Dare

27.5K 2.8K 27
                                    

Botol tersebut kembali berputar, dan berhenti di hadapan Tira untuk ke dua kalinya.

"Truth" ucapnya.

Wawa, Mutia dan juga Hana berpikir, pertanyaan apa yang akan mereka berikan.

"Siapa nama cowok yang dijodohin sama kamu itu" tanya Wawa.

"Ronal" jawabnya santai.

"Ronal? Kaya pernah dengar nama itu. Tapi di mana yah?"

Hana dan Mutia kompak mendengus mendengar ucapan Wawa. "Ya iyalah pernah dengar, orang banyak yang namanya Ronal. Ketua kelas kita waktu SMA juga namanya Ronal kan?" Ujar Hana.

"Jangan bilang Ronal yang itu?" Tanya Hana pada Tira setelah tersadar akan ucapannya.

Tira mengangkat bahunya acuh. "Mana aku tahu, aku aja nggak pernah ketemu. Aku hanya tahu namanya Ronal, itu doang"

"Tapi, kalau Ronal yang ketua kelas kita itu tampangnya boleh juga Ra" kata Mutia, Wawa dan Hana mengangguk setuju.

"Bodoh amat lah! Udah, lanjut!" Sudah Tira bilang bukan, kalau dia malas bahas masalah perjodohan itu.

Hana meneguk ludahnya kasar saat botol yang diputarnya berhenti tepat mengarah padanya. Ia mengalihkan pandangan pada tiga sahabatnya itu, dan hanya senyuman para iblis betina itu saja yang ia dapatkan. Terlebih, Wawa. Gadis itu benar-benar dendam padanya gara-gara masalah si Asdos tadi.

"Truth or dare" pertanyaan horor itu keluar dari mulut Wawa yang sudah tak sabar menantikan kesempatan tersebut.

Hana terdiam dengan raut tegang. Sebenarnya, ada satu masalah yang selama ini selalu ditanyakan oleh sahabatnya, namun selalu disangkal Hana. Masa iya dia akan jujur.

"Dare" jawabnya, membuat tiga gadis di hadapannya sedikit kecewa.

Namun, tiba-tiba otak penuh dendam milik Wawa langsung mendapat ide brilian.

"Nembak Pak Firman!" Hanya tiga kata, namun membuat Hana langsung memucat.

Pak Firman adalah satu-satunya dosen termuda di kampus mereka. Wajahnya yang tampan, mampu membuat siapa saja terpukau akan hal itu. Dia tergolong Dosen yang pendiam dan kalem, bahkan nyaris menyentuh kata dingin. Dan yang lebih parahnya, Pak Firman itu duda anak satu. Masa iya Hana ngajak pacaran tuh Dosen duda?

"Emm....Pak Firman yang satpam SMA kita dulu kan?" Ngeles Hana.

"Itu Pak Kirman, Han. Jangan pura-pura nggak tahu" kesal Wawa.

"Hehehe! Bisa ganti target nggak?" Tawar Hana dengan kekehan hambar.

Tiga sahabatnya kontan menggeleng "No!" Ujar mereka serempak.

Hana meringis pelan, tak ada pilihan lain kalau seperti ini.

"Ya udah! Tapi nggak sekarang ya. Kalian kan tahu, kalau tuh Dosen nggak mau waktu di luar kampusnya diganggu Mahasiswa. Apalagi hanya untuk hal nggak penting kayak gini" bujuk Hana. Ia berusaha menunda, dan setelahnya Hana hanya berharap tiga sahabatnya lupa ingatan mendadak setelah ini agar ia bebas.

"Oke!, Kebetulan besok Mata Kuliahnya Pak Firman" Mutia menyetujui.

Mata Hana membulat, bagaimana bisa ia lupa hal itu.

"O...oke" okein aja dulu kali yah, siapa tahu besok doanya terkabul.

"Karena kita udah kena semuanya, lebih baik kita tidur. Udah jam 11.30" Mutia yang takut jika permainan di lanjutkan dan ia akan kembali kena, akhirnya mengajak mereka untuk berhenti.

"Iya. Aku juga capek, tegang Mulu liat botolnya mutar" timpal Tira.

"Siapin mental buat besok yah, Han" ejek Wawa pada Hana.

"Jangan lupa kamu juga harus siapin mental jika Frengki tahu siapa yang bilang cinta ke dia melalui telepon"

Wawa seketika merutuki mulut Hana, padahal ia tadi sempat lupa. Sepertinya ia dan Hana posisinya satu sama.

💝💝💝

Sejak pagi, Hana merasa gelisah karena memikirkan tantangan dari para sahabatnya semalam. Sebentar lagi waktu Pak Firman masuk kelas, dan itu pertanda kalau sebentar lagi Hana harus siap mempermalukan dirinya sendiri.

Meski berstatus duda, berdasarkan gosip pria itu sama sekali tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan manapun. Jadi, besar kemungkinan kalau Hana akan ditolak, atau lebih mirisnya lagi semua ini akan berpengaruh ke nilainya. Hana benar-benar takut jika nilainya malah E di semester ini.

"Semangat Hana!" Bisik Mutia. Teman-temannya benar-benar laknat.

"Kalian nggak iba apa liat aku! Ayolah, kita berteman sejak SD, masa kalian Setega itu"bujuk Hana, berharap semoga para sahabat laknatnya itu luluh. Sayangnya, gelengan kepala dari ketiganya menjadi jawaban.

"Semalam aja kamu tega nantang aku untuk hubungin si Asdos" ujar Wawa, masih tak terima dengan perihal semalam.

"Lagian Han, siapa tahu aja kamu beruntung" ujar Tira menambahkan.

"Beruntung bagian mananya? Hah?" Pekiknya pelan, takut anak-anak kelasnya mendengar.

"Ya, siapa tahu ajakan dia khilaf terus Nerima kamu. Udah tampan, mapan, punya pekerjaan tetap, dewasa, dapat bonus bocil lagi" Mutia yang setuju dengan ungkapan Tira menyambung.

"Sialan!" Maki Hana.

"Mulutnya, beb" tegur Wawa.

"Ckk! Kayak kalian nggak pernah ngomong kasar aja" dengus Hana membuat tiga temannya tertawa.

Emm, dua puluh lima vote dan lima komentar baru aku lanjut. Soalnya, aku liat banyak yang baca tapi malah nggak ngasih dukungan alias silent reader. Jadi terpaksa deh, aku pakai target🙏🙏

Cerita Cinta Si Dosen Duda (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang