🍁 04. Sesak Hati

32 4 2
                                    

"Tuhan.. Atur saja mana baiknya, sekarang tugasku hanya untuk menerima takdir yang kau berikan."

-

-

-

Happy reading

🍁🍁🍁

Amira pulang menaiki sepeda motor yang sangat dicintainya itu. Motor itu dibeli memakai uang hasil jeripayah ia menabung, sekitar umur 10 tahun yang lalu. Amira selalu diberi uang yang terlalu berlebihan katanya, jadi daripada di buang sia-sia mending dia tabungan. Mau tahu gak Amira perbulan dikasih berapa? Dia dikasih setiap bulan 20 jt. Dan setiap hari senin dan kamis ia selalu berpuasa. Jadi, mending ditabung dari pada beli yang gak perlu.

Sekarang ia berumur 15 tahun dan sebentar lagi Amira akan menginjak ke usia 16 tahun pada bulan Mei tanggal 10. Jangan lupa ya readers nya Amira.

Amira pun sampai di kediaman rumah orang tuanya itu, ia memakirkan motor di bagasi pribadi khusus motor Aditama.
Ia pun membuka handle pintu dan masuk bersamaan mengucapkan salam terlebih dahulu.

Ceklek

"Assalamu'alaikum," ucap Amira dengan melihat sekitar lorong rumahnya itu seperti sepi sekali.

"Pada kemana ya? Kok gak ada yang jawab salam aku si,"

Setelah Amira mengucapkan kalimat-kalimat itu, ia langsung mencari keberadaan Mamanya. Amira terus menerus memanggil nama Mamanya.

Seketika bi Enok datang menghampiri Amira dan menjawab dengan gugup.

"I-i-a n-ne-neng Am-mir-ra,"

"Bi, Mama mana?" tanya Amira.

"I-it-tu n-ne-neng," jawab bi Enok dengan kegugupannya dan tak enak hati.

"Kenapa si bi, ada apa? Aku nanya Mama mana?"

"Nyo-nya a-an-nu,"

"Nyonya sedang ke kantor tuan Neng," ucap bi Enok dengan lancar dan lantang.

"Mama ngapain ke kantor papa, mau antar makanan ya bi?"

"Bukan itu neng, kata temannya nyonya dia melihat tuan sama perempuan lain." jelas bi Enok dengan jantung yang bergerak kencang.

"Apa bi?!" kata Amira syok.

Amira pun segera keluar rumah dan mengambil motornya dan bergegas pergi menuju kantor Papanya itu.

Sesampainya Amira, Amira pun berlari dan menanyakan kepada karyawan yang ada disana. Apakah Mama dan Papa nya itu sedang ada di kantor. Dan Amira pun mendengar suara adu mulut di ruangan yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk. Ia berlari menuju keruangan tersebut.

"Ma, Pa! Kalian kenapa?!" teriak Amira dengan menggebu-gebu.

Teriakan tersebut membuat suasana hening, dan Andini pun langsung ke pelukan Amira.

"Lihat sayang, Papa kamu! Papa kamu selingkuh!" ujar Andini menangis.

"Pa, apa benar yang dikatakan Mama?" tanya Amira dengan emosi yang menggebu-gebu.

 AMIRAA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang