongjoong melompat-lompat sambil memegangi tangan kakaknya dan meminta, “Hyung, ayo main petak umpet denganku!”

“Tidak mau,” sang kakak menjawab. Seperti biasa-biasanya, dengan alasan, “Anak SMP sepertiku tidak bermain permainan kekanakan seperti itu lagi.”

Namun Hongjoong ingin jadi anak bandel pada hari itu, dia ingin segala permintaannya dipenuhi—setidaknya untuk satu hari saja. “Tapi hari ini hari ulang tahunku, Hyung. Main denganku satu kali ini saja, ya?” dia masih merengek.

“Tidak mau, Hongjoong. Petak umpet itu membosankan.”

Hyung selalu begitu. Hyung tidak pernah mau main denganku sekarang.”

“Karena aku bukan anak kecil lagi.”

“Tapi aku tidak punya teman di rumah.”

“Kalau begitu pergi main ke rumah temanmu sana, atau ajak siapa saja bermain ke sini.”

“Aku mau main dengan Hyung!” Hongjoong bersikeras dan kembali mengentak-entakkan tangan kakaknya. “Ayo, Hyung!”

“Hongjoong, jangan lakukan itu—aduh! Hentikan!”

“Tidak mau! Ayo main petak umpet denganku! Ayo! Ayo!”

Karena Hongjoong terus-terusan merengek, maka Woobin akhirnya mengabulkan permintaan tersebut. Dia tidak mau membuat adik kecilnya itu menangis sehingga mengakibatkan dirinya dihukum oleh ibunya nanti.

Hongjoong seketika antusias. Dia melompat-lompat kegirangan seperti anak kelinci saat akhirnya sang kakak mengatakan akan menemani bermain untuk hari itu saja.

Saking bersemangatnya, Hongjoong mengabaikan nasihat ayahnya yang mengatakan, “Bermain di halaman saja.”

Dia juga mengabaikan petuah dari sang ibu yang selalu mengingatkan, “Jangan berjalan-jalan ke luar rumah sendirian, apalagi di jalanan yang sepi. Jangan juga berbicara dengan orang asing.”

Hari itu si kecil Kim Hongjoong benar-benar menjadi anak bandel.

Hyung akan hitung sampai sepuluh, kau sembunyi dengan baik, ya. Jangan sampai Hyung menemukanmu.”

Lagi-lagi Hongjoong mengangguk kelewat antusias. Selagi sang kakak menghitung sambil menutup mata di sebuah pohon persik di halaman, Hongjoong berjalan sambil menoleh ke sana kemari. Mulanya dia berniat mencari tempat persembunyian di sekitar sana saja, semisal di belakang ayunan atau mungkin di antara bunga-bunga yang ditanam ibunya.

Never Ending Fantasy | ATEEZ Minjoong [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang